Peristiwa Nasional

Warga di 20 Provinsi Tertipu Video Deepfake Presiden Prabowo Subianto

Senin, 03 Maret 2025 - 02:26 | 22.93k
Presiden Prabowo Subianto saat pidato pada peringatan Hari Pers Nasional, 9 Februari 2025 lalu. (Foto: setkab ri/antara)
Presiden Prabowo Subianto saat pidato pada peringatan Hari Pers Nasional, 9 Februari 2025 lalu. (Foto: setkab ri/antara)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah video yang menampilkan Presiden Prabowo Subianto mengenakan topi dan jas hitam sempat viral di Instagram.

Dikutip dari VOA Indonesia, dalam video tersebut, Prabowo Subianto terlihat menanyakan kepada masyarakat apakah mereka sudah menerima bantuan darinya.

Advertisement

"Siapa yang belum menerima bantuan dari saya? Apa kebutuhan kalian saat ini?" tanyanya dalam klip yang diunggah November lalu. 

Namun, video tersebut ternyata adalah hasil manipulasi teknologi deepfake. Meskipun mulut Prabowo Subianto terlihat bergerak dan matanya berkedip, kata-kata yang diucapkannya adalah rekayasa.

Polisi mengungkap bahwa video ini adalah bagian dari aksi penipuan yang berhasil menipu warga di 20 provinsi.

Modus Penipuan yang Menjerat Korban

Warga yang tertipu oleh video tersebut diminta menghubungi nomor WhatsApp tertentu dan membayar "biaya administrasi" mulai dari Rp250.000 hingga Rp1 juta. Namun, bantuan yang dijanjikan ternyata hanya janji palsu belaka.

Sejak pemilu tahun lalu, para pakar telah memperingatkan tentang potensi peningkatan penggunaan teknologi deepfake yang semakin canggih.

Audio, gambar, dan video yang terlihat seperti berasal dari tokoh terkenal ternyata adalah hasil manipulasi menggunakan kecerdasan buatan (AI). Korban mengaku bahwa tipuan ini terlihat sangat nyata, sehingga sulit untuk tidak tertipu.

"Saya butuh uang, tapi malah diminta mengirim uang. Mereka bahkan melakukan panggilan video, seolah-olah saya berbicara langsung dengan mereka," kata Aryani (56), salah satu korban yang kehilangan Rp200.000 setelah melihat video deepfake seorang pengusaha ternama.

Deepfake Jadi Senjata Penyebar Misinformasi

Selama kampanye pilpres, teknologi deepfake menjadi alat utama dalam menyebarkan misinformasi. Kini, teknologi tersebut dimanfaatkan oleh penjahat untuk meraup keuntungan dengan menipu korban.

Tim Fact-Check AFP menemukan bahwa akun yang mengunggah video Prabowo juga telah memposting puluhan video serupa. Video-video tersebut menampilkan berbagai tokoh terkenal, termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dengan iming-iming bantuan keuangan palsu.

Polisi berhasil menangkap dua tersangka yang terlibat dalam penipuan ini. Salah satunya diduga telah meraup Rp65 juta dari aksinya.

"Kami juga menahan tersangka kedua yang menggunakan teknologi deepfake untuk melakukan penipuan serupa," ujar Direktur Unit Kejahatan Siber Bareskrim Polri, Himawan Bayu Aji, pada Februari lalu.

Penyebaran Video Deepfake Masih Meluas

Meski sudah ada penangkapan, video deepfake yang mencatut nama Prabowo masih beredar luas di media sosial. Puluhan video serupa muncul di TikTok dengan tagar "Prabowo berbagi berkah."

Setidaknya 22 akun TikTok diketahui mempromosikan penipuan serupa sejak Prabowo resmi menjabat pada Oktober lalu.

Salah satu akun dengan lebih dari 77.000 pengikut berhasil menarik 7,5 juta penayangan dengan video deepfake Prabowo yang seolah-olah menawarkan bantuan keuangan.

Akun lain bahkan telah mengunggah 100 video sejak Januari, sebagian besar berisi konten deepfake Prabowo yang terlihat membagikan uang tunai.

TikTok Ambil Tindakan Tegas

TikTok menyatakan telah menghapus salah satu video penipuan deepfake beserta akun yang terkait. Platform tersebut juga menegaskan akan terus menindak konten yang melanggar pedoman komunitas, termasuk konten yang menyesatkan.

Aribowo Sasmito, salah satu pendiri Mafindo, mengungkapkan bahwa timnya menemukan penipuan deepfake baru setiap minggu.

"Kami mulai melihat video deepfake sejak tahun lalu karena perangkat AI semakin mudah diakses dan terjangkau," katanya.

Masyarakat Diminta Waspada

Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah tergiur oleh iming-iming hadiah atau bantuan yang terlalu menggiurkan. "Jangan mudah percaya sebelum memverifikasi kebenaran informasi," pesan Aryani, yang menjadi korban penipuan deepfake.

Dengan semakin canggihnya teknologi, ancaman deepfake dan penipuan digital diperkirakan akan terus meningkat. Kewaspadaan dan literasi digital menjadi kunci untuk menghindari menjadi korban kejahatan siber ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES