Peristiwa Nasional

Ibas Ajak Mahasiswa Maknai Paradox Socrates dalam Dunia Pendidikan

Jumat, 11 Oktober 2024 - 18:51 | 36.76k
Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono saat menghadiri peluncuran dan bedah buku
Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono saat menghadiri peluncuran dan bedah buku
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), mengajak mahasiswa untuk merenungi makna ‘Paradox Socrates’. Hal ini disampaikan Ibas saat menghadiri peluncuran dan bedah buku "Menegakkan Amanah Konstitusi Pendidikan" karya Dr. Dede Yusuf M. Effendi.

"Paradox Socrates mengatakan: ‘Saya tahu bahwa saya cerdas, karena saya tidak tahu apa-apa’," ujar Ibas.

Advertisement

Pernyataan ini, menurutnya, mungkin membingungkan pada awalnya. "Bagaimana mungkin seseorang disebut cerdas jika dia tidak tahu apa-apa? Socrates percaya bahwa orang yang paling bijaksana adalah mereka yang selalu belajar dan mencari pengetahuan, bukan yang berpura-pura tahu segalanya," tambah Ibas.

Dalam pidatonya, Ibas juga mengajukan pertanyaan penting: apakah salah jika kita terus belajar dari sistem pendidikan dunia? Model pendidikan seperti apa yang cocok untuk Indonesia?

Ia kemudian menyebut beberapa contoh sistem pendidikan dunia. "Di Finlandia, fokusnya pada pembelajaran berbasis keterampilan. Singapura mengedepankan matematika dan sains. Jepang dikenal dengan pendidikan karakter dan disiplin seumur hidup. Belanda menerapkan personalisasi dalam pembelajaran, sementara Kanada menonjolkan pendidikan inklusif dan dukungan yang luas," paparnya.

Menurut Ibas, ‘Paradox Socrates’ sangat relevan jika kita bisa mengintegrasikan beberapa pendekatan tersebut dalam pendidikan Indonesia. "Pendidikan kita harus adaptif, mengikuti perkembangan zaman dan budaya, namun tetap berpegang pada nilai-nilai 4 pilar kebangsaan."

Ia juga menekankan pentingnya sikap terbuka dan kritis dalam pendidikan. "Kita harus memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kerendahan hati untuk terus belajar dan berkembang," ujar Ibas.

Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur pendidikan, teknologi, hubungan kerja, serta kesejahteraan para pendidik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES