Sejarah di Balik Nama Mastrip Dijelaskan di Monumen Baru Ini

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sebuah monumen baru tampak berdiri gagah setinggi 3,5 meter di pertigaan Jalan Rolak Karah Surabaya. Sempat bernama Mastrip, namun kini terpampang jelas monumen ini dinamai TRIP. Mengapa berubah dan apa sejarah di baliknya?
Sebagaimana diketahui tak jauh dari lokasi monumen, ada jalan raya bernama Mastrip. Di sinilah para TRIP atau Tentara Republik Indonesia Pelajar berjuang melawan serangan tentara Inggris mempertahankan wilayah Gunungsari Surabaya pada tanggal 28 Nopember 1945.
Advertisement
Dalam pertempuran itu lima orang dari pelajar gugur, di antaranya Soetojo, Samsoedin, Soewondo, Soewardjo, dan satu orang belum ditemukan. Melihat kekuatan yang tak seimbang, pasukan pelajar terpaksa meninggalkan Surabaya.
Mereka berjalan menuju arah barat melewati Kedurus untuk menahan serangan Inggris yang menuju Sidoarjo dan bermarkas di Pabrik Gula Candi.
Pembentukan TRIP sendiri bermula pada tanggal 22 Agustus 1945 oleh Soengkono di Surabaya dengan nama Barisan Keamanan Rakyat Pelajar (BKR-P).
Pasukannya terdiri dari para pelajar sekolah menengah yang rata-rata berusia antara 12-20 tahun. Meski baru berusia belasan tahun mereka dikenal berani dan tangguh dalam mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kegagahan dan jiwa patriotisme mereka teruji dalam setiap pertempuran melawan kaum penjajah yang hendak merongrong kemerdekaan Indonesia.
Tentara Inggris yang menjadi pemenang perang dunia ke-2 terbukti dibuat kewalahan menghadapi kiprah para pelajar dalam pertempuran heroiknya.
Semasa perang kemerdekaan inilah, mereka mendapatkan sebutan dari masyarakat sebagai "Mas TRIP." Sebab dipanggil "Pak" masih sangat muda dan belum pantas, tapi jika dipanggil "dik/nak" mereka sudah berani mengangkat senjata melawan kaum penjajah. Artinya mereka bukanlah anak-anak lagi.
Maka sesuai dengan budaya Jawa yang menjaga kesopanan dalam pergaulan maka disebutlah anggota TRIP dengan panggilan "Mas". Sehingga sampai sekarang dikenal dengan sebutan Mas TRIP. Jadi jelaslah bahwa "Mas" bukan merupakan singkatan melainkan panggilan akrab masyarakat kepada pasukan TRIP.
Medan juang para Mas TRIP di seluruh wilayah di Jawa Timur. Maka tak heran di beberapa kabupaten/kota selain Surabaya juga menyematkan nama Mastrip sebagai nama bangunan atau monumen.
Pada tanggal 19 Oktober 1945, BKR-P diubah namanya menjadi TKR P (Tentara Keamanan Rakyat Pelajar), seluruh anggotanya diajarkan disiplin militer sebagaimana halnya seorang prajurit.
Tanggal 26 Januari 1946, TKR-P diubah lagi menjadi TRI-P (Tentara Republik Indonesia - Pelajar), dengan semboyannya "Berdjoeang, Beladjar, Bersenang-senang".
Pada Kongres Pelajar, 21 Juli 1946 di Kotapraja Malang, dibentuklah TRIP Jawa Timur dengan mottonya "Perdjoeangan Koe Teroeskan Sampai Ke Achir Zaman".
Dipimpin Komandan Isman dengan Markas Pusat berkedudukan di Kota Malang dan Wakil Komandan Moeljosoedjono berkedudukan di Mojokerto.
Pada tahun 1950, pasukan TRIP Jawa Timur dibubarkan dan seluruh anggotanya didemobilisasi, dikembalikan menjadi pelajar dan ditawarkan untuk melanjutkan sekolah atas biaya negara menjadi sipil atau militer.
Meski sudah bubar perjuangan para pejuang TRIP Jawa Timur dilanjutkan oleh para generasi penerusnya (G2 Anak, G3 Cucu, G4 Cicit, dan seterusnya) yang tergabung dalam Paguyuban Ex TNI Brigade 17 Detasemen 1/TRIP Jawa Timur.
Mengapa baru dibangun?
Pembangunan monumen TRIP tergolong sangat baru jika dibandingkan dengan monumen-monumen lain di Kota Pahlawan yang sudah berusia puluhan tahun.
Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPRKPCK) Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyebut pembangunan monumen TRIP selain untuk menghormati jasa para pelajar pejuang kemerdekaan juga dimaksudkan sebagai tanda rekonsiliasi budaya antara Jawa dan Sunda.
Sebagaimana perubahan sebagian nama Jalan Gunung Sari menjadi Jalan Prabu Siliwangi pada 3 Februari 2019 yang lalu oleh Gubernur Soekarwo.
Mulanya lokasi pembangunan monumen berada di dalam area Yani Golf sebelah utara Jalan Gunung Sari. Namun adanya sengketa lahan membuat pembangunan diputuskan untuk digeser ke pertigaan Jalan Rolak Karah, yang juga menjadi wilayah pertempuran.
Monumen TRIP dibuat dengan penyangga berwarna putih, yang di atasnya terdapat lima orang pejuang pelajar yang gugur. Salah seorang dari mereka mengangkat tangan sambil menunjukkan jari ke atas.
Di kanannya seorang dalam posisi memantau, sisanya dalam posisi siaga saling memunggungi. Monumen ini adalah visualisasi lima pejuang Mas TRIP yang gugur di kawasan Gunung Sari. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |