Haji Wawa Asal Indonesia, Jadi Marbot Masjid Nabawi: Cari Berkah di Rumah Nabi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Haji Wawa (41), begitu layak disapa. Ia sudah bisa menunaikan ibadah haji tahun 2014 silam. Sejak 2012, haji Wawa diterima bekerja sebagai Marbot di Masjid Nabawi. Ia sangat bersyukur bisa bekerja di Masjid Nabawi dan rumah sekaligus makam Rasulullah SAW, termasuk melayani Jemaah Calon Haji Indonesia (JCH Indonesia).
"Saya sangat bersyukur bisa diterima bekerja di rumah nabi, di masjid Nabawi dan sekaligus makam Rasulullah. Walau gaji tidak besar, semoga berkah," kata Wawa, saat ditemui TIMES Indonesia, di pelataran Masjid Nabawi, Selasa (7/6/2022), usai shalat Subuh.
Advertisement
Diketahui, bahwa Marbot merupakan sapaan yang ditunjukkan bagi orang yang biasanya rutin sehari-hari mengurus masjid.
Wawan berkisah, dirinya mulai bekerja dari tahun 2012. Saat itu dari Indonesia berangkat bersama 200 TKI lainnya yang ditempatkan di Arab Saudi.
"Saat itu, yang berangkat bareng dari Indonesia, tidak semua ditempatkan di Madinah dan di Masjid Nabawi. Ada yang di Jeddah, Makkah dan di Masjid Kubah. Alhamdulillah, saya ditempatkan di Masjid Nabawi," katanya.
Saat ini, tenaga kerja Indonesia yang bekerja ditempatkan Masjid Nabawi kurang lebih ada 300 orang. "Jika sebelum pandemi ada 1500 orang. Saat ini hanya diambil 300 orang saja," aku Wawa.
Wawa pulang kampung ke Indonesia dua tahun sekali. Di Indonesia ia tinggal di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. "Insyaallah, istri tahun depan mau umrah ke sini. Alhamdulillah," katanya.
Tidak semua TKI bisa ditempatkan di Masjid Nabawi. Dan banyak sekali TKI yang ingin bekerja di Masjid Nabawi. "Ini takdir saya bisa kerja dan mengabdi bekerja di rumah nabi," katanya lagi.
Untuk bekerja di Masjid Nabawi memang tidak ada tes khusus. Tapi juga tidak mudah bisa ditempatkan di Masjid Nabawi. "Tidak ada tes. Tapi nasibnya tidak tentu. Ada yang yang di Jeddah, Makkah dan masjid Kubah," terangnya.
Wawa juga tidak ahli bahasa Arab. Ia berangkat kerja tidak ada modal Bahasa Arab dan Inggris. Tapi, atas ketekunan dan keinginannya untuk bekerja, saat bekerja ia terus belajar dan menghafal kata perkata yang biasa dipakai sehari-hari.
"Bahasa Arab, Alhamdulillah sudah lancar. Enam bulan sudah bisa lancar. Belajar sendiri," katanya.
Mengenang kerja saat musim pandemi, Wawan hanya bekerja dengan beberapa Marbot lainnya dan Askar di Masjid Nabawi. Saat itu, tidak ada jemaah sama sekali. "Hanya imam masjid dan beberapa orang saja yang boleh shalat," akunya.
"Musim pandemi atau Covid-19, di masjid kosong. Air Zamzam saja tidak ada. Tapi, tetap harus bersih-bersih disini. Sekarang bersyukur ada jemaah umrah dan haji," terangnya.
Selama di Madinah, Wawa sudah ditakdirkan bisa menunaikan ibadah haji pada tahun 2014. "Alhamdulillah bisa haji Akbar. Tahun ini juga insyaallah haji Akbar," katanya.
Ditanya soal berapa gaji yang diterimanya setiap bulannya? Wawa mengaku kecil. Tapi ia tidak melihat besar kecilnya gaji yang ia terima. "Yang penting berkah. Bisa haji. Bisa Umar. Bisa bekerja di rumah Rasulullah. Makam nabi. Kalau soal rejeki sudah ada yang ngatur," katanya.
Berkah mengabdi di Masjid Nabawi, Wawan juga sering dapat pemberian uang dari para jemaah umrah dan haji. Berkah itu bisa lebih besar dari gaji yang didapatnya. Ia mulai bekerja dari jam 12 malam hingga jam 9 pagi. Ia juga sangat bersyukur bisa bertemu saudara setanah air JCH Indonesia.
"Banyak yang ngasih uang. Berkah. Itu sudah sangat Alhamdulillah. Berkah Masjid Nabawi dan berkah bersih-bersih di makam dan rumah Nabi," katanya dengan wajah ceria. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |