
TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Tikus sawah (rattus argentiventer) seolah menjadi musuh abadi bagi para petani. Tikus menjadi satu di antara hama utama yang sering menimbulkan kerugian besar, bahkan bisa menyebabkan gagal panen.
Perkembangbiakannya yang cukup cepat, menjadikan hama tikus menjadi hama yang meresahkan petani, apalagi ketika populasi tikus cukup banyak di masa menjelang panen.
Advertisement
Tapi tenang saja, ada banyak teknik pengendalian tikus sawah. Satu di antaranya dengan gropyokan. Seperti yang dijalankan Muspika Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, beserta warga puluhan warga Desa Butungan.
“Kami mendapat informasi dari Pemerintah Desa Butungan, oleh karena itu kami tindak lanjuti dengan berkomunikasi dengan UPT Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Kalitengah,” ujar Camat Kalitengah, Suwignyo, Kamis (18/1/2018).
Mereka secara serentak melakukan upaya pengendalian hama tikus, karena prihatin dengan serangan hama tikus yang menyerang lahan pertanian. “Warga disediakan gratis alat fumigasi,” katanya.
Menurutnya, gropyokan ini sebagai langkah nyata untuk menanggulangi hama tikus yang mewabah di Kecamatan Kalitengah. Dikatakannya, luas lahan pertanian di Desa Butungan Kecamatan Kalitengah mencapai 10 hektare yang terserang hama tikus.
“Kalau ini dibiarkan petani akan rugi. Warga cukup antusias untuk membasmi tikus supaya hasil panen melimpah,” ucapnya. Ia pun berharap, gropyokan ini dapat mengurangi peredaran tikus, dan dapat meningkatkan hasil pertanian.
Sementara itu, satu di antara warga Desa Butungan, Satolan, yang ikut melakukan gropyokan, Satolan mengaku alat fumigasi yang diberikan secara gratis Kecamatan Kalitengah tersebut cukup efektif untuk membasmi tikus.
“Gropyokan tikus dengan fumigasi ini kami nilai efektif, alatnya kita masukkan langsung ke dalam lubang tikus sehingga bisa membunuh tikus secara langsung di sumbernya," kata Satolan.
Gropyokan dengan metode fumigasi ini sama artinya dengan metode pengasapan belerang langsung ke sarang tikus. Di mana, batangan belerang yang sudah dibakar dimasukkan ke lubang tikus untuk membunuh tikus kecil dan memaksa tikus dewasa keluar, untuk selanjutnya ditangkap.
Tak hanya itu, Satolan menyebut, pembasmian tikus dengan fumigasi ini juga lebih ramah lingkungan dan mudah dalam mengoperasikannya. "Gropyokan ini kami lakukan hampir setiap hari, karena kami tidak ingin hama tikus merusak padi kami yang sudah hampir panen," tuturnya.
Untuk di ketahui, dari data Dinas Pertanian dan Holtikultura, Kabupaten Lamongan, bahwa hama tikus telah merusak setidaknya 608,95 hektare tanaman padi di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan.
Rinciannya, sebanyak 15 hektare di Kecamatan Lamongan, 14 hektare di Kecamatan Turi, 125 hektare di Kecamatan Kembangbahu, dan 11 hektare di Kecamatan Sugio.
Berikutnya, 6 hektare di Kecamatan Tikung, 14,95 hektare di Kecamatan Sarirejo, 8 hektare di Kecamatan Sukodadi, 7 hektare di Kecamatan Pucuk, 75 hektare di Kecamatan Babat, 47 hektare di Kecamatan Sekaran, dan 13 hektare di Kecamatan Modo.
Lebih parah lagi, ada sebanyak 219 hektare lahan di Kecamatan Kedungpring, 12 hektare di Kecamatan Kalitengah, 4 hektare Kecamatan Karangbinangun, 2 hektare di Kecamatan Ngimbang, 16 hektare Kecamatan Bluluk, 3 hektare di Kecamatan Maduran, 4 hektare di Kecamatan Sekaran dan 3 hektare di Kecamatan Laren. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |