Peristiwa Nasional

Mengenang Sosok Abdul Hadi WM, Ahli Filsafat dan Sastrawan Indonesia

Jumat, 19 Januari 2024 - 14:14 | 55.76k
Prof Dr Abdul Hadi WM dalam ucapan Duka dari Universitas Paramadina, Jakarta.   (FOTO: tangkap layar).
Prof Dr Abdul Hadi WM dalam ucapan Duka dari Universitas Paramadina, Jakarta. (FOTO: tangkap layar).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Penyair Indonesia Abdul Hadi WM telah meninggal dunia pada dini hari tadi. Informasi ini diumumkan oleh PGSI Universitas Paramdina, yang menyatakan bahwa Abdul Hadi meninggal pada pukul 03.36 WIB, Jumat (19/1/2024).

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah, Prof Dr Abdul Hadi WM (1946-2024) selaku guru besar dan dosen Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran serta keikhlasan," tulis PGSI Paramadina yang dikutip TIMES Indonesia, Jum'at (19/1/2024).

Advertisement

Diketahui, Abdul Hadi WM tutup usia pada usia 77 tahun dan beliau juga menjabat sebagai Guru Besar di Universitas Paramadina Jakarta.

Pria kelahiran tahun 1946 di Madura itu, meraih Hadiah Puisi Terbaik II dari Majalah Sastra Horison untuk karyanya berjudul "Madura". Keahliannya terletak pada puisi-puisi dengan tema sufi dan Madura. Berikut Profilnya, 

Profil Abdul Hadi WM

Dari hasil penulusuran TIMES Indonesia, Abdul Hadi Widji Muthari, lahir pada 24 Juni 1946 di Sumenep. Ia memiliki keturunan dari saudagar Tiongkok yang bermigrasi dan menetap di Sumenep.

Ia dilahirkan dari ibu bernama RA Sumartiyah, seorang putri bangsawan dari Keraton Surakarta. Sedangkan ayahnya, seorang saudagar Muslim Tionghoa yang juga seorang guru.

Selain itu, ia juga berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah dan memiliki pesantren bernama "Pesantren An-Naba." 

Sejak kecil, ia sudah mengenal bacaan-bacaan berat dari pemikir seperti Plato, Socrates, Imam Gozali, Rabindranath Tagore, dan Muhammad Iqbal.

Disamping itu, saat bersekolah di tingkat SMP di Sumenep, Abdul juga menggemari puisi-puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar dan Amir Hamzah.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, ia pindah ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah di SMA. Setelah lulus SMA, Abdul mendaftar ke Universitas Gadjah Mada, mengambil jurusan Filologi, dan berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat, hanya 2 tahun (1965-1967), sehingga ia mendapatkan gelar sarjana muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Abdul Hadi melanjutkan studi di Fakultas Filsafat di universitas yang sama, dan akhirnya meraih gelar doktoralnya pada tahun 1968-1971.

Selain itu, Abdul yang selalu merasa kehausan akan ilmu pengetahuan, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke Bandung dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana, ia mengambil jurusan Antropologi di Universitas Padjadjaran, Fakultas Sastra, pada periode 1971-1973.

Setelah melanjutkan studi di Bandung, Abdul Hadi mengikuti Program Studi Antropologi selama setahun (1973-1974) untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, AS. Keinginannya untuk pendidikan tak berhenti di Amerika, melainkan berlanjut ke Hamburg, Jerman, untuk mendalami sastra dan filsafat. Pada tahun 1992, ia memperoleh gelar master dan doktor filsafat dari Universitas Sains Malaysia di Penang.

Setelah pulang ke Indonesia, Abdul Hadi W.M. menjabat sebagai ketua Dewan Kurator Bayt Alquran dan Museum Istiqlal, serta menjadi anggota lembaga sensor film. 

Sebagai penyair dan penulis esai terkemuka, Abdul meraih berbagai penghargaan, antara lain:

    •    Tahun 1969, Abdul Hadi W.M memperoleh hadiah puisi terbaik II majalah sastra Horison
    •    Tahun 1978 Hadiah Buku Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta
    •    Tahun 1979 Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
    •    Tahun 1985 Sea Write Award di Bangkok Tailand
    •    Tahun 2003 Anugerah Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara)
    •    Tahun 2010 penghargaan Styalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia.
    •    Penghargaan dari Universitas Internasional AlMustafa, Qum Iran, 2011
    •    Penghargaan Tertinggi untuk Kebudayaan (Satya Lencana Kebudayaan) dari Presiden RI, 2011.

Beberapa karya puisinya pun telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman, China, Thailand, Arab, Bengali, Urdu, Korea, dan Spanyol.

Beberapa karyanya yang menggema di dunia sastra meliputi Laut Belum Pasang (1971), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), Anak Laut Anak Angin (1984) – kumpulan sajak, Meditasi Kembali ke Akar Kembali ke Sumber (1999), Modin Karok (1983), Islam Cakrawala Estetik dan Budaya (1999), Tasawuf yang Tertindas (2001), dan sejumlah karya lainnya.

Di samping perannya sebagai penulis sastra, filsuf, dan tokoh budaya, Abdul Hadi WM juga menjabat sebagai dosen tetap di Fakultas Falsafah Universitas Paramadina, Jakarta. Ia juga menyelesaikan tugas mengajar sebagai dosen luar biasa di FIB Universitas Indonesia (UI), dosen di program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta, serta The Islamic College for Advance Studies (ICAS) London, Kampus Jakarta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES