Peristiwa

Pendiri PMII Layak Jadi Pahlawan Nasional

Selasa, 28 November 2017 - 18:35 | 104.11k
Lutfi Joko Prihatin, Maskuri Ismail, Isfandiari Mahbub Djunaidi dan Arifin MH dalam Seminar Nasional IKA PMII Situbondo di Aula Depag Situbondo (FOTO: Fawaid Aziz/TIMES Indonesia)
Lutfi Joko Prihatin, Maskuri Ismail, Isfandiari Mahbub Djunaidi dan Arifin MH dalam Seminar Nasional IKA PMII Situbondo di Aula Depag Situbondo (FOTO: Fawaid Aziz/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Pengurus Cabang (PC) Ikatan Alumni ( IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Situbondo, menggelar seminar nasional yang dihadiri putra pendiri PMII Isfandiari Mahbub Djunaidi. 

Seminar dengan tema "Menegaskan peran Strategis Mahbub Djunaidi Dalam Pergerakan Nasional" dihadiri oleh pengurus IKA PMII Situbondo dan Ratusan Kader PMII di Aula Depag Situbondo, Selasa, 28/11/2017

Advertisement

Arifin MH, ketua IKA PMII Situbondo dalam sambutannya menyampaikan kegiatan ini diharapkan mampu memahami sepak terjang pendiri PMII dan mempublikasikan bahwa pendiri PMII Mahbub Djunaidi layak dan pantas mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional.

PMII-Seminar-2.jpg

"Mahbub temasuk sangat piawai pada masanya, misalnya beliau yang menerjemahkan buku 100 tokoh yang berpengaruh di dunia karangan Michael H. Hart. Pun, dalam menulis kolom, Mahbub sangat terkenal dengan bahasa satire dan bahasanya yang humoris. Bahkan, Bung Karno sampai terkesan dengan tulisan beliau, karena Mahbub mengatakan Pancasila lebih agung dari Declaration of Independence, sehingga Bung Karno sempat mengundang Mahbub ke Istana Bogor, dari situlah Mahbub Junaidi menjadi sangat dekat dengan Bung Karno, dan Mahbub sangat kagum dengan “sang penyambung lidah rakyat tersebut," kata Arifin. 

Sementara itu Ketua Majlis Pertimbangan IKA PMII Situbondo, Lutfi Joko Prihatin, SH. M. Hum, menyampaikan, Kader PMII Situbondo merasa bangga dengan kedatangan Isfandiari Mahbub Djunaidi. Isfandiari dalam seminar ini membedah buku "Bung Memoar Tentang Mahbub Djunaidi". 

Lutfi menegaskan, Mahbub Djunaidi adalah tokoh nasional yang bersahaja. Selain sosok jenius yang berkarakter, Mahbub Djunaido mampu mengamati perkembangan sosial melalui tulisan-tulisannya.

Mahbub  Djunaidi juga merupakan salah satu penggerak organisasi dan seniman politik terbaik yang dimiliki oleh NU. Mahbub Djunaidi meninggal dunia pada tahun 1995 di usia 62 tahun, usia yang masih cukup untuk beraktivitas dan berjuang.

PMII-Seminar-3.jpg

"Pada masa kepemimpinan sahabat Mahbub Junaidi inilah PMII secara politis menjadi sangat populer di dunia kemahasiswaan dan kepemudaan, sampai pada periode pertama sahabat Zamroni," ucapnya.

Lebih lanjut, Lutfi mengatakan,"Pernah ketika itu, sebagai ketua umum PMII dirinya menunjukkan tajinya, saat HMI hendak dibubarkan oleh Bung Karno, dikarenakan tokoh-tokoh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI PERMESTA di Sumatera Barat, Mahbub yang menjabat sebagai ketua PMII langsung berangkat ke Istana Bogor untuk berdialog langsung dengan Bung Karno, dan pemintaan Mahbub sangat tegas, yaitu “HMI jangan dibubarkan.” Dan akhirnya tuntutannya itu terkabul." 

Saat menjadi aktivis mahasiswa, Mahbub juga ahli dalam membuat lagu, mars PMII. Mars Gerakan Pemuda Ansor juga ciptaan dari Mahbub Junaidi. "Dari kariernya sebagai ketua umum PB PMII, membuat kaiernya melesat ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)," kata Lutfi.

Diakhir sambutannya lutfi mengaskan bahwa kader PMII bertanggung jawab untuk terus mempublikasikan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah bahwa Mahbub Djunaidi layak dan pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES