Skyquake, Fenomena Suara Dentuman dari Langit

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Fenomena suara dentuman di sejumlah daerah menjadi perbincangan warganet. Terbaru, suara dentuman yang terdengar di Malang pada Selasa (2/2/2021) malam hingga Rabu (3/2/2021) dini hari. Salah satu yang muncul dalam perbincangan adalah fenomena suara dentuman misterius dari langit atau dikenal dengan istilah skyquake.
Fenomena Skyquake ada ketika muncul suara dentuman di langit yang tidak jelas berasal dari mana. Suaranya diidentikan dengan tembakan meriam, dentuman sonik, atau terompet.
Advertisement
Skyquake dilaporkan pernah terjadi di sejumlah negara, antara lain India, Bangladesh, Italia, Jepang, Kanada, dan Amerika Serikat. Masing-masing negara tersebut memiliki istilah sendiri.
Di Italia dikenal dengan istilah brontidi, yakni seperti guntur. Masih di negeri Pizza, ada pula nama balza, brontidi, lagoni, dan marine. Tetangganya sesama Eropa, Belgia dan Belanda, mengistilahkan skyquake dengan mistpoeffers.
Sementara masyarakat Jepang menyebutnya uminari, yang berarti tangisan atau gemuruh dari laut. Di Iran dan Filipina, skyquake disebut dengan istilah retumbos.
Sedangkan di Bangladesh, disebut dengan Barisal. Istilah ini merujuk pada kawasan Barisal di Bengal Timur.
Di Amerika Serikat, skyquake dinamai Seneca Guns karena lokasinya dekat dengan Seneca Lake di New York. Masih di AS, muncul nama Moodus Noises di Connecticut.
Penjelasan tentang Skyquake
ILUSTRASI - jejak kondensasi pesawat terbang. (FOTO: morguefile.com)
Beberapa ahli menganggap kejadian skyquakes bisa jadi dikarenakan aktivitas manusia misalnya suara pesawat terbang atau yang paling populer dikarenakan oleh suara meteor yang meledak di lapisan atas atmosfer. Demikian dikutip dari Blasting News.
Beberapa peneliti percaya bahwa suara dentuman misterius mungkin dipicu oleh fenomena alam seperti gelombang pasang, gempa bumi, suara elektromagnetik dari aurora dan radiasi, dan juga gumuk pasir.
"Dalam keadaan yang tepat, gumuk pasir mampu menghasilkan berbagai suara berbisik tingkat rendah, bersiul, bernyanyi, bersenandung, atau mencicit, dan yang lebih jarang, bunyi dentuman keras," demikian penuturan David Hill, Scientist Emeritus US Geological Survey, dalam tulisannya di jurnal yang membahas skyquakes.
Pendapat terkait juga dikemukakan Jim Andrews, ahli Meteorologi dari Accuweather. "Gempa bumi dangkal dan gundukan tambang bisa menyebabkan (dentuman) ini, menyebabkan getaran dari bawah dan terdengar di langit. Ada juga penyebab alam dan yang berasal dari manusia," ujarnya.
Penyebab Fenomena Skyquake
ILUSTRASI - Pesawat militer. (FOTO: dok. TIMES Indonesia)
Sebuah teori mengungkap penyebab skyquake adalah pesawat militer yang melesat dan menembus kecepatan suara. Teori lain menyebut dentuman berasal dari saluran listrik bertegangan tinggi, radiasi elektromagnetik, saluran gas bertekanan tinggi, atau perangkat komunikasi nirkabel.
Namun, para ilmuwan lebih percaya fenomena tersebut terjadi akibat gelombang radio dan aktivitas matahari. Sayangnya, hingga kini hal itu belum terungkap.
Peneliti Anne Marie Helmenstine menjelaskan, ada beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan terjadinya skyquake. Dalam situs ThoughtCo, ia menunjukkan sejumlah kemungkinan yang paling logis, daripada berpikir perihal teori konspirasi soal UFO atau makhluk asing.
Kemungkinan pertama, skyquake bisa disebabkan dentuman sonik yang berasal dari meteor atau pesawat militer. Lainnya, gempa bumi dan erupsi gunung berapi bisa menghasilkan suara yang sangat keras hingga jarak yang sangat jauh.
Skyquake, menurut Helmenstine, bisa disebabkan oleh suara petir di langit. Beberapa skyquake bisa dihasilkan oleh ejeksi massa koronal (coronal mass ejections/CME).
Sebagai informasi, CME merupakan badai radiasi matahari yang bisa mengakselerasi proton hingga 40 persen dalam kecepatan cahaya, berpotensi menimbulkan gelombang kejut yang melampaui kecepatan cahaya dan menghasilkan dentuman sonik.
Kemungkinan lain soal penyebab skyquake, adalah medan magnetik Bumi yang menghasilkan suara, dengan cara mengakselerasi partikel atau dari resonansi.
Helmenstine juga menyatakan bahwa para ilmuwan meyakini beberapa hal yang tidak mungkin jadi penyebab skyquake. "Tidak ada bukti suara dentuman dikaitkan dengan bencana industri akibat pemanasan global, pergeseran lempeng tektonik, atau lubang di lapisan ozon," ujarnya dikutip dari kumparan.com, Rabu (3/2/2021).
Fenomena skyquake memang terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Namun, fenomena suara dentuman ini masih menjadi misteri. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |