Perbaikan Tenda Haji dan Konsep Tanazul, Solusi Kepadatan Jamaah di Puncak Haji
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktur Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama RI (Dirjen PHU Kemenag RI), Hilman Latief, menyoroti pentingnya perbaikan desain tenda bagi jemaah haji Indonesia di masa mendatang. Meskipun tenda-tenda yang digunakan sudah bagus, Hilman mengungkapkan bahwa kepadatan jamaah selama puncak haji, terutama di Mina, masih menjadi masalah yang perlu ditangani dengan baik.
"Jadi begini, tendanya itu bagus, banyak, tapi jemaahnya juga banyak. Maksudnya, tenda itu lebih kepada kapasitasnya ya, bagaimana sebetulnya rasio jumlah jemaah kita di satu lokasi tertentu untuk menempati tenda-tenda yang digunakan. Kemarin itu memang ramai karena masalah kepadatan," jelas Hilman Latief, Kamis (20/9/2024).
Advertisement
Kapasitas Tenda dan Tantangan Kepadatan di Mina
Menurut Hilman, salah satu tugas penting Kementerian Agama adalah menjaga agar kepadatan yang berlebihan tidak terjadi di lokasi-lokasi tenda jemaah. Namun, ia juga menyadari bahwa infrastruktur dan desain tenda di Mina berada di bawah kewenangan pemerintah Arab Saudi. Saat ini, pihak Arab Saudi tengah merancang skema dan desain baru untuk mengakomodasi jamaah haji yang akan datang.
"Tugas Kementerian Agama itu menjaga agar jangan sampai terjadi kepadatan yang berlebihan. Tentu saja, masalah infrastruktur itu kewenangan dari pemerintah setempat di sana, yang sedang membuat desain-desain baru, khususnya di Mina. Namun, dari segi pemerintah kita di Indonesia, sebagai penyelenggara, kita mengharapkan agar komposisi penempatan jamaah bisa lebih proporsional," lanjut Hilman.
Salah satu solusi yang diusulkan adalah konsep Tanazul, yakni kebijakan untuk menempatkan sebagian jamaah haji di hotel-hotel terdekat daripada di tenda. Ini diharapkan dapat memberikan ruang yang lebih luas dan mengurangi kepadatan di tenda-tenda.
Konsep Tanazul dan Tantangan Implementasi
Meskipun konsep Tanazul sudah ada, Hilman menjelaskan bahwa penerapannya belum sepenuhnya by design dan sifatnya masih sukarela. Salah satu tantangan terbesar adalah menentukan jamaah yang akan mengikuti Tanazul, mengingat mayoritas jamaah haji Indonesia, yakni sekitar 98,9%, adalah jamaah baru yang ingin merasakan pengalaman bermalam di tenda.
"Kesulitannya adalah menentukan siapa jamaah yang akan melakukan Tanazul, karena datanya harus jelas. Tanazul itu artinya mabitnya tidak di tenda, tetapi di hotel terdekat. Namun, sebagian besar jamaah haji baru, hampir 99%, ingin merasakan sensasi tinggal di tenda," papar Hilman.
Untuk itu, Kementerian Agama sedang mempersiapkan kategori-kategori khusus untuk jamaah yang akan mengikuti Tanazul di masa mendatang. Hilman berharap bahwa dengan desain yang lebih baik dan proporsional, kepadatan di tenda-tenda selama puncak haji bisa diatasi.
Persiapan Regulasi dan Pembahasan dengan Arab Saudi
Hilman juga menyampaikan bahwa pihak Kementerian Agama telah bertemu dengan Menteri Haji Arab Saudi, Tawfiq Al-Rabiah, untuk membahas persiapan pelaksanaan haji mendatang. Pertemuan tersebut membahas sejumlah regulasi baru yang akan diterapkan, termasuk regulasi terkait kesehatan dan kontrak pelayanan bagi jamaah haji.
"Kemarin, pertemuan dengan Menteri Haji Arab Saudi lebih kepada persiapan untuk tahun depan. Ada beberapa catatan penting mengenai regulasi kesehatan, kontrak, dan hal-hal lain yang harus disiapkan oleh pemerintah Indonesia," jelas Hilman.
Namun, terkait kemungkinan adanya penambahan kuota haji, Hilman belum mendapatkan informasi lebih lanjut. "Belum ada rencana bakal tambahan kuota haji," tutupnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |