Peneliti Indonesia di AS Temukan Vaksin Covid-19 yang Mudah Diproduksi di Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peneliti Indonesia yang berada di Amerika berhasil temukan kandidat baru varian vaksin Covid-19 yang dapat menyesuaikan dengan teknologi yang ada di Indonesia. Dia adalah Novalia Pishesha, seorang junior fellow atau peneliti junior di Society of Fellows, Universitas Harvard.
Temuanya ini lebih mudah dan murah sehingga dapat diproduksi secara massal di Indonesia. Kandidat vaksin Covid-19 ini lebih mudah juga untuk didistribusikan karena tidak memerlukan lemari ekstra dingin untuk penyimpanannya.
Advertisement
Jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Nova mengenai kandidat vaksin corona berbasis protein yang menargetkan sel-sel penyaji. Menurut jurnal PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America).
Ia beserta timnya mengujicobakan vaksin itu terhadap tikus muda dan tua. Hasilnya, metode itu memicu kekebalan tubuh tikus terhadap SARS-CoV-2 – virus penyebab Covid-19 – dan variannya.
"Kandidat vaksin ini 100 persen efektif, karena semua tikus – jika Anda lihat datanya – terlindungi," ujar Nova di kantornya, di Boston Children’s Hospital, Massachusetts, saat diwawancarai VOA.
Nova mulai memimpin penelitian itu bersama koleganya, Hidde Ploegh dan Thibault J Harmand, pada April 2020, sebulan setelah pengumuman status pandemi Covid-19 oleh WHO. Kala itu, ia terpantik gagasan untuk menggunakan teknologi nanobodi, yang sebelumnya ia kembangkan untuk pengobatan penyakit autoimun.
Sejauh ini, kandidat vaksin itu ampuh menghadapi berbagai varian virus corona, termasuk varian Afrika Selatan (C.1.2) yang sempat merebak ke berbagai negara. Ia mengaku belum mengujinya dengan varian Delta, meski tertarik untuk melakukannya. Terlepas dari itu, Nova optimistis vaksinnya ampuh menghadapi varian tersebut.
"Sebenarnya, modifikasi dalam hal merekayasa ulang komponen vaksin tidak terlalu sulit, jadi saya rasa kami bisa merakayasa ulang sebagian vaksin dengan varian terbaru," ungkapnya.
Sebelum uji klinis terhadap manusia, tahap berikutnya adalah pengujian terhadap primata nonmanusia, dalam hal ini monyet. Doktor lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu berharap dapat melakukannya di Indonesia.
Pada akhirnya, ia berharap vaksin ini nantinya bisa digunakan di Indonesia. Ia berpikir sesuai rencana, pada intinya ingin menggunakan teknologi yang memang kapasitas manufakturnya sudah ada di Indonesia.
"Itu sebabnya saya tidak begitu ingin meneliti (vaksin) mRNA, karena butuh waktu beberapa tahun untuk membangun kapasitas manufakturnya hingga berada pada skala yang diperlukan, karena di Amerika pun teknologi itu masih sangat baru," ungkap Nova.
Sementara itu masih berbulan-bulan waktu yang diperlukan bagi vaksin Covid-19 hasil penelitian Nova dan timnya untuk dapat diproduksi massal, dengan catatan lolos tahap uji klinis dan mendapat persetujuan otoritas terkait. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |