Kisah Jemaah Haji Ilegal Bisa Masuk Armuzna, Bermodal Doa pada Allah

TIMESINDONESIA, MAKKAH – Tak semua umat Islam bisa melaksanakan ibadah haji. Menjalankan ibadah rukun Islam ke lima itu, memang semata-mata karena panggilan Allah. Bukan hanya karena mampu harta dan fisik. Tapi juga takdir atau nasib. Kini, di banyak negara, umat Islam yang mau haji harus menunggu antrean bertahun-tahun lamanya. Begitu juga bagi umat Islam di Indonesia.
Pada tahun 2022, Pemerintah Arab Saudi merilis daftar kuota haji di masing-masing negara, memang mengalami penurunan drastis. Total kuota jemaah internasional dan domestik yang sebelumnya berjumlah lebih dari 2,5 juta, tahun 2022 menjadi 1 juta jemaah.
Advertisement
Dalam laporan Saudi Expatriates, penurunan tersebut merupakan imbas dari pandemi Covid-19. Ibadah haji 2022 ini pun menjadi keberangkatan yang pertama sejak 2 tahun terakhir bagi jemaah internasional.
Dari porsi 85 persen jemaah haji tahun 2022, data menunjukkan untuk Indonesia menempati peringkat pertama dengan kuota sebesar 100.051 jemaah. Angka ini dinilai Saudi Expatriates tidak mengherankan karena Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia.
Berdasarkan data, 30 negara dengan kuota haji terbanyak tahun 2022 adalah Indonesia: 100.051 jemaah, Pakistan: 81.132 jemaah, India: 79.237 jemaah, Bangladesh: 57.585 jemaah, Nigeria: 43.008 jemaah, Iran: 38.481 jemaah, Turki: 37.770 jemaah, Mesir: 35.375 jemaah, Etiopia: 19.619 jemaah, Algeria: 18.697 jemaah.
Moroko: 15.392 jemaah, Irak: 15.252 jemaah, Sudan: 14.487 jemaah, Malaysia: 14.306 jemaah, Afganistan: 13.582 jemaah, Inggris: 12.348 jemaah, Tanzania: 11.476 jemaah, Rusia: 11.318 jemaah, Yaman: 10.981 jemaah, Uzbekistan: 10.865 jemaah.
Selanjutnya adalah Suriah: 10.186 jemaah, Amerika Serikat: 9.504 jemaah, Perancis: 9.268 jemaah, China: 9.190 jemaah, Nigeria: 7.194 jemaah, Oman: 7.194 jemaah, Mali: 6.032 jemaah, Thailand: 5.885 jemaah, Senegal: 5.822 jemaah, Somalia: 5.206 jemaah.
Jemaah Haji Ilegal
Temuan TIMES Indonesia selama pelaksanaan puncak haji tahun 2022, yakni saat proses pelaksanaan wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah dan di Mina, ternyata ada beberapa jemaah haji ilegal dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, yang bisa lolos masuk Armuzna. Mereka membaur bersama jemaah haji legal (resmi) lainnya.
Pada pelaksanaan lempar jumrah, Senin (11/7/2022) dini hari, sekitar pukul 01.15 Waktu Arab Saudi (WAS), bertemu dengan sekelompok jemaah, sebanyak lima orang. Tiga jemaah perempuan dan dua laki-laki. Mereka seluruhnya adalah warga Indonesia. Ada dua jemaah perempuan yang sudah jadi mukimin. Tiga jemaah lainnya non mukimin.
Jemaah perempuan yang mukimin, mengaku sudah 20 tahun kerja menjadi TKI di Makkah. Namun, saat ini ingin berhaji karena haji Akbar. "Tapi, saya tidak mendaftar resmi. Karena jika resmi jelas mahal dan tidak mudah," kata perempuan berumur 45 tahun, yang tak mau disebutkan namanya itu.
FOTO: MCH for TIMES Indonesia
"Saya berdua kerja di sini jadi TKI. Sudah 20 tahun di Makkah. Tiga temanku ini baru ke Makkah sebelum pandemi. Ke sini niat umrah dan sembunyi-sembunyi, tinggal di sini. Karena sekalian mau ikut haji sekarang ini," cerita dia sembari duduk lesehan beralas sajadah, bersama teman-temannya, yang juga jemaah ilegal.
Mereka duduk bersandar ke tembok pembatas jalan menuju Jamarat, untuk lempar jumrah. Mereka duduk dengan niat Mabit sebelum lempar jumrah. Mereka dan jemaah lainnya, seakan kucing-kucingan dengan pihak keamanan yang ditugasi pemerintah Arab Saudi, di sepanjang jalan Jamarat. Karena semua jemaah dari berbagai negara, tidak boleh duduk berdiam diri di sepanjang jalan tersebut. Jika diketahui duduk, akan diusir oleh pihak keamanan Arab Saudi.
Sementara, dari pengakuan perempuan yang bersamanya, yang non mukimin, jemaah ilegal juga, dirinya ke Arab bersama sang suami. Ia bercerita, berangkat ke Arab dengan cari ikut umrah melalui Travel Umrah di Indonesia.
"Saya ke sini bersama suami saya. Ikut travel umrah. Bayar 150 juta dua orang. Saat tiba di Arab sudah bukan tanggungan pihak travel. Yang ikut travel itu, sampai di Arab, masing-masing sudah berpisah, berjuang sendiri-sendiri, bagaimana bisa aman, tidak ditangkap oleh pemerintah Arab," kata perempuan yang mengaku dari Kabupaten Sampang Madura, Jawa Timur itu.
Pasrah dan Doa
Ia bersama suaminya, hanya bermodal paspor dan visa ziarah. "Sejak di Arab saya langsung cari kerja. Kerja apa saja yang penting dapat duit dan halal. Cari majikan yang bisa memberi tempat tinggal yang aman hingga tiba musim haji. Saya haji bersama suami. Kalau daftar resmi di Indonesia kan harus menunggu lama," cerita perempuan berumur 43 tahun itu, dengan berbahasa Madura.
Supaya aman, tidak ditangkap pihak keamanan Arab Saudi, tidak dirazia, ia harus kerja pindah-pindah tempat tinggal. Juga tidak kontrak tempat tinggal. Jika kontrak rumah atau tinggal di kos-kosan, pasti kena razia.
"Saya dan suami hanya bermodal doa. Pasrah kepada Allah. Yakin, saya selamat dan bisa haji. Ya, jika ditangkap mau gimana lagi. Ya harus diterima. Sudah nasib. Tapi, Alhamdulillah, lolos bisa haji dan tahun ini haji Akbar," katanya, sembari memutar tasbih yang dipegangnya.
Ia tinggal nunggu waktu untuk melaksanakan lempar jumrah. "Mau lempar jumrah habis ini. Jamnya masih kurang. Mabit harus enam jam disini. Sunah rasul, harus melakukan Mabit minimal 6 jam. Mabitnya ya nyuci-nyuri seperti ini. Main kucing-kucingan dengan petugas Arab," katanya.
FOTO: MCH for TIMES Indonesia
Ditanya bagaimana proses bisa lolos masuk Arafah, Muzdalifah dan Mina? Ia menceritakan, bahwa ia bersama jemaah lainnya, ikut bus khusus yang bisa masuk Arafah. "Pakai bus khusus yang punya tasrih, yang bisa masuk Arafah. Bayarnya 300 riyal ke pihak bus. Sudah lumrah ada yang ilegal begitu. Memang tetap ada razia. Tapi, Alhamdulillah, saya dan suami aman. Ya, banyak doa dan pasrah," katanya.
Saat di bus katanya, tidak hanya dia dan suaminya, serta tiga jemaah ilegal lainnya dari Indonesia. Ada banyak jemaah ilegal dari negara-negara lain. Seperti jemaah dari Yaman, Mesir dan negara lainnya. "Dan ini sudah biasa. Setiap musim haji, katanya pasti ada yang ilegal," aku dia.
Diketahui, untuk masuk Armuzna, setiap bus atau kendaraan lainnya, harus dipasang stiker tasrih. Jika tidak akan dilarang masuk oleh pihak keamanan Arab Saudi. Di pintu masuk jalan menuju Arafah, ada razia dan dijaga ketat.
"Setelah turun dari Bus, kami tidak wukuf di dalam tenda. Karena jemaah ilegal tidak punya tenda. Ya wukuf di luar tenda bersama jemaah ilegal lainnya dari berbagai negara. Jika sudah ada di Arafah, tidak ada razia lagi. Sudah aman dari razia," katanya.
Lebih lanjut ditanya apakah akan pulang ke Indonesia usai melaksanakan haji? Ia mengaku tidak akan langsung pulang ke Indonesia. Tapi masih akan kerja di Arab untuk modal pulang.
"Masih mau cari kerja dulu. Untuk bayar utang di Indonesia. Baru kalau bawa banyak uang, dan ada untuk bayar utang akan pulang ke Indonesia," jelasnya.
Saat ini, hati perempuan berjilbab hitam dan baju hitam ala perempuan Arab itu, sudah tenang dan harus banyak bersyukur bisa haji Akbar. "Karena tidak semua umat Islam bisa haji. Yang ada di sini ini sudah orang pilihan yang dipanggil Allah. Semoga semua jemaah yang ada disini bisa meraih haji mabrur," katanya.
Apa yang dilakukan oleh lima jemaah asal Indonesia dan puluhan jemaah lainnya dari negara lain, melalui jalur ilegal untuk bisa menunaikan ibadah haji, tak patut ditiru oleh umat Islam lainnya. Jangan mencoba hal demikian untuk bisa cepat beribadah haji.
"Cukup saya dan teman-teman saya saja. Lainnya lakukan dengan cara legal dan resmi. Saya melakukan ini karena ingin naik haji dan sekalian ingin kerja di Arab Saudi. Mau bayar utang. Mau daftar haji tidak punya uang," katanya, tanpa memberi tahu berapa banyak utang yang melilitnya.
Sementara itu, ditempat berbeda, Nur Halina, perempuan berumur 60 tahun, asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mengakui bahwa memang banyak mukimin atau non mukimin yang menempuh jalur ilegal. Hal itu tidak hanya warga Indonesia. Tapi jemaah dari berbagai macam negara.
"Ya untung-untungan juga. Jika selamat, ya aman saja dari razia. Jika tidak, ya ditangkap," katanya, ditemui TIMES Indonesia, di sebelah supermarket Bin Dawood, daerah Raudhah, Makkah.
Nur Halina juga mengaku, tak jarang juga oknum pihak keamanan yang mau disogok untuk bisa lolos dari razia. "Ini Arab. Semuanya juga apa kata duit. Ada duit, ya lolos. Mereka juga mau. Ngasih 100 riyal sudah beres. Saya saja sering melawan saat ada razia. Tapi saya TKI resmi. Tidak ilegal," katanya.
Nur Halina tahun ini tidak haji. Ia sudah selesai melaksanakan haji, beberapa tahun lalu. "Tahun ini saya badalin orang Indonesia yang sudah meninggal. Bayarnya 10 juta. Hampir setiap tahun saya badalin. Kadang badalin keluarga yang sudah meninggal," jelasnya.
Lebih lanjut, perempuan yang sudah 30 tahun menjadi TKI itu, bekerja di Jeddah. Ia izin cuti selama 48 hari pada majikannya. "Cuti itu saya ambil jatah cuti selama satu tahun, saya jadikan satu sekarang ini. Untuk kebutuhan badalin haji. Saya juga jualan nasi dan kue kepada jemaah Indonesia selama musim haji ini. Alhamdulillah lancar. Buat tambahan. Selesai ini, saya balik ke Jeddah. Kembali kerja di rumah majikan," terangnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |