Peristiwa Nasional Bulan Bung Karno

Bung Karno Sang Pecinta Sambal Pecel

Senin, 14 Juni 2021 - 13:36 | 101.51k
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno saat menyantap Nasi Pecel (Foto: Istimewa)
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno saat menyantap Nasi Pecel (Foto: Istimewa)
FOKUS

Bulan Bung Karno

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Mungkin kebanyakan orang tak menyangka bahwa Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno sangat menyukai sambal pecel. Kemana pun Bung Karno pergi, dirinya selalu meminta para pelayannya menyediakan sambal pecel, termasuk ketika ia berkunjung ke luar negeri.

Dilansir dari historia.id, mantan ajudan Bung Karno tahun 1960 sampai 1965, Kolonel (Purn) Bambang Widjanarko menjadi saksi betapa cintanya Bung Karno kepada sambal pecel. Bahkan, saat berada di luar negeri yang memang tak tersedia sayuran khusus, seperti daun pepaya muda, Tauge, Daun Kenikir hingga Kacang Panjang. Dengan hanya menikmati sambal pecel yang dibawa langsung, Bung Karno sudah merasa puas.

Advertisement

“Biasanya Bapak mengoleskannya ke roti sebagai selai pengganti keju atau mentega,” ujar Bambang dalam bukunya Sewindu Dekat Bung Karno.

Kesaksian dari Bambang pun juga dikuatkan olej Muslih bin Risan yang mengungkapkan bahwa Bung Karno akan "Blingsatan" jika di meja makannya tidak tersedia menu pecel ataupun sambal pecel.

“Kalau enggak ada, pasti Bapak menanyakan,” ujar bekas pelayan pribadi keluarga Sukarno tersebut.

Bahkan dikisahkan dari Guruh Sukarno dalam "Bung Karno & Kesayangannya", setiap Bung Karno mudik ke Blitar, dirinya tak mau melewatkan kesempatan untuk menikmati pecel Blitar milik "Mbok Rah". Bung Karno yang sudah menjadi pelanggan Mbok Tah sejak tahun 1950 tersebut, selalu mencari Mbok Rah ketika ia pulang ke Blitar dan seringkali menyantapnya saat pagi hari

“Wah kalau Bapak sedang menikmati (pecel sayur), walaupun yang namanya revolusi Indonesia berhenti, pasti Bapak tidak akan ambil pusing!," kata Guruh.

Pulang ke Jakarta pun, Bung Karno psti membawa Bumbu Pecel Mbok Rah. Bumbu itu pula yang menemani Bung Karno dalam lawatannya ke mancanegara. Terutama jika tak satu pun makanan di suatu negara cocok di lidahnya. Misalnya di Mongolia di mana semua makanan selalu dicampur susu kuda.

“Di sana setiap harinya bapak selalu makan roti dengan sambal pecel saja. Kadang-kadang juga dengan kecap," ungkapnya.

Kalau sedang berkunjung ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, Bung Karno biasanya minta disediakan salad segar tanpa saus kepada manajemen hotel tempat menginap atau kepala rumah tangga istana di sana. 

Sebagai pengganti sausnya, Bung Karno pastinya akan mencairkan sambal pecel yang telah dibawanya. Jadilah Indonesia salad yang lezat dan siap disantap.

Selain Mbok Rah, Sukarno juga keranjingan pecel Mbok Pin alias Rukiyem. Setiap Mbok Pin datang, wajah Sukarno akan terlihat sumringah lantas berjongkok sembari menunjuk daun-daun yang digemarinya.

“Saya sampai hafal berapa banyak harus memberi sambalnya dan daun apa saja yang menjadi kesukaa Bung Karno,” kata Mbok Pin kepada Anjar Any, penulis buku Menyingkap Tabir Bung Karno.

Sadar bahwa Bung Karno penggemar berat pecel, istri-istrinya selalu membuat dan menyediakan bumbu pecel di rumahnya.

Dalam Suka Duka Fatmawati Sukarno karya Kadjat Adra’i, Fatmawati yang sebagai orang Sumatra tersebut juga berupaya keras untuk mempelajari cara membuat sambal pecel yang memang dikhususkan untuk Bung Karno.

“Belajarnya bisa dari siapa saja, misalnya dari bakul pecel ketika masih di Bengkulu,” ungkap Fatmawati.

Muslih ingat kalau sepulang dari Istana menuju Kebayoran (rumah Fatmawati), pas di Pasar Tenabang, Fatmawati kerap menyuruh Dalimin Ronoatmodjo (salah satu anggota pengawal keluarga Presiden Sukarno) untuk membeli cabe rawit dan terasi buat bikin sambal pecel. 

Selain Fatmawati, istri yang lain yakni Hartini  juga belajar membuat sekaligus menikmatinya demi memenangi perhatian sang suami, yakni Bung Karno.

“Walaupun sebenarnya Hartini sendiri kurang menyukai makanan itu,” ungkap Anjar Any.

Kalau sudah ketemu makanan kesukaannya itu, Bung Karno dengan lahap akan menghabiskannya tanpa menoleh kanan-kiri. "Ia bersantap seperti dikejar setan,” ungkap Howard P. Jones, eks Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia seperti dikutip Anjar Any. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES