Peristiwa Nasional

Alumni Connect PPI Dunia Tolak Kenaikan PPN 12 Persen

Rabu, 04 Desember 2024 - 21:44 | 27.39k
Choirul Anam, PhD, Wakil Presidium Alumni Connect PPI Dunia. (Foto: Alumni Connect)
Choirul Anam, PhD, Wakil Presidium Alumni Connect PPI Dunia. (Foto: Alumni Connect)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rencana pemerintah Indonesia untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada 1 Januari 2025 menuai kritik dari berbagai pihak. Salah satu kelompok yang menolak kebijakan ini adalah Alumni Connect PPI Dunia, sebuah organisasi alumni mahasiswa Indonesia yang pernah menempuh pendidikan di luar negeri.

Choirul Anam, PhD, Wakil Presidium Alumni Connect PPI Dunia mengungkap bahwa mereka menilai kebijakan ini akan membawa dampak negatif bagi ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.  "Kenaikan PPN harus dikaji ulang karena akan memengaruhi beberapa aspek penting dalam perekonomian," ungkapnya.

Advertisement

Dirinya menyoroti tiga alasan utama mengapa kebijakan tersebut sebaiknya tidak diberlakukan.Menurutnya alasan-alasan tersebut menjadi landasan penting penetapan PPN yng baru.

3 Akibat yang Akan Terjadi jika PPN Dinaikkan 

1. Melemahkan Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan PPN berpotensi meningkatkan harga barang dan jasa, yang dapat memperlemah daya beli masyarakat, terutama mereka yang baru saja bangkit dari dampak pandemi Covid-19. Choirul Anam menilai bahwa dengan daya beli yang melemah, pertumbuhan ekonomi akan terhambat, bahkan bisa berdampak pada meningkatnya pengangguran.  

“Jika pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 8%, kenaikan PPN bukanlah langkah yang tepat. Ada opsi lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak tanpa membebani masyarakat kecil,” ujar Anam, yang juga merupakan alumni kebijakan publik dari Charles University, Praha.  

2. Menurunkan Daya Saing di Pasar Global

Kenaikan PPN juga dipandang dapat memengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Harga barang yang semakin mahal akan membuat produk Indonesia kurang kompetitif, sehingga berpotensi memperburuk neraca perdagangan.  

Anam menambahkan, “Peningkatan biaya produksi dan harga jual, ditambah dengan kenaikan PPN, dapat mendorong perusahaan asing untuk hengkang dari Indonesia. Hal ini akan berdampak negatif pada investasi dan perekonomian nasional secara keseluruhan.”  

3. Meningkatkan Kemiskinan

Dampak kenaikan PPN juga dirasakan pada kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan biaya hidup yang lebih tinggi, peluang masyarakat kecil untuk mengembangkan usaha dan mencari pekerjaan akan semakin sulit. Hal ini berisiko meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia.  

Solusi Alternatif  

Sebagai alternatif, Alumni Connect PPI Dunia menyarankan pemerintah untuk mengeksplorasi sumber pendapatan lain, seperti optimalisasi pajak dari sektor pertambangan, peningkatan kepatuhan pajak bagi perusahaan besar, serta memperluas basis pajak.  

“Kami mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara, tetapi harus dilakukan dengan cara yang lebih strategis dan tidak membebani rakyat kecil,” tegas Anam.  

Alumni Connect PPI Dunia berharap pemerintah mempertimbangkan kembali rencana kenaikan PPN ini. Stabilitas ekonomi nasional, daya beli masyarakat, dan daya saing global harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan fiskal yang diambil. Dengan solusi alternatif yang lebih inklusif, pemerintah dapat mencapai target penerimaan pajak tanpa menciptakan dampak negatif yang luas. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES