Peristiwa

Menemukan Istilah 'Benur', Ini yang Dialami Hasnan Singodimayan

Kamis, 07 Desember 2017 - 16:47 | 449.21k
Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan, di rumanya di Kelurahan Pengantigan Banyuwangi. (FOTO: AHmad Suudi/TIMES Indonesia)
Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan, di rumanya di Kelurahan Pengantigan Banyuwangi. (FOTO: AHmad Suudi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Siapa yang sangka bahwa Hasnan Singodimayan, pria berusia 86 tahun yang dikenal sebagai budayawan senior Banyuwangi, ternyata seorang penemu satu istilah di bidang perikanan.

Hasnan mulai menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun 1965 petugas teknis di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Advertisement

Kepada TIMES Indonesia, Hasnan menceritakan dalam menjalankan tugasnya, dia menemukan ribuan bayi udang windu di salah satu titik di Selat Bali, di pantai sisi Banyuwangi. Dia mulai mencari tahu apa nama dari bayi-bayi udang itu dalam beberapa kamus.

"Saya ini petugas perikanan, ternyata saya menemukan benih udang dalam jumlah ribuan, bahkan jutaan. Sudah mbongkar kamus Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia, nama anaknya udang nggak ada. Yang ada anaknya bandeng, nener," kata Hasnan yang disambung gelak tawa, di rumahnya di Kelurahan Pengantigan, Kamis (7/12/2017).

Kemudian dipikirkanya sendiri nama apa yang cocok untuk menyebut bayi udang, kemudian tercetus istilah 'benur' yang merupakan akronim dari benih urang atau benih udang.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri benur berarti benih udang yang hampir tidak kasatmata atau anak udang windu.

"Kemudian saya usahakan itu namanya benih urang disingkat benur. Sampai dutulis wartawan," kata Hasnan lagi.

Lalu dia menceritakan bahwa pernah ada kesalahpahaman saat seorang wartawan media harian di Surabaya menuliskan nama benur berasal dari Gubernur Jawa Timur Mohammad Noer yang memimpin Jatim pada tahun 1967 hingga 1976.

Hal itu menyebabkan Gubernur Jatim legendaris bagi orang-orang Madura itu memanggil Hasnan datang ke kantornya di Surabaya.

"Langsung dipanggil, waktu itu saya sudah siap mental, kalau itu salah saya sudah siap. Tidak disangka Gubernur Muhammad Noer justru mengapresiasi penamaan benur dan memberikan beasiswa kepada anak saya," kata Hasnan yang kembali disertai suara tawanya.

Dari penemuan istilah benur itu juga, Hasnan mengaku berkesempatan bertemu Menteri Kelautan dan dikirimkan mewakili Provinsi Jatim untuk mengikuti pelatihan United Nation Development Program (UNDP) di Jepara.

Panitia pelatihan sempat bingung dengan kehadiran Hasnan yang hanya lulusan SMP, sedangkang peserta-peserta lain merupakan insinyur yang memiliki catatan pendidikan formal yang baik.

Hasnan diberikan waktu 7 hari saja, untuk mengikuti pelatihan yang disampaikan dengan Bahasa Inggris itu, bila tidak mampu mengikuti, Hasnan akan dipulangkan.

"Ternyata UNDP itu pelatihan, bukan petatak-petetek pakai sepatu di kelas. Mereka nggak tahu saya lulusan SMP Gontor, saya bisa Bahasa Inggris," kata alumni Pondok Gontor yang lulus tahun 1955 itu.

Hasilnya Budayawan Banyuwangi dengan 7 karya novel itu berhasil mengikuti pelatihan tanpa hambatan berarti, bahkan memperlihatkan keunggulannya di lapangan, dibandingkan peserta-peserta lain. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES