Media Massa Jadi Kunci Mempopulerkan Kopi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Media massa berperan penting mempopulerkan kopi Nusantara, karena kopi sudah menjadi komoditas penting Indonesia, baik untuk sekala lokal maupun untuk pasar internasional.
Hal tersebut menjadi benang merah dalam diskusi Kopi Togetherness yang mengangkat tema "Kopi Di Mata Jurnalis" yang digelar secara luring dan daring, Senin (11/12/2022). Diskusi yang dipusatkan di Museum Nasional Jakarta ini menghadirkan dua jurnalis Kompas, Siwi Yunita Cahyaningrum dan Eddy Hasby.
Advertisement
"Kita mungkin mengenal soto, dengan segala jenis, rasa dan asalnya. Soto menjadi kuliner nusantara yang luar biasa. Begitu juga dengan kopi. Kopi Indonesia berasal dari banyak daerah dan memiliki banyak ragam rasa. Ini yang harus terus kita kabarkan, kekayaan kopi nusantara," terang Siwi yang hadir secara virtual.
Siwi mengatakan, kehadiran kopi di Indonesia turut membangun suatu kota bahkan kebudayaan di Indonesia. Artinya kopi sudah menjadi bagian budaya Indonesia bukan sekadar minuman.
Kopi juga secara nyata menjadi salah satu akar ekonomi rakyat. Petani mampu hidup dan berjaya dari kopi yang mereka hasilkan. Bahkan kopi Indonesia dengan kualitas bagus seperti kopi Ijen menjadi primadona di pasar internasional.
Saat ini, Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Posisi Indonesia berada di bawah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah produksi kopi di Indonesia pada tahun 2021 lalu mencapai 774,60 ribu ton. BPS juga menyebutka bahwa Sumatra Selatan menjadi provinsi dengan produksi kopi terbesar sepanjang 2021. Jumlah kopi yang diproduksi provinsi ini mencapai 201,40 ribu ton.
Dari data tersebut, Siwi menangkap bahwa kopi bisa menjadi masa depan ekonomi Indonesia.
"Kopi Indonesia berjaya di masa lalu dan masa kini. Dan dalam analisa yang kami lakukan, kopi bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia di masa depan atau dalam bahasa lain kopi adalah aset Indonesia. Ini yang harus dirawat," ucap jurnalis yang menjadi bagian tim Ekspedisi Jelajah Kopi Nusantara Kompas ini.
Bupati Bondowoso Amin Said Husni dengan buku "Bondowoso Republik Kopi" yang diinisiai oleh TIMES Indonesia pada tahun 2017 lalu..
Terkait mengapa media harus menulis kopi, Siwi mengatakan, bangsa Indonesia harus bisa menulis sejarah mereka sendiri, dan dalam hal ini kopi. Selama ini, data tentang kopi Indonesia hanya ditulis oleh Belanda, sebagai negara yang menguasai Indonesia saat itu.
Untuk itu, tulisan terkait kopi maupun penelitian terkait kopi harus terus dilakukan. Termasuk oleh media massa. Harian Kompas, kata Siwi, mengangkat kopi melalui tulisan di koran, buku, foto dan video salah satu tujuannya adalah untuk pengumpulan data, sekaligus menjadi bukti sejarah mengenai kopi Nusantara.
"Kami ingin, data tentang kopi ini bisa dibaca generasi selanjutnya, dan dinikmati 50 bahkan 100 tahun kemudian. Dan yang pasti, kita sendiri yang menulis sejarah tentang bangsa ini, bukan negara lain, karena itu kami (Kompas) menulis ini (Jelajah Kopi Nusantara)," ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Eddy Hasby. Fotografer senior di Kompas ini mengatakan, tulisan, foto dan video yang dihasilkan dalam Jelajah Kopi Nusantara diharapkan bisa menjadi data awal untuk pengembangan kopi Nusantara.
"Kami melakukan banyak riset yang panjang dan mahal tentang kopi sebelum ekspedisi ini. Dan rata-rata berdasarkan arsip-arsip kuno tulisan Belanda," ucapnya.
Sementara itu, Prawoto Indarto, peneliti kopi dan penulis buku tentang kopi sekaligus moderator diskusi, mengakui bahwa literatur perkopian Indonesia sebagian besar ditulis oleh orang Belanda. Penulis buku The Road To Java Coffe dan Absolute Coffee ini menyebut tulisan tentang kopi Indonesia memang harus terus dibuat agar menjadi warisan bagi generasi selanjutnya.
Bondowoso Republik Kopi
Sebelumnya, dalam acara yang sama, Sri Widji Wahyuning Utami, Chief Bussines Officer TIMES Indonesia menyampaikan pentingnya media massa mengawal isu kopi Nusantara.
Perempuan yang akrab disapa Naning ini menceritakan bagaimana TIMES Indonesia membantu membuat City Branding untuk Bondowoso, Jawa Timur. Bondowoso yang sejatinya penghasil kopi terbaik Indonesia dengan kopi Ijennya ternyata "redup" di negeri sendiri. Padahal kopi Ijen Bondowoso sudah sangat terkenal di luar negeri, dan menjadi nama bagi jenis java coffee.
TIMES Indonesia kemudian memunculkan city branding, Bondowoso Republik Kopi dari Jawa Timur untuk Dunia, dan kemudian dibuatkan tulisan dan dibukukan dengan judul "Bondowoso Republik Kopi" pada 2017 lalu.
"Awalnya merupakan kepedulian media kami kepada kekuatan kopi Bondowoso yang menjadi jawara di panggung internasional tetapi tidak dikenal dan dicintai daerahnya sendiri," paparnya.
Karena itu Naning berharap, hasil bumi Nusantara khususnya kopi dapat mendunia kembali melalui branding city. "Dengan melakukan branding, wilayah Nusantara yang kaya hasil bumi, terutama kopi akan lebih dikenal dunia," ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |