Ada 824 Ribu Kasus, Indonesia Menempati Urut ke Tiga Dunia Paling Banyak Penderita TBC

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Tiffany Tiara Pakasi menyampaikan, secara global, estimasi kasus TBC kini sudah sebanyak 9.960.000 kasus.
"Penderita laki-laki 6.170.000 dan perempuan 3.790.000 kasus," katanya dalam Webinar Run to End TB, yang bekerja sama dengan TIMES Indonesia, Jumat (19/8/2022).
Advertisement
Untuk Indonesia sendiri kata dia, menempati posisi ke tiga setelah India dengan kasus sebanyak 824.000 dengan kematian sebanyak 93.000. "Beban kasus TBC tertinggi tahun 2022 terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta," ujarnya.
Ia menjelaskan, TBC atau tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC bukan penyakit keturunan atau guna-guna.
Tiffany mengatakan, bakteri TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar leher, ginjal, tulang, sendi, selaput otak, usus, kecuali kuku dan rambut. "TBC yang menyerang di luar organ paru disebut TBC ekstra paru," katanya.
Cara Penularan TBC
Tiffany menyampaikan, TBC menyebar melalui udara dari satu orang ke orang lain. Penularan bakteri dapat terjadi melalui droplet atau percikan saat batuk, bersin, tertawa keras, yang terhirup ke saluran nafas orang yang sehat.
Menurutnya, di dalam tubuh, bakteri bisa berkembang biak atau dorman. Apabila daya tahan tubuh menurun maka bakteri TBC akan berkembang biak dan menimbulkan gejala.
"TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TBSAN," jelasnya.
Risiko Penularan
Lebih jauh ia menyampaikan, risiko seseorang terpapar bakteri TBC ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Bakteri dapat menginfeksi semua orang, terutama orang yang kontak erat atau serumah dengan pasien atau penderita TBC.
"Bakteri TBC akan mudah menular pada kelompok orang dengan daya tahan tubuh yang rendah seperti, anak-anak, orang dengan HIV, lansia, penyandang diabetes milletus, perokok," ujarnya.
Pemeriksaan TBC
Ia menjelaskan, TBC dapat diketahui melalui pemeriksaan dahak dengan TCM atau Tes cepat molekuler. TCM adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk penegakan diagnosis Tuberkulosis.
"Dibutuhkan 2 dahak yaitu sewaktu sewaktu, sewaktu pagi atau pagi - sewaktu, dengan jarak 1 jam dari pengambilan dahak pertama ke pengambilan dahak kedua," jelasnya.
"Pemeriksaan TBC dapat dilakukan di Puskesmas secara gratis. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan sesuai indikasi berupa rontgen dada, pemeriksaan HIV, gula darah," ucap dia.
Selain itu lanjut dia, lama pengobatan TBC, yakni sekitar 6-8 bulan untuk TBC Sensitif Obat (TBC SO). Dan sekitar 9-24 bulan untuk TBC Resistan Obat (TBC RO). Sehingga membutuhkan kepatuhan menelan obat sampai tuntas. Obat Anti TBC (OAT) disediakan secara gratis di semua Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang ditunjuk," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |