Peristiwa Nasional

Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Simbol Toleransi dan Kebhinnekaan

Rabu, 24 Februari 2021 - 17:06 | 70.41k
Pembangunan terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta, yang saat ini masih dalam proses. (FOTO: Liputan6)
Pembangunan terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta, yang saat ini masih dalam proses. (FOTO: Liputan6)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sempat menuai pro-kontra, terowongan silaturahmi yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta tetap dibangun.

Proyek itu mulai dibangun pada 20 Januari lalu dan ditargetkan rampung pada 31 Maret 2021 nanti.

Advertisement

Wakil Ketua Bidang Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, proyek yang menelan anggaran hingga Rp 40 Miliar itu, merupakan usulan dari pimpinan dua rumah ibadah.

Terowongan SilaturrahmiFoto: Liputan6/Faizal Fanani

“Selama ini memang pimpinan dua rumah ibadah sering ketemu, sering diskusi, baik di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dari situ mulai muncul ide bagaimana kalau kita adakan fasilitas terowongan," katanya. Usul itu kemudian disetujui oleh Presiden RI Jokowi.

Simbol Toleransi dan Kebhinnekaan

Terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta ini merupakan simbol toleransi dan kebhinnekaan. Wakil Presiden Maruf Amin mengatakan, terowongan itu merepresentasikan hubungan baik antar anak bangsa.

"Ini akan menjadi simbol toleransi dan kebhinnekaan bangsa indonesia, yang akan menjadi contoh baik bagi masjid-masjid lainnya di wilayah Ibu Kota dan daerah lainnya, bahkan di tingkat regional maupun global," katanya.

pembangunan-Terowongan-Silaturrahmi.jpgFoto: Liputan6/Faizal Fanani

Mantan Ketum MUI itu pun menyampaikan apresiasi atas inisiatif pembangunan terowongan tersebut.

"Saya berharap peran dan kontribusi Masjid Istiqlal, sebagai masjid negara, dalam memberi contoh dan teladan bagi masjid lain dalam menyebarkan kesejukan dan kedamaian,” jelasnya. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Muhyiddin Junaidi mengatakan, gagasan pembangunan terowongan itu sudah dikumandangkan sejak tahun lalu .Tapi mendapatkan pro-kontra yang luas dari publik.

“Intinya idea tersebut kontra produktif dan ahistoris. Apalagi setelah Indonesia dan dunia terpapar Pandemi Covid 19, kondisi ekonomi nasional yang mengalami kontraksi,” jelasnya.

Bagi yang kontra terhadap pembangunan tersebut memang tak bisa disalahkan. Pasalnya kata Muhyiddin, toleransi beragama bukan hanya dalam bentuk fisik bangunan, tapi penjabaran dalam peraturan dan perundang undangan serta penerapannya di lapangan.

“Belajar dari sejarah pembangunan Ibu kota Jakarta, khususnya Masjid Istiqlal, Pasar baru dan Monas punya makna sakral sebagai penjabaran dari ajaran Islam,” ujarnya soal terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES