Di Tengah Krisis, Indonesia Masih Setia Ulurkan Tangan untuk Palestina

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di tengah krisis ekonomi akibat Pandemi Covid-19, Indonesia masih setia mengulurkan tangan kepada Palestina. Diketahui, Indonesia akan memberikan bantuan dana senilai 2,3 juta dolar AS. Atau sekitar Rp 32,1 Miliar untuk Palestina, dalam menghadapi pandemi.
Menurut pemerintah, Indonesia telah berkomitmen akan tetap senasib seperjuangan. Dengan negara yang kini masih dalam cengkraman Israel tersebut.
Advertisement
Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno LP Marsudi mengatakan, bantuan dana tersebut, nantinya akan disalurkan baik melalui mekanisme bilateral. Maupun lewat Badan Bantuan PBB. Untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
“Kami berharap dana bantuan penanggulangan Covid-19 di Palestina bisa dicairkan pada semester I tahun ini,” kata Retno seperti dikutip oleh TIMES Indonesia, dari Antara, Jumat (12/2/2021).
Utang Indonesia
Kementerian Keuangan RI mencatat, posisi utang hingga akhir Desember 2020 lalu, sudah mencapai lebih dari Rp 6.074 triliun. Dimana dalam satu tahun, utang Indonesia bertambah lebih dari satu triliun rupiah. Dari akhir Desember 2019 yang tercatat Rp 4.778 triliun. Penambahan utang sudah diprediksi sejak awal oleh pemerintah. Karena diperlukan anggaran sangat besar untuk menangani Pandemi.
Utang Indonesia di tahun 2020 terdiri dari surat berharga negara yang mencapai Rp 5.221,65 triliun. Dan pinjaman sebesar Rp 852,91 triliun. Utang dalam bentuk pinjaman terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 11,97 triliun. Serta pinjaman luar negeri senilai Rp 840,94 triliun.
Melansir dari kompas.com, tahun 2021 ini, Indonesia menargetkan utang baru sebesar Rp 1.654,92 triliun. Besarnya utang tak lepas dari membengkaknya pengeluaran pemerintah. Terutama untuk penanganan pandemi yang dialokasikan sebesar Rp 61,84 triliun rupiah atau 2,28 persen dari total belanja pemerintah di 2021.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, APBN 2021 bisa menjadi landasan menghadapi ketidakpasitan ekonomi di tahun 2021 ini. Namun, pihaknya tetap optimistis dukungan untuk penanganan dampak Covid-19. Termasuk soal vaksin Covid-19 bisa membawa perbaikan bagi pemulihan ekonomi nasional.
Hubungan dengan Israel
Isu Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel memang sempat berhembus. Namun, hal itu ternyata hanya angin belaka. Indonesia menyatakan kekokohannya untuk mendukung Palestina. Yang saat wilayahnya dikuasai oleh Israel.
Rabu (10/2/2021) kemarin, Menlu RI Retno dalam lawatannya ke Palestina, menemui Menlu Palestina Riyad Al Maliki. Dalam lawatannya tersebut ia mengaku, Indonesia akan selalu solid berada dengan Palestina. "Posisi prinsip Indonesia dalam perjuangan Palestina tetap solid dan tidak berubah," tegasnya.
Kata Menlu perempuan pertama di Indonesia tersebut, dukungan Indonesia terhadap penderitaan Palestina, akan selalu didasarkan pada Resolusi Dewan Keamanan PBB dan parameter yang disepakati secara internasional.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo juga sudah melakukan komunikasi langsung. Melalui sambungan telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Dikutip dari Times of Israel, dalam pembicaraannya itu, Jokowi menegaskan tidak akan mengikuti sejumlah negara Arab. Yang sudah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Diketahui akhir 2020 kemarin, ada empat negara yang sudah normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Yakni Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Empat negara yang berdamai dengan Israel itu menandakan pengakuan resmi terhadap kedaulatan negara Yahudi itu.
Menurut Jokowi, Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik seperti demikian. Jika Israel tidak mengakui Palestina sebagai negara. Atas hal itupun, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menyampaikan banyak terima kasih. Kepada Indonesia, yang telah setia dalam mendukung perjuangan Palestina hingga saat ini.
Palestina
Direktur Jamaica Muslim Center, Imam Shamsi Ali mengatakan, menyikapi konflik Palestina dan Israel di AS, terkadang seolah memakan buah simalakama. "Maju kena, mundur kena. Jujur mendukung Palestina apa adanya bisa dianggap 'anti semitisme'. Nyaman dengan keadaan memakan hati," katanya.
Menurut tokoh asal Indonesia itu, umat Islam jangan terlalu berharap kepada AS dan negara kuat lainnya. Untuk kemerdekaan Palestina. Justru kata Shamsi Ali, Palestina akan mendapatkan haknya dengan melakukan perubahan. "Terutama internal reconciliation antara Fatah dan Hamas, bahkan faksi-faksi lainnya," tambahnya.
Ia menilai, negara-negara lain, termasuk negara-negara Islam, akan hanya bermain di sekitar kepentingan nasional Palestina. Kepentingan Palestina tidak jarang jadi datangan politik negara lain, termasuk di negara-negara Islam tersebut.
Shamsi Ali juga menyampaikan metode perjuangan Palestina dan umat sudah sangat lama. Dan selama itu pula melihat hak-hak kemerdekaan hidup Palestina dan masa depannya semakin suram. "Mungkin masanya memikirkan jalan alternatif dalam upaya memperjuangkan masjidil Aqsa dan Palestina," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |