Peristiwa Nasional

Kisah Bapak Paskibraka H Muthahar dan Upaya Penyelamatan Sang Saka

Kamis, 11 November 2021 - 03:32 | 99.95k
Kolase Fatmawati dan H Muthahar. (Foto: Dok.Hamid Nabhan/Ziarah Sejarah)
Kolase Fatmawati dan H Muthahar. (Foto: Dok.Hamid Nabhan/Ziarah Sejarah)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYASang Saka Merah Putih. Julukan ini diberikan kepada bendera merah putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta saat proklamasi kemerdekaan. 

Bendera pusaka dibuat oleh Fatmawati (1923-1980), istri Presiden Soekarno pada tahun 1944. Bahannya terbuat dari katun Jepang ada juga yang menyebut wool London dengan ukuran 274x196 cm.

Advertisement

Fatmawati menjahit sang saka merah putih dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan, karena dokter melarang Fatmawati yang tengah hamil tua untuk menggerakkan mesin jahit dengan kaki. Ia tercatat sebagai pembuat dan penjahit pertama sang saka.

Pada tahun 1948, tentara Belanda melancarkan serangan besar-besaran sebagai rangkaian dari agresi militer ke-2 dipimpin oleh Van Mook. 

Bung Karno lantas memanggil H Muthahar (1916-2004) yang memiliki nama lengkap cukup panjang, Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al Muthahar. 

Saat itu dia menjadi ajudan Presiden Soekarno. Dia dipanggil oleh presiden. Soekarno saat itu berkata, " Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi, dalam keadaan apapun. Ku perintahkan kepadamu untuk menjaga bendera ini dengan nyawamu."

Kalimat itu tertulis di buku "Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams. H Muthahar langsung menerima perintah presiden di masa genting itu. 

"Bendera ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," kata Soekarno. 

Bung Karno dan Bung Hatta kemudian ditawan oleh Belanda. Tak lama setelah itu, H Muthahar juga ditangkap oleh Belanda. 

Sebelum ditangkap, H Muthahar memisahkan kain merah dan putih dari bendera agar tidak dikenali sebagai bendera pusaka. 

Ketika ditahan, H Muthahar berhasil melarikan diri lalu menumpang kapal menuju Jakarta. Kemudian bersembunyi di rumah Sutan Syahrir.

Di rumah inilah H Muthahar menjahit kembali bendera pusaka dengan menyatukan kain merah dan putih. Setelah keadaan aman, ia menyerahkan bendera sang saka kepada Presiden Soekarno. 

H Muthahar juga dikenal sebagai pendiri Paskibraka. Di samping sebagai seorang komponis dan juga salah satu pendiri Pramuka.

Menurut penulis buku Ziarah Sejarah, Hamid Nabhan, pada peringatan 17 Agustus yang pertama kali, Muhammad Husain Al Muthahar mendapat perintah dari presiden agar peringatan itu dapat dikenang sepanjang masa. 

Maka H Muthahar memutar otak berpikir keras untuk mewujudkan bagaimana agar peringatan itu bisa berlangsung seperti yang diharapkan Presiden Soekarno.

Muhammad Husain Al Mutahar membayangkan alangkah indahnya jika pemuda dan pemudi dari seluruh Wilayah Indonesia bisa hadir dan terlibat langsung kendati dalam situasi yang cukup sulit karena adanya agresi.

Namun keinginan itu memang sukar untuk dilaksanakan. H Muthahar kemudian mendapat ide yaitu setidaknya ada 5 pemuda dan pemudi yang akan menjadi pengibar bendera pusaka. 

"Dipilihnya 5 orang karena menurut H Muthahar kelak orang itu melambangkan lima sila dasar dari Pancasila dan juga semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mewakili keragaman elemen yang menyusun bangsa," kata Hamid Nabhan, Rabu (10/11/2021). 

Hamid menambahkan, Muhammad Husain Al Mutahar sendiri yang merancang seragam para anggota Paskibraka. Upacara 17 Agustus 1946 berjalan sukses. 

Presiden Soekarno memuji H Muthahar. Soekarno mempercayai H Muthahar sejak menyelamatkan bendera pusaka pada tanggal 19 Desember 1948 saat Belanda melancarkan agresi militer keduanya.

Dalam perkembangannya pada tahun 1967 H Muthahar di panggil Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta. 

H Muthahar mengembangkan lagi formasi pengibaran Sang Saka Merah Putih menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya yaitu Pasukan 17 sebagai pengiring (pemandu) Pasukan 8 pembawa bendera inti dan Pasukan 45 pengawal, dimana jumlah tersebut merupakan simbol dari proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 atau 17-8-45. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES