Tiga Jam Bersama Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto (3); Jalankan Tugas sampai Tuntas dengan Ikhlas

TIMESINDONESIA, MALANG – "Wafatnya bapak ini membuat saya sangat kehilangan," ucap Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto.
Beberapa kali kalimat itu disampaikan. Secara refleks. Penulis mengingat setidaknya enam kali. Selama hampir tiga jam kami ngobrol di malam ke-3 tahlil almarhum waktu itu.
Advertisement
Kenangan dan pengalaman spiritual Hadi bersama sang bapaklah yang membuatnya begitu. Aneka kisah pun juga banyak melatarinya.
Penulis sendiri pernah menyaksikan langsung betapa sosok Hadi tak ingin jauh dari sang bapak ketika berkunjung ke Malang. Terutama saat menjadi Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo akhir 2017 lalu.
Waktu itu, Jumat, 23 Februari 2018. Penulis menjadi salah satu penanggung jawab Pengajian Eksekutif Malang Raya Yayasan Sabilillah. Sebagai ketua Lazis Sabilillah yang menyelenggarakan pengajian itu, penulis pun banyak berinteraksi dengan pembicara dalam forum tersebut.
Kala itulah, Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi pembicara. Saat itu Hadi baru menjabat beberapa bulan sebagai Panglima TNI.
Panglima TNI Hadi saat itu dipilih menjadi pembicara bukan tanpa alasan. Ada kedekatan sejarah antara Hadi dan Sabilillah. Sebut saja. Dengan keluarga KH Masjkur, pendiri Sabilillah, orang tua Pak Hadi dekat sekali.
Pula dengan keluarga Pesantren Bungkuk, Singosari, juga sangat dekat. Apalagi sama-sama terlshir di Singosari. Termasuk juga dengan Prof KH Tholhah Hasan, mantan Menag RI yang juga pembina Sabilillah, keluarga Pak Hadi juga cukup dekat.
Klop. Gayung bersambut. Akhirnya Pak Hadi pun bisa hadir. Lengkap dengan para jenderal yang mengiringinya.
Sebelum acara dimulai, rombongan transit dulu di kantor yayasan. Sebelah masjid.
Kami bicara banyak hal saat itu. Ada Kiai Tholhah sebagai tuan rumah, ada para ketua yayasan, dan para pejabat Malang Raya. Sipil dan militer.
Tak berubah. Hadi empat tahun lalu dengan Hadi sekarang. Saat kami ngobrol di rumah almarhum orang tuanya. Sangat akrab. Santai. Santun. Sangat menghargai yang lebih sepuh. Terutama ulama dan kiai.
Hampir 30 menit ngobrol, Hadi pun pamit keluar. Pikiran kami mau ke kamar mandi. Atau mungkin merokok di luar.
Ternyata tidak. Pak Hadi menyambut H Bambang Sudarto yang dijemput dari rumahnya di Singosari.
Hadi tampak langsung mencium bapaknya itu. Diajak masuk ke dalam. Lalu dipertemukan dengan Kiai Tholhah dan kiai lainnya.
Tampak Hadi sangat hormat ke sang ayah. Duduk di sebelahnya. Sedikit merendahkan posisi duduk. Seperti tak mau badannya lebih tinggi dari sang bapak.
Walau saat itu Hadi adalah Panglima TNI, tapi adab pada orang tua tampak dijaganya. Juga adab pada kiai. Terutama pada Kiai Tholhah Hasan.
Hingga menjelang acara dimulai, Hadi tampak sekali kedekatannya pada sang bapak. Mungkin memanfaatkan waktu sebanyak-banyaknya mumpung ada di Malang. Meski pun sebelumnya Hadi juga mampir dulu ke Singosari menemui sang bapak.
Peristiwa di Masjid Sabilillah Malang itu seperti menjadi konfirmasi. Konfirmasi betapa dekat dan cintanya Pak Hadi pada almarhum bapaknya. Maka sangat mafhum jika Hadi sangat merasa kehilangan sang ayah.
Apalagi sang ayah menemani Hadi dengan doa restunya selama berkarir di militer. Dari prajurit AU hingga menjadi Panglima TNI. Bahkan sampai purna tugas.
"Walau sangat sedih, saya sangat bangga. Saya purna tugas sebagai Panglima TNI, empat bulan kemudian bapak purna tugas di dunia ini," ucap Hadi.
Urip Dilakoni Ae, Ikhlas, dan Terus Sedekah
Pesan sang bapak agar Hadi terus menjalani saja apa yang menjadi tugas negara dengan ikhlas terus dibawa. Meski sudah purna dari TNI.
"Wes pokoke urip iki dilakoni ae kanti ikhlas. Terus barengi dengan banyak sedekah. Itu pesan bapak," kenang Hadi.
Dan, Hadi pun bertekad akan terus menjalankan pesan itu. Baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk anak-anaknya.
Termasuk meneruskan kebiasaan H Bambang Sudarto untuk terus sedekah. Bahkan sampai menjelang almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di RSSA Malang, 2 Maret 2022.
"Itu keteladanan seorang bapak. Saya yakin itulah yang membuat doa-doa beliau bisa menembus langit," timpal Bang Ovan Tobing.
Ucapan itu pun kami iya kan. Termasuk diamini oleh Hadi Tjahjanto sendiri.
Soal sedekah, almarhum H Bambang ini saat dirawat di RST Soepraoen, beberapa hari sebelum dipindah ke RSSA, almarhum sempat minta uang yang dibawanya dibagikan ke perawat dan cleaning service rumah sakit.
Bahkan petugas yang jaga malam pun diminta untuk diberi. "Bapak pesan, itu yang jaga, yang ganti infus, yang nyuntik, suruh kasih semua. Masyalah," kenang Hadi.
Kini, Hadi pun akan meneruskan kebiasaan sang bapak. Sedekah!
"Ada kebiasaan bapak selalu memberi pada abang becak di depan kantor pos (Singosari). Insyalah sesuai pesan bapak, akan saya teruskan," kata Hadi penuh semangat.
Kini tugas negara sebagai Komandan Lapangan MotoGP Mandalika 2022 pun diemban Hadi. Itu adalah tugas khusus Presiden Jokowi untuknya.
Sebagai tugas negara, Hadi pun akan melaksanakan sebaik-baiknya. Sampai sukses.
Apalagi MotoGP Mandalika ini merupakan etalase Indonesia di mata dunia. Kesuksesannya akan membawa dampak luar biasa bagi Indonesia sebagai bekal keluar dari Pandemi Covid.
Hadi pun tak main-main. Sebagai purnawirawan bintang empat, ia pun siap dengan segala tantangan tugas negara.
Dari urusan besar hingga kecil. Mulai keamanan hingga urusan hujan dan penghijauan sekitar sirkuit. Bahkan menanam kacang di sekitar sirkuit agar tampak hijau, akan dijalankan Hadi. Totalitas untuk kesuksesan MotoGP Mandalika. Selamat bertugas Pak Hadi! (habis)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rifky Rezfany |