Tiga Jam Bersama Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto (1); Malam Hari Cari Bekicot, Bisa Renov Rumah Orang Tua saat Jadi KSAU

TIMESINDONESIA, MALANG – "Setiap ada masalah, saya pasti pulang. Ketemu bapak. Meski sebentar," ucap Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto.
"Walau sebentar, tapi saya seperti mendapat energi besar. Saya langsung semangat lagi," sambungnya.
Advertisement
Kalimat itu meluncur deras dari bibir mantan Panglima TNI itu. Tak hanya sekali. Tapi beberapa kali.
Pada intonasi tertentu, wajah Pak Hadi memerah. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar. "Itulah mengapa saya merasa kehilangan bapak," ungkapnya.
Hadi Tjahjanto memang baru saja kehilangan sang ayah, H Bambang Sudarto. Almarhum wafat pada Selasa (1/3/2022) dini hari. Tepatnya pukul 02.08 di RSSA Malang. Almarhum dimakamkan di kompleks pemakaman Lanud Abdulrachman Saleh Malang.
Kamis (3/3/2022) malam adalah hari ke-3 tahlil di rumah almarhum. Tradisi tahlil yang menjadi ciri khas keluarga besar Hadi Tjahjanto yang berkultur NU. Apalagi rumah masa kecil Hadi itu berada di kota santri. Singosari!
Warga sekitar dan keluarga Hadi menggelar tahlil di rumah almarhum. Rumah sederhana di pinggir jalan Desa Taman Harjo, Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Usai tahlil mantan orang nomor 1 di tubuh TNI ini melayani berbincang dengan warga sekitar. Ada yang minta berfoto. Berselfie juga. Semua dilayani Hadi dengan senang hati.
Usai tamu pulang, kami pun bercengkrama. Gayeng sekali kami berbincang. Hampir tiga jam.
Selain Pak Hadi, perbincangan hangat malam itu juga ditemani Bang Ovan Tobing. Tokoh bola dan dedengkot Arema itu. Ada pula Sam Darmaji (media officer Arema), Sam Dedi (GM FKPPI), Mas Afnan, Mas Agus Sur, dan beberapa lainnya.
"Saya baru bisa merenovasi rumah bapak ini saat saya jadi KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara, Red)," kata Hadi seraya memandang rumah sederhana yang sekarang berlantai 2 itu.
Kawasan ini dulu masih berupa hutan bambu. Sebagian tebu. Rumah juga masih beberapa. Jalannya juga tidak sebagus sekarang.
"Sebelumnya kami di kompleks, tapi karena harus pindah, akhirnya nekat mencari tanah petak di sini. Bangunan seadanya. Asal bisa ditempati," kenang Hadi.
Sebagai anak tertua dari lima bersaudara, Hadi muda mendapat didikan yang kuat dari ayahnya. Apalagi mereka berasal dari keluarga prajurit biasa.
"Bapak selalu pesan; urip iku dilakoni ae, seng ikhlas. Enak gak enak dijalani saja. Itu doktrin bapak," kata Hadi.
Menjadi anak pertama membuat Hadi muda harus berusaha membantu ekonomi orang tua. "Kalau malam saya cari bekicot untuk makanan bebek. Kebetulan bapak memelihara bebek."
Siang hari bantu sang bapak menyiapkan Supermie ke tas. Mie itu disajikan bapak pada teman-teman sesama prajurit. Lumayan ada keuntungan sedikit-sedikit untuk dibawa pulang.
Sampai akhirnya Hadi muda bisa ikut pendidikan TNI AU. "Awalnya di pikiran muncul kekhawatiran. Kalau pendidikan, siapa yang akan bantu bapak. Tapi lagi-lagi bapak menyampaikan, dijalani saja. Dilakoni," kenang Hadi.
Ternyata benar. Nasihat-nasihat sang bapak benar-benar menginternalisasi ke sanubari Hadi. Kerasnya didikan militer dan orang tua membuat Hadi lulus pendidikannya di TNI AU.
Meski ragam ujian mental dijalani Hadi. Namun ia toh tak pernah menyerah. Bahkan sembari menjalani pendidikan militer, Hadi masih membantu orang tuanya.
"Saya belikan bapak sepatu dari sisa uang saku pendidikan TNI AU. Tapi sampai rumah, sepatu itu pun pindah ke Comboran," kata Hadi seraya tertawa.
Comboran yang dimaksud Hadi adalah di pasar loak Comboran, Kota Malang. Lokasinya sekitar 5 km dari Singosari.
"Bapak pernah jual satu sepatu tentaranya di sana untuk keperluan ekonomi. Sampplai saat mau ke mako, bilang sama komandan kalau satu kakinya sakit sehingga harus pakai sandal. Padahal sejatinya satu sepatunya dijual," kenang Hadi.
Peristiwa itulah yang membuat Hadi bertekad membelikan sepatu ayahnya. "Tapi ya itu tadi, dibelikan sepatu, tapi akhirnya ke Comboran juga," kenang Hadi. (bersambung/baca selanjutnya: Hadi Tjahjanto Dijaga Orang Tua Sampai Purna Tugas). (*)
(bersambung/baca selanjutnya: Saya seperti Ditemani Bapak hingga Purna Tugas)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |