Peristiwa Nasional

Setjen MPR RI Kobarkan Semangat Nasionalisme di Untirta Serang

Sabtu, 04 Desember 2021 - 12:52 | 11.70k
Sarasehan Kehumasan MPR RI di Untirta Serang, Sabtu (4/12/2021). (FOTO: Dok. MPR RI)
Sarasehan Kehumasan MPR RI di Untirta Serang, Sabtu (4/12/2021). (FOTO: Dok. MPR RI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Mahasiswa dan dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang mengikuti Sarasehan Kehumasan MPR RI ‘Menyapa Sahabat Kebangsaan’ pada Sabtu (4/12/2021). Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR RI, Budi Muliawan menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.  Ia mengantar pada diskusi dengan tema ‘Bangkitkan Semangat Nasionalisme Bagi Generasi Muda’. Ia menguraikan dinamika pergerakan nasionalisme di tanah air.

Budi Muliawan menuturkan paham kebangsaan atau nasionalisme muncul di tanah air pada tahun 1908, diandai dengan berdirinya pergerakan Budi Utomo. Dia mengatakan, organisasi ini didirikan oleh mahasiswa yang menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).

Advertisement

Tokoh-tokoh organisasi Budi Utomo adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji. “Hari berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional,” ujarnya sembari menyampaikan bahwa organisasi ini memiliki tujuan Indonesia merdeka.

Beberapa tahun sebelumnya, menurut alumni Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya Malang ini, sudah ada organisasi yang melawan kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda yang tidak adil yaitu Sarekat Dagang Islam.

Setjen MPR RI 2Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR RI, Budi Muliawan menerima cendera mata dari Untirta Serang. (FOTO: Dok. MPR RI)

Sarekat Dagang Islam lahir di Solo, 16 Oktober 1905. Organisasi ini. menurut Budi Muliawan. sebagai organisasi yang pertama lahir di masa pergerakan. Organisasi yang dibentuk oleh Hadji Samanhoedi itu merupakan perkumpulan pedagang Islam yang menentang politik Belanda yang telah memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai sektor perekonomian pada masa itu.

Dalam keberlanjutan, organisasi ini berubah menjadi Sarikat Islam, dengan tokoh penggerak yang sangat populer, yakni Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Budi Mulyawan menyebut Tjokroaminoto ini menjadi Bapak Bangsa.

Dinamika pergerakan kebangsaan di tanah air semakin membesar dengan adanya Kongres II Pemuda pada 1928. Di mana dalam kongres yang diikuti oleh berbagai mahasiswa dengan berbagai latar bekalang itu menghasilkan sumpah yang monumental dengan sebutan Sumpah Pemuda. Kemudian berlanjut pada gerakan pemuda mahasiswa pada tahun 1945, 1966, dan 1998.

“Apa yang dilakukan oleh mahasiswa mempunyai dampak yang besar pada bangsa dan negara,” kata alumni Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini.

Menurut Budi, nasionalisme sifatnya tidak monoton, ia bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Disebut revolusi industri yang terjadi pada tahun 1760-1850 berpengaruh besar terhadap perkembangan paham ini. Revolusi industri menyebabkan terjadi perubahan besar-besaran pada berbagai bidang dengan dampak besar pada perubahan tatanan dunia. 

“Membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti pada bidang sosial, budaya, dan ekonomi,” tuturnya. Perubahan ini berawal dari Inggris hingga menyebar ke seluruh benua dan negara lainnya.

Dengan fakta di atas, Budi Muliawan menyebut nasionalisme bisa menyesuaikan dengan jaman dan keadaan. Menolong orang, peduli sesama, dan gotong royong, juga merupakan semangat nasionalisme. “Membantu orang lain saat pandemi Covid-19 juga merupakan bentuk nasionalisme,” paparnya.

Tak hanya itu yang dicontohkan. Dia menuturkan saat ini di media sosial banyak berita bohong atau hoaks meski berita yang sesuai dengan fakta juga melimpah. Berita bohong yang ada diakui menimbulkan benih-benih permusuhan dan perpecahan. Dia menyebut melawan berita bohong juga salah satu bentuk nasionalisme. “Nasionalisme seperti ini bisa kita lakukan saat ini,” ucapnya.

Menurut Budi Muliawan paling penting dalam paham ini adalah bagaimana nilai-nilai yang ada tidak hanya diucapkan namun juga diimplementasikan. Namun diingatkan nasionalisme yang diinginkan adalah nasionalisme yang berdasarkan pada nilai-nilai yang disepakati oleh para pendiri bangsa, yang termuat dalam Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Bukan nasionalisme sempit. Dia mengatakan bangsa ini harus bersyukur karena memiliki Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Hukum Tata Negara FH Untirta, Lia Riesta Dewi menambahkan, nasionalisme tak bisa diukur, dilihat, dan diraba, namun bisa dirasakan. Dia mengungkapkan bila saat menyanyikan lagu Indonesia Raya maka bila ada rasa nasionalisme maka seseorang akan bergetar.

“Demikian juga bila ada bendera merah putih maka hatinya juga akan bergetar,” ujarnya.

 Sebelumnya, Lili Suriyanti selaku pelaksana acara mengatakan pihak kampus Untirta mengucapkan terima kasih atas kehadiran tim dari Setjen MPR. “Kegiatan ini untuk mensosialisasikan apa saja tentang MPR”, tuturnya. Disampaikan bahwa hadir dalam kegiatan tersebut ada 50 mahasiswa. Belum termasuk yang mengikuti secara daring. Selain mahasiswa, ada juga dosen yang antusias pada kegiatan ini. Lili berharap kegiatan tersebut dapat menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Program Pendidikan FH Untirta, Nurikah. Dia mengatakan kedatangan MPR ke kampus ini merupakan yang kedua kalinya. “Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh MPR di Untirta,” ujarnya. Dia menyebut kegiatan ini merupakan sarana untuk mengasah intelektual.

Dia juga mengatakan, MPR RI tidak hanya sebagai lembaga negara dalam bidang legislatif namun lembaga ini juga lembaga yang membangun karakter bangsa. Tak lupa Nurikah berpesan kepada mahasiswa Untirta agar jangan hanya mengajar prestasi tetapi harus juga mengedepankan atau memberikan kontribusi pada bangsa dan negara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES