Mengenal Kak Seto, Psikolog yang Usulkan Polri Buatkan Sel Khusus untuk Putri Candrawathi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di kasus Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto turut jadi sorotan publik.
Ia menyatakan, anak bungsu Sambo dan Putri yang baru berusia 1,5 tahun masih membutuhkan pendampingan dari orang tuanya meski telah ditetapkan sebagai tersangka.
Advertisement
Oleh karenanya, ia mengusulkan agar Polri menyiapkan sel khusus untuk Putri. “Sama seperti yang sudah saya sarankan pada kasus Mbak Angelina Sondakh, waktu itu tersangka juga punya bayi. Saya pesankan mohon bersama ibunya,” kata Kak Seto kepada awak media kemarin.
Mengenal Kak Seto
Nama lengkapnya adalah Seto Mulyadi. Ia pria kelahiran 28 Agustus 1951, Klaten, Jawa Tengah. Ia memiliki seorang istri bernama Deviana. Mereka dikaruniai empat orang anak yakni Eka Putri, Bimo, Shelomita, dan Dhea Seto.
Selain itu, ia memiliki saudara kembar bernama Kresno Mulyadi (Kak Kresno) yang juga seorang psikiater anak dan juga memiliki kakak Maruf Mulyadi.
Kak Seto termasuk psikologi kenamaan Indonesia. Ia pernah menerima Men’s Obsession Award (2006), The Golden Balloon Award, New York; kategori Social Activity dari World Children’s Day Foundation & UNICEF (1989), Orang Muda Berkarya Indonesia, kategori Pengabdian pada Dunia Anak-anak dari Presiden Republik Indonesia (1987).
Lalu, The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International (1987). Dan Peace Messenger Award, New York, dari Sekretaris Jenderal PBB Javier Perez de Cuellar (1987).
Sosok Bandel
Pada waktu kecilnya, ia dikenal sebagai sosok yang bandel. Ia juga pernah beberapa kali jatuh hingga sempat mengalami fobia, tetapi ia selalu melatih diri agar fobia tersebut hilang dengan melakukan aktivitas ekstrim seperti parkour.
Kak Seto pindah ke Jakarta karena kecewa tidak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Ia memutuskan untuk pindah ke Jakarta meski tanpa bekal dan keahlian apapun.
Di sana, ia memulai hidup dengan kerja serabutan sembari menunggu tes Fakultas Kedokteran tahun berikutnya. Tidak berjodoh dengan Fakultas Kedokteran, Kak Seto lantas memutar tujuan dan masuk Fakultas Psikologi atas saran Pak Kasur yang ia kenal sejak ia menjadi asisten pemilik Taman Kanak-kanak.
Kak Seto menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1981, Pendidikan Magister Bidang Psikologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia pada 1989, dan meraih gelar Doktor bidang Psikologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia pada 1993.
Menjadi asisten Pak Kasur adalah pekerjaan ayah empat anak kala itu yang kemudian dilanjutkan dengan mengisi acara Aneka Ria Taman Kanak-kanak bersama Henny Purwonegoro.
Di sana, Kak Seto mendongeng, mengisi acara belajar sambil bernyanyi, dan bermain sulap bersama anak-anak. Ilmu yang didapat dari Pak Kasur ia gabungkan dengan ilmu yang ia miliki, yakni teknik sulap yang telah ia pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sedangkan ilmu mendongeng didapat melalui belajar dan berdasarkan pengalamannya.
Menjadi bagian dari anak-anak memang dituntut untuk selalu kreatif, menyeimbangi pikiran-pikiran kreatif dan penuh imajinasi. Saat itulah karakter Si Komo diciptakan oleh Kak Seto.
Berupa boneka Si Komo dan lagu yang diciptakan, karakter Si Komo menguat dan banyak dikenal. Acaranya banyak ditunggu dan membuat namanya kian tenar, kondisi perekonomiannya pun membaik.
Kesuksesan inilah yang kemudian mengantarkan Kak Seto memborong beberapa penghargaan seperti The Outstanding Young Person of the World, Amsterdam; kategori Contribution to World Peace, dari Jaycess International pada 1987. Ia juga mendirikan Yayasan Mutiara Indonesia dan Yayasan Nakula Sadewa.
Pada 1998, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak. Kecintaannya pada anak-anak jugalah yang mengantarkannya membagi kisah lewat buku yang ia tulis, Anakku, Sahabat, dan Guruku.
Mendirikan Homeschooling
Pada tahun 2007, Kak Seto mendirikan sekolah alternatif bernama Homeschooling Kak Seto. HSKS begitu singkatannya, merupakan lembaga pendidikan alternatif yang menjadi salah satu solusi pendidikan bagi anak-anak Indonesia baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri.
Sesuai dengan visinya, yaitu menyediakan program pendidikan bagi anak agar memiliki keterampilan, life skill, dan karakter yang kukuh sebagai calon pemimpin bangsa pada masa depan.
Homeschooling Kak Seto terus berusaha meningkatkan standar kualitas pembelajaran sehingga proses belajar menjadi menyenangkan, memberikan materi pembelajaran yang terkini, serta menyediakan tutor-tutor dengan pengetahuan dan pengalaman profesional.
Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan yang diselenggarakan di rumah. Namun, Homeschooling Kak Seto adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar. Itu karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |