Peristiwa Nasional

Mantan Rais Aam PBNU, Prof KH Ali Yafie Wafat

Minggu, 26 Februari 2023 - 05:14 | 128.91k
Prof. Dr. KH. Ali Yafie (FOTO: Istimewa)
Prof. Dr. KH. Ali Yafie (FOTO: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA –  Innalillahi Wainna Ilaihi Roojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1991-1992 Anregurutta Haji (AGH) Prof Dr. KH Ali Yafie pada Sabtu (25/2/2023) malam di usia 96 tahun.

Menurut informasi, jenazah akan dimakamkan pada Minggu 26 Februari 2023, sehabis Dzuhur di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

Advertisement

KH Ali Yafie  wafat setelah menjalani perawatan intensif akibat cairan di paru-paru serta flek pada organ jantung di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.

Kiai Ali biasa almarhum dipanggil, dilahirkan pada 1 September 1926 di Donggala, Sulawesi Tengah.

Kiai Ali Yafie adalah ulama fikih dan menjadi salah satu tokoh Nahdlatul Ulama, dan pernah menjabat sebagai pejabat sementara Rais Aam (1991-1992).

Kiai Ali Yafie dapat Anugerah 1 Abad NU pada kategori Pengabdi Sepanjang Hayat, Selasa (7/2/2023).

Pada Muktamar NU di Krapyak pada tahun 1989 silam, dia terpilih sebagai wakil dari Rais Aam PBNU KH Achmad Shiddiq.

Tetapi, ketika Kiai Achmad Shiddiq wafat pada 1991, AGH Ali Yafie kemudian bertindak menjalankan tugas, tanggung jawab, hak, dan wewenang sebagai Penjabat (Pj) Rais 'Aam hingga 1992. Kiai Ali Yafie juga mengemban amanah sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al-Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang didirikannya pada 1947.

Mengenang Prof. Dr. KH Ali Yafie

Prof. Dr. KH Ali Yafie dilahirkan di Donggala, Sulawesi Tengah pada 1 September 1926 atau 23 Safar 1345. Pada bulan ketika beliau dilahirkan, Muktamar NU pertama diselenggarakan. Beliau adalah anak ketiga dari lima bersaudara (empat saudaranya yang sudah meninggal yakni As’ad, Muzainah, Manarussana, dan Amira.

Ayahnya bernama Syekh Muhammad al-Yafie dan ibunya bernama Imacayya, putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete di pesisir barat Sulawesi Selatan.

Menurut penuturan Helmi Aly, putra Ali Yafie, Imacayya meninggal saat Ali Yafie berumur 10 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan Tanawali. Pasangan ini diberi empat keturunan: Muhsanah, Husain, Khadijah, dan yang masih hidup bungsunya, Idris. Muhammad Al-Yafie meninggal pada awal 1950-an.

Sejak usia 19 tahun, Prof. Dr. KH Ali Yafie melepas masa lajangnya dengan menikahi Hj. Aisyah yang saat itu masih berusia 16 tahun. Kendati menikah muda, mereka mengarungi bahtera  rumah tangga dengan bahagia. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat anak yang kelak akan menjadi penerusnya.

Sanad Ilmu dan pendidikan KH Ali Yafie

Prof. Dr. KH Ali Yafie berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Sejak kecil sudah berkecimpung di dunia pesantren. Ayahnya KH Mohammad Yafie, seorang pendidik, juga mendidiknya soal keagamaan dengan memasukkannya ke pesantren.

Sang ayah mendorongnya menuntut berbagai ilmu pengetahauan, terutama ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya dari para ulama, termasuk ulama besar Syekh Muhammad Firdaus, yang berasal dari Hijaz, Makkah, Saudi Arabia.

Didikan orang tuanya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tertanam terus sejak kecil hingga kemudian diteruskan dalam mendidik putra-putranya dan santri-santrinya di Pondok Pesantren Darul Dakwah Al-Irsyad.

Beliau memperoleh pendidikan pertamanya pada sekolah dasar umum, yang dilanjutkan dengan pendidikan di Madrasah Asadiyah yang terkenal di Sengkang, Sulawesi Selatan.

KH. Ali Yafie belajar ke beberapa kiai yang terkenal. Guru-guru beliau diantaranya: Syekh Ali Mathar (Rappang); Syekh Haji Ibrahim (Sidraf); Syekh Mahmud Abdul Jawad (Bone); Syekh As’ad Singkang; Syekh Ahmad Bone (Ujung Pandang); Syekh Abdurrahman Firdaus (Jampue Pinrang); dan Syekh Muhammad Firdaus (Hijaz, Arab Saudi).

Mengasuh Pesantren

Prof. Dr. KH Ali Yafie adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang didirikannya tahun 1947.

Penerus KH Ali Yafie

Prof. Dr. KH Ali Yafie mempunyai beberapa anak. Anak beliau yang menjadi penerus adalah: Helmi Ali; Saifuddin Ali; Azmi Ali; dan Badrudtamam Ali.

Murid-murid KH Ali Yafie

Sudah banyak santri-santrinya yang kini telah menjadi tokoh dan ulama-ulama. Di antaranya Mantan Menteri Agama Quraish Shihab, Mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, dan salah satu Ketua MUI Umar Shihab.

Organisasi, Karier dan Karya KH Ali Yafie

- Organisasi

Pada muktamar NU 1971 di Surabaya terpilih menjadi Rais Syuriyah. Pada Muktamar NU di Semarang 1979 dan Situbondo 1984, beliau terpilih kembali sehagai Rais. Di Muktamar Krapyak 1989, KH Ali Yafie terpilih sebagai wakil Rais Aam.

Beliau juga pernah menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa jabatan 1990-2000 mengggantikan KH Hasan Basri.

Di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), beliau juga pernah manjabat sebagai Dewan Penasehat

- Karier

Dekan di fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandangiau
Rektor Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Menjabat anggota DPR sampai 1987
Menjabat hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar dan Kepala Inspektorat Peradilan Agama.
Dewan Pengurus Syariat Bank Muammalat Syariat

- Karya

1. Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan,  1995), cet, III,  Teologi Sosial
2. Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, 1997), cet. 1,
3. Beragama Secara Praktis Agar Hidup Lebih Bermakna, (Jakarta: Hikmah, 2002), cet.  1

Buku karya KH Ali Yafie tersebut adalah sebuah penafsiran terhadap ajaran agama, merupakan salah satu kunci yang menyebabkan agama selalu menemukan hubungan dan kesesuaiannya. Buku karya KH Ali Yafie ini merupakan salah satu bentuk tanggapan seorang ulama terhadap beragam perkembangan sosial.

Di samping itu ada sebuah buku yang diluncurkan pada peringatan 70 Tahun KH Ali Yafie. Buku itu merupakan kumpulan tulisan dari sejumlah ulama, cendekiawan, politisi, pejabat,  pengusaha dan lainnta. bUku itu diedit oleh Jamal D. Rahman pada tahun 1997.

Penghargaan

Dalam perjalanan kariernya, KH Ali Yafie pernah mendapat banyak penghargaan. Salah satunya adalah Penghargaan Bintang Maha Putra dan Penghargaan Bintang Satya Lencana Pembangunan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imam Kusnin Ahmad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES