KoPPI Apresiasi Keterwakilan Perempuan di Parlemen, Nanda: Nasdem Terdepan Wujudkan Keadilan Gender
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ketua Umum Komunitas Perempuan Peduli Indonesia (KoPPI), Dr. Yaqud Ananda Gudban mengapresiasi Partai Nasdem atas pencapaian partainya dalam keterwakilan perempuan di parlemen.
Menurutnya, meski secara keseluruhan belum ada partai yang mampu mencapai kuota 30 persen keterwakilan perempuan, namun Partai Nasdem mencatatkan prestasi tertinggi. Partai besutan Surya Paloh ini mampu memenuhi 27,54 persen perempuan.
Advertisement
"Cukup luar biasa. Ini bisa menjadi bahan kompetisi partai lain," tandas Nanda, sapaan akrab pengamat politik asal Malang ini.
Dr Nanda juga menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam dunia politik yang lebih dari sekadar simbolis. "Para perempuan yang duduk di kursi parlemen bukan hanya sebagai pelengkap atau lipstik demokrasi, melainkan mereka memegang peran strategis. Kita bisa lihat jabatan-jabatan penting seperti Ketua DPR hingga ketua komisi yang dipegang oleh politisi perempuan," ujarnya.
Saat ini, ada empat komisi di parlemen yang dipimpin oleh politisi perempuan. "Ini sebuah fakta yang memberikan angin segar di tengah realitas politik Indonesia. Kondisi ini menjadi bukti bahwa kontribusi perempuan dalam politik semakin diakui dan diperhitungkan," jelas Nanda.
Fakta itu, kata Nanda, menunjukkan bahwa perempuan bisa dan mampu menjalankan tugas-tugas berat di bidang legislatif. Bahkan memimpin dan mengambil keputusan strategis.
"Dengan perolehan kursi yg cukup besar di DPR nanda berharap para Anggota legislatif perempuan tsb dapat bekerjasam dalam hal mewujudkan kebijakan2 berbasis gender,” tandas tokoh perempuan Jatim ini.
Kondisi ini sangat kontras jika dibandingkan dengan situasi di kabinet Presiden Prabowo yang meskipun jumlah menterinya meningkat, namun jumlah perempuan yang menduduki posisi menteri justru mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
"Tentu saja ini menjadi catatan tersendiri, terutama bagi masyarakat yang berharap ada keseimbangan gender dalam pemerintahan," tambah Nanda.
Lebih lanjut, Nanda juga menyoroti bahwa meskipun belum mencapai target 30 persen yang diamanatkan dalam undang-undang, keberadaan perempuan dalam politik, khususnya di parlemen, bukan hanya memperjuangkan hak-hak perempuan, tetapi juga membawa perspektif yang lebih inklusif dalam merumuskan kebijakan nasional.
Peran perempuan di parlemen, menurut Nanda, adalah cerminan dari kemajuan politik di Indonesia. "Ketika kita melihat lebih banyak perempuan memimpin di komisi-komisi strategis, itu bukan hanya tentang representasi, tetapi juga tentang kualitas dan keberanian perempuan dalam mengambil tanggung jawab besar. Ini harus diapresiasi dan didukung secara luas," tuturnya.
Karenanya Nanda berharap, keterlibatan perempuan dalam politik akan terus meningkat. Baik di parlemen maupun di kabinet. " Tidak secara kuantitas saja namun juga kualitas," tutupnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rifky Rezfany |