Peristiwa Nasional

Kisah Sedih Sultan Rif'at Alfatih, Mahasiswa UB Malang yang Malang: Terancam Lumpuh Akibat Tersangkut Kabel

Rabu, 26 Juli 2023 - 14:50 | 324.12k
Sultan Rif'at Alfatih saat masih sehat (kanan) dan kondisi Sultan di rumah sakit Fatmawati saat ini. (Foto: Dokumen Keluarga)
Sultan Rif'at Alfatih saat masih sehat (kanan) dan kondisi Sultan di rumah sakit Fatmawati saat ini. (Foto: Dokumen Keluarga)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – "Pokoknya saya akan terus mengejar perusahaan itu. Ini demi keadilan untuk anak saya," tegas Fatih FH, ayah Sultan kepada Choirul Anam PhD, expert international editor TIMES Indonesia di Jakarta, Selasa (26/7/2023).

Insiden Malam Tragis yang Merenggut Normalitas

Kisah sedih Sultan Rif'at Alfatih bermula pada malam 5 Januari 2023. Malam itu Sultan, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP semester VII UB Malang, ini berencana untuk menikmati malam bersama teman-teman SMA-nya di Jakarta Selatan. 

Advertisement

Mereka merencanakan malam tersebut dengan penuh semangat dan keceriaan. Tidak ada firasat apapun bahwa malam itu akan berakhir dengan tragedi.

Beranjak dari rumahnya di Bintaro, Sultan berangkat bersama teman-temannya sekitar pukul 22.00 WIB. Setiba di Jalan Pangeran Antasari, Jaksel, mereka dihadapkan dengan kabel fiber optik yang menjuntai. Kabel itu menyebabkan arus lalu lintas tersendat. 

Sultan, yang mengendarai motor berada di belakang mobil jenis SUV. Tak menyadari ada kabel yang menjuntai, tiba-tiba mendapati dirinya terjerembab. Jatuh dari motor. Leher depannya pun luka parah.

"Saat mobil tersebut melintas, kabel yang menjuntai itu tersangkut bagian atas mobil yang melaju dan terlontar ke arah Sultan. Sultan seketika terpental dari motor dan tidak sadarkan diri," cerita Fatih dengan suara bergetar.

Perjuangan untuk Bertahan dan Mencari Keadilan

Mengetahui putranya mengalami kecelakaan serius, Fatih langsung menuju RS Fatmawati, rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian. Di sana, dia mendapati Sultan dalam keadaan koma. 

Diagnosa dokter ada kerusakan serius pada tenggorokannya. Tulang tenggorokannya pun pecah.

Fatih pun langsung lunglai. Terbayang sudah masa depan anaknya. "Saya hanya bisa menangis dan pasrah seraya terus berdoa dan mencari keadilan," ujarnya.

Hingga kini, Sultan sama sekali tidak bisa bicara. Ia juga tidak bisa makan minum secara normal.

"Anak saya hanya bisa meneteskan air mata," ucap Fatih dengan nada sedih. 

Untuk makan dan minum, Sultan kini harus menggunakan selang.  Sehari-hari hanya mampu mengonsumsi susu dan makanan cair.

Dalam perjuangannya untuk mempertahankan hidup, Sultan harus menjalani serangkaian operasi. Biaya pengobatan Sultan hingga sekarang mencapai 1,5 miliar rupiah.

Sayangnya, menurut Fatih, perusahaan penyedia kabel tersebut tampaknya mencoba untuk menghindari tanggung jawab mereka.

"Perusahaan seolah lepas tangan malah menunjuk pihak ketiga, padahal dulunya perusahaan mau tanggung jawab," ucap Fatih dengan nada penuh kekecewaan.

Memandang Masa Depan dengan Ketidakpastian dan Harapan

Sultan, yang sebelumnya seorang pemuda penuh semangat, kini terbaring lemah di rumah sakit. Dia menghadapi masa depan yang tidak menentu. Harapan-harapannya sebagai mahasiswa terhenti seketika.

"Berat badan anak saya turun drastis. Tinggi badan anak saya itu 182 cm, berat badan awalnya kurang lebih 69 (kg). Saat ini berat badannya 46 kilogram," kata Fatih, menggambarkan kondisi putranya saat ini.

Kisah Sultan bukan hanya sebuah tragedi pribadi, tetapi juga simbol dari permasalahan yang lebih besar tentang penegakan hukum dan pertanggungjawaban korporasi di Indonesia. Harapan Fatih dan Sultan sekarang adalah adanya pertanggungjawaban dari perusahaan yang bersangkutan dan perbaikan kebijakan terkait keselamatan publik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES