Masuki Usia 74 Tahun, Ini Sejarah Terbentuknya Polwan di Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tepat 1 September hari ini diperingati sebagai hari polisi wanita (Polwan), artinya Polwan RI merayakan HUT ke-74. Polwan di Indonesia pertama kali dibentuk pada 1 september 1948 di mana pada saat itu terdiri dari 6 orang saja.
Tahun-tahun awal kemerdekaan, menjadi tahun yang cukup pelik bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaan, tetapi Belanda masih berusaha untuk kembali menguasai Indonesia.
Advertisement
Pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer kepada Indonesia yang kita lihat sebagai bentuk pelanggaran Belanda terhadap perundingan Linggarjati, dan berakhir pada 5 Agustus 1947.
Hal ini menempatkan Indonesia dalam kondisi darurat, di mana wilayah Indonesia menyempit, banyak warga yang menjadi korban, dan terganggunya ekonomi serta stabilitas negara.
Akibatnya banyak warga yang mengungsi, namun pemerintah Indonesia harus tetap siaga karena aliran pengungsi rawan disusupi mata-mata.
Untuk menghindari penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh Polisi, akan tetapi tidak semua pengungsi wanita mau diperiksa Polisi laki-laki. Hal ini mengakibatkan Polisi sering kali meminta bantuan istri Polisi dan pegawai sipil wanita untuk melaksanakan tugas pemeriksaan fisik.
Organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi berinisiatif mengajukan usulan kepada pemerintah agar wanita diikutsertakan dalam pendidikan kepolisian untuk menangani masalah tersebut.
Dan Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi memberikan kesempatan pelatihan bagi wanita-wanita untuk menjadi polisi. Pada 1 September 1948 secara resmi disertakan 6 (enam) siswa wanita yaitu:
- Mariana Saanin
- Nelly Pauna
- Rosmalina Loekman
- Dahniar Sukotjo
- Djasmainar
- Rosnalia Taher
Dilansir dari Museumpolri.org Keenam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 19 Desember 1948 meletus agresi militer Belanda ke II yang menyebabkan pendidikan inspektur polisi di Bukittinggi dihentikan dan ditutup.
Setelah kedaulatan Indonesia diakui, pada 19 Juli 1950, enam calon inspektur Polwan dilatih kembali di SPN Sukabumi. Keenam calon inspektur polwan ini diajari ilmu-ilmu sosial, pedagogi, psikologi, sosiologi, dan dilatih dalam anggar, jiu-jitsu, judo, dan pelatihan militer.
Pada 1 Mei 1951 keenam calon inspektur Polwan berhasil menyelesaikan pendidikan dan mulai bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan Komisariat Polisi Jakarta Raya.
Mereka ditugasi untuk menangani kasus yang terkait dengan wanita, anak-anak, dan masalah-masalah sosial seperti mengusut, memberantas dan mencegah kejahatan yang dilakukan oleh atau terhadap wanita dan anak-anak.
Juga memberi bantuan kepada polisi umum dalam penanganan terhadap terdakwa atau saksi khusus untuk memeriksa fisik wanita yang terlibat dalam suatu perkara; mengawasi dan memberantas, pelacuran, perdagangan perempuan dan anak-anak.
Keenam Polisi wanita angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di Indonesia yang kini semuanya telah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).
Makna Lambang Polisi Wanita
Pada tanggal 29 November 1986, Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Mochammad Sanoesi mengesahkan lambang Polisi wanita dengan menerbitkan Surat Keputusan No. Pol.: Skep/480/XI/1986.
- Bunga Matahari yang bermakna sifat wanita.
- Tujuh helai dan empat helai bunga melambangkan pedoman hidup Polri Tribrata dan pedoman kerja Polri Catur Prasetya Polri.
- Perisai dan obor melambangkan Polwan adalah anggota kepolisian Republik Indonesia yang turut melaksanakan tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia.
- Tiga bintang emas bermakna Tribrata sebagai pedoman hidup bagi tiap anggota Polri.
- 1948 melambangkan saat pertama kali adanya Polwan di kepolisian Republik Indonesia.
- Esthi Bhakti Warapsari bermakna pengabdian putri-putri pilihan menuju kearah tercapainya cita-cita luhur yaitu terciptanya masyarakat Tata Tentram Kerta Raharja kepada negara dan bangsa.
Monumen Polisi Wanita
Monumen polisi wanita di Bukittinggi (Minang official/Twitter)
Dalam rangka memperingati kelahiran Polwan di Indonesia, maka dibangun monumen Polisi wanita di Bukittinggi, Sumatera Barat yang diresmikan oleh Kapolri pada saat itu Jenderal Polisi Drs. Banoeroesman Astrosemitro pada tanggal 27 April 1993.
Akan tetapi, pada tahun 2015 hasil survei dari senior Polisi wanita menyatakan Monumen polisi wanita rusak berat, sehingga diperlukan pemugaran.
Akhirnya, pada hari jadi Polwan ke-67, tepatnya 1 September 2015, Monumen Polisi wanita diresmikan oleh Kapolri ke-22, Jenderal Pol. Drs. Badrodin Haiti, beserta Ibu Asuh Polwan RI dihadiri Pejabat Utama (PJU) Polri, Pejabat Pemkot Bukittinggi dan 1.000 Polwan RI sebagai perwakilan dari Polda se-Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |