Ahli Pulmonologi Sarankan Penggunaan Masker Kain dalam Menghadapi Polusi Udara

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp. P(K), FISR, FAPSR, menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker kain yang dilapisi filter untuk particulate matter (PM) 2.5 saat terpapar polusi udara.
Dalam sebuah konferensi pers daring di Jakarta pada hari Rabu, Agus mengatakan, "Ini bisa jadi solusi murah bagi masyarakat yakni masker kain yang ditambahkan filter untuk PM 2.5. Filter ini banyak dijual di toko daring dengan harga sekitar Rp10 ribu."
Advertisement
Agus merekomendasikan agar orang menggunakan masker kain dan menyisipkan filter PM 2.5 di belakang masker kain. Cara ini diyakini dapat memberikan kemampuan filtrasi sebesar 95 - 99 persen. Selain menggunakan filter PM 2.5, Agus, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, menyebutkan bahwa masyarakat juga bisa menggunakan masker N95, KF94, dan masker bedah.
Dalam konferensi pers yang sama, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P (K), M.Pd.Ked, merujuk pada studi tentang debu vulkanik. Dia menjelaskan bahwa masker N95 dinilai yang terbaik dengan efektivitas filtrasi hampir mencapai 100 persen, sementara efektivitas masker bedah sekitar 88,7 persen.
"Tambahan penyaring PM 2.5 pada masker kain juga memberikan perlindungan yang baik," ungkap Feni.
Selanjutnya, mengenai potensi kebocoran masker atau respirator, Feni merujuk pada studi yang mengindikasikan bahwa kebocoran paling kecil terjadi pada masker N95, yaitu sekitar 9 persen, sedangkan masker bedah memiliki tingkat kebocoran sekitar 35 persen.
Feni menegaskan bahwa masker dapat berfungsi sebagai alat pelindung diri saat terkena polusi udara, terutama saat harus keluar rumah. Namun, jika ada keluhan seperti batuk atau pilek berkelanjutan, asma, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang semakin memburuk, langkah selanjutnya adalah berkonsultasi dengan fasilitas kesehatan.
Feni mendorong masyarakat untuk aktif dalam mengurangi sumber polusi seperti tidak membakar sampah, menggunakan transportasi massal, dan memantau kondisi polusi udara sebelum keluar rumah jika tingkat polusi tinggi. Selain itu, mengadopsi gaya hidup bersih dan sehat, termasuk tidak merokok dan rutin berolahraga, juga dapat membantu.
Feni juga mengajukan permohonan kepada para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan yang lebih ketat dalam koordinasi dengan berbagai sektor, termasuk rumah sakit dan akademisi, untuk mengatasi polusi udara secara konkret.
Tidak hanya itu, upaya perbaikan kualitas udara juga perlu dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengembangkan transportasi ramah lingkungan, memberikan akses transportasi yang terjangkau dan ramah lingkungan, serta pengawasan ketat terhadap industri yang berkontribusi terhadap polusi. Upaya lainnya meliputi persiapan layanan kesehatan bagi masyarakat apabila diperlukan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |