Peristiwa Nasional

Antara I'tikaf dan Bekerja

Jumat, 29 April 2022 - 17:59 | 68.02k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MADINAH – Dalam beberapa kitab fikih, ada bab khuusus "Bab Al-I'tikaf". Imam Nawawi mengajarkan dalam kitab Al-Adkar agar berniat "i'tikaf setiap memasuki masjid".  

Pendapat imam Nawawi dikerjakan oleh sebagian besar ulama Indonesia. Jadi, kalau ingin i'tikaf tidak harus menunggu bulan suci Ramadlan, dan tidak perlu berlama lama.

Advertisement

Masjidilharam dan Masjid Nabawi, begitu juga Masjidil Aqsa memiliki kekhususan, karena ada teks hadis shahih seputar keutamaanya. Ibadah di tiga masjid, pahalanya dilipatgandakan. Apalagi bisa berbagi makan, membaca Alquran dan I'tikaf.

Wajar, jika umat Islam berbondong bondong shalat, berbagi makan untuk orang-orang yang berpuasa, membaca Alquran, apalagi bisa umrah berkali-kali.

Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW terbiasa I'tikaf di 10 terakhir bulan suci Ramadhan. Sebelum menjadi Rasul pun, Rasulullah memiliki kebiasaan menyendiri di goa hira. Melepaskan diri dari interaksi banyak manusia.

Dengan demikian, status hukum I'tikaf itu sunnah, yang artinya mendapatkan pahala bagi yang mengerjakan, tidak berdosa bagi yang meninggalkan. Maka, siapa yang ingin melaksanakan hendaknya benar-benar niat karena cinta nabi, bukan ikutan tren.

Bagi orang tertentu, i'tikaf bisa jadi tidak sunnah, jika tujuan utamanya menghindari kewajiban seorang suami terhadap istri dan anaknya. Sebab, selama di masjid, mendapat banyak makanan gratisan, udaranya juga sejuk karena ruangan ber-AC. Sementara kebutuhan buka puasa dan sahur ada yang mencukupinya.

Sementara jika berada di rumah, harus bekerja keras mencari nafkah untuk kebutuhan anak dan istrinya. Bekerja itu wajib, menunggui anak anak di rumah agar tetep istikomah shalat dan tadarusan itu wajib. Jangan sampai karena alasan sunnah I'tikaf, tetapi justru mengabaikan perintah Rasulullah SAW.

Nah, dalam konteks kekekinian, I'tikaf harus benar-benar sudah mapan secara ekonomi di rumah, agar anak dan istri saat ditinggalkan tidak kekurangan, bahkan sampai ngutang ke tetangga untuk beli kebutuhan sehari-hari dan baju baru.

Jangan sampai I'tikaf namun tujuan utamanya ikutan tren sunnah, lupa dengan perintah Allah SWT. Sebuah pesan agung dari Rasulullah SAW "tiap tiap kalian adalah pengembala, tiap tiap kalian akan di mintai pertanggung jawabkan tentang pengembalanya. 

Jangan sampai, i'tikaf namun hakekatnya hanyalah pindah tidur, serta menghindari tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Bekerja jauh lebih terhormat, karena dengan bekerja bisa mencukup kebutuhan hidup, serta bisa berbagi kepada sesama.

Menafkahi, mendidik, menyenangkan keluarga hukumnya wajjb. Jadilah, orabg yang diharapkan Rasulullah SAW "sebaik-baik kalian adalah yang ping baik kepada keluarfanya, dan aku adalah orabg yang paling baik kepada keluargaku (HR.At-Tirmidzi). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES