Penambang Pasir Cijolang, Menantang Maut Demi Mendulang Rupiah

TIMESINDONESIA, BANJAR – Berbagai cara dilakukan setiap orang untuk bertahan hidup. Begitu pula dengan para penambang pasir di perairan Sungai Cijolang, Kota Banjar.
Sungai yang membatasi provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ini sering menjadi ladang usaha bagi sebagian besar masyarakat di Dusun Cibentang Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja.
Advertisement
Kardi tetap semangat dengan pekerjaannya demi memenuhi kebutuhan keluarga (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
Walau kerapkali berisiko menantang maut, mata pencaharian satu ini tetap digeluti warga sekitar yang berusaha bertahan hidup demi mencukupi anggota keluarganya.
Sebut saja Kardi, seorang kuli tarik derek roda pengangkut pasir di Bantaran sungai Cijolang yang berada di RT 23 RW 9 Desa Mekarharja.
Kardi menjadi kuli tarik derek pengangkut pasir yang baru diturunkan penambang pasir dari perahunya di tepian Sungai Cijolang setelah sebelumnya dia sempat menjadi seorang penambang pasir.
Upahnya sekali menarik pasir hanya Rp10 ribu dibagi dua dengan timnya, Maman. Sehari, paling banyak Kardi menarik derek 10 sampai 15 kali roda pasir. Artinya, dalam sehari tim kuli tarik derek pasir ini rata-rata mendapatkan upah Rp75 ribu per orang.
Kendati demikian, Kardi maupun Maman selalu mensyukuri berapapun penghasilan yang mereka peroleh untuk mencukupi kebutuhan keluarga terlebih di masa pandemi seperti sekarang.
Sebelumnya, Kardi menekuni pekerjaan sebagai penambang pasir yang cukup menantang maut di perairan Cijolang.
Namun karena merasa sudah tak muda lagi, Kardi akhirnya beralih sebagai kuli tarik derek.
"Tantangan penambang pasir cukup berat karena harus bersahabat dengan kencangnya arus perairan Sungai Cijolang demi mendapatkan galian pasir yang nantinya bisa kami tukar dengan derai tawa keluarga kami di rumah," tutur Kardi mengisahkan suka dukanya saat masih menjadi penambang pasir.
Saat menggali pasir, seorang penambang pasir sudah terbiasa bekerja dengan sengatan panas sinar matahari. Semua mereka lakukan agar dapat mendulang recehan dari tumpukan pasir yang dihargai sebesar Rp30 ribu rupiah untuk setiap perahunya.
Kardi mengungkapkan, dalam sehari para penambang pasir bisa mengangkut maksimal sampai tiga perahu berisi pasir. Artinya, tenaga ekstra dan stamina yang kuat sangat dibutuhkan untuk mendayung perahu ke beberapa titik penggalian.
Kardi melakukan aktivitas tarik derek pasir (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
"Bagi kami, musim kemarau adalah musim di mana kami kesulitan mendapatkan pasir karena perairan biasanya mengering," ungkapnya.
Saat itulah, penambang pasir maupun para kuli tarik derek di Sungai Cijolang harus mencari alternatif lain untuk mencari penghidupan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |