Ketua MPR RI Mendorong Pertumbuhan Industri Olahraga di Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, mengungkapkan apresiasinya terhadap logo baru dan rebranding Lembaga Pengelolaan Dana dan Usaha Keolahragaan (LPDUK) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI yang diprakarsai oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga Dito Ariotedjo. Dengan semangat baru ini, LPDUK, yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam mengelola dana dan usaha keolahragaan, diharapkan dapat mengalirkan sumber dayanya ke berbagai sektor industri olahraga.
Bamsoet menekankan pentingnya pengelolaan yang baik dalam industri olahraga yang memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Untuk mengembangkannya, diperlukan perhatian serius terhadap ekosistem olahraga, termasuk pembinaan atlet dan organisasi cabang olahraga.
Advertisement
"Oleh karena itu, Kemenpora RI sebagai sektor yang memimpin perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari segi anggaran maupun prestise. Ironisnya, anggaran tahunan Kemenpora RI hanya sekitar Rp 2,1 triliun, yang masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan gaji Lionel Messi saat bergabung dengan Barcelona sekitar Rp 2,3 triliun per tahun, atau gaji Christiano Ronaldo di klub Al-Nassr Arab Saudi yang mencapai Rp 3 triliun per tahun," kata Bambang Soesatyo dalam acara "Local and Proud: Championing the Advancement of Indonesia's Sport Industry" yang diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara IDEAFEST 2023 di JCC Senayan, Jakarta, pada Sabtu (30/9/23).
Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dito Ariotedjo, Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha, dan Atlet Para-cycling Indonesia Muhammad Fadli Immammuddin.
Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa meskipun ada berbagai keterbatasan, industri olahraga di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 13,3 persen dari tahun 2013 hingga 2019. Data BPS juga melaporkan bahwa pada tahun 2019, industri olahraga berkontribusi sekitar Rp 34,5 triliun atau setara dengan 2,3 miliar dolar AS terhadap PDB, serta menciptakan lebih dari 170 ribu lapangan kerja.
"Prospek positif industri olahraga juga terlihat dari proyeksi Research and Markets.com yang menunjukkan pertumbuhan pasar olahraga di Indonesia sekitar 8,7 persen per tahun selama periode 2020-2025. Ini didorong oleh meningkatnya popularitas olahraga, peningkatan pengeluaran, dan minat dalam wisata olahraga (sport tourism)," tambahnya.
Bambang Soesatyo juga menyoroti dampak ekonomi yang signifikan dari berbagai event motorsport yang diselenggarakan oleh IMI bekerja sama dengan berbagai pihak. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Litbang Kompas tentang MotoGP 2022 di Mandalika mencatat bahwa total belanja penonton mencapai Rp 697,88 miliar. Secara keseluruhan, MotoGP berpotensi memberikan dampak ekonomi nasional hingga Rp 4,5 triliun, sementara dampak ekonomi lokal di NTB mencapai Rp 3,57 triliun. Bambang Soesatyo yakin bahwa angka-angka tersebut akan terus meningkat dalam MotoGP Mandalika 2023.
"Dalam era kemajuan teknologi ini, kita perlu beradaptasi dan berinovasi. Oleh karena itu, IMI memperkenalkan Akademi Digital Motorsport Indonesia (ADMI) sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi pembalap nyata dan virtual, serta untuk pendidikan mengenai safety driving and safety riding melalui simulator yang juga dapat diakses oleh masyarakat umum," ungkapnya/
Bambang Soesatyo yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Keluarga Olahraga Tarung Derajat (KODRAT) dan Pembina Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (PERBAKIN), serta Pembina Akademi Digital Indonesia (ADMI), menambahkan bahwa Indonesia dapat mengambil contoh dari berbagai negara dalam mengelola olahraga sebagai industri. Sebagai contoh, Inggris berhasil mengelola industri sepakbola Liga Primer Inggris (English Premier League) dengan berbagai sumber pendapatan yang menguntungkan.
Menurut laporan Ernst and Young pada tahun 2022, kontribusi Liga Primer Inggris terhadap PDB Inggris mencapai 7,6 miliar poundsterling atau sekitar Rp 143,4 triliun. Pendapatan dari hak siar mencapai 2,8 miliar poundsterling dalam satu musim saja.
"Angka-angka tersebut belum termasuk pendapatan dari penjualan tiket penonton, jersey, merchandise, sponsorship, dan lain-lain. Industri sepakbola Inggris juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi 90.300 warga Inggris, serta meningkatkan pengeluaran wisatawan internasional sekitar 555 juta poundsterling per musim, dari rata-rata 686 ribu turis yang menonton Liga Inggris," ucap Bambang Soesatyo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |