Peristiwa

M Nuh: Generasi Muda Harus Berfikir Out of The Box

Kamis, 22 Februari 2018 - 16:02 | 38.06k
Mohammad Nuh saat memberikan kuliah umum di acara Wisuda Politeknik Negeri Banyuwangi, Kamis (22/2/2018). (FOTO: Dian Effendi/TIMES Indonesia)
Mohammad Nuh saat memberikan kuliah umum di acara Wisuda Politeknik Negeri Banyuwangi, Kamis (22/2/2018). (FOTO: Dian Effendi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Mantan Menteri Pendidikan Nasional RI 2009-2014, Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA ingin pemuda Indonesia memiliki pemikiran dan gagasan diluar kebiasaan (out of the box).

Hal itu Ia sampaikan saat memberi kuliah umum di Rapat Terbuka Wisuda Ahli Madya dan Sarjana Sains Terapan Politeknik Negeri Banyuwangi di hall El-Royale Hotel Banyuwangi, Kamis (22/2/2018).

Advertisement

Dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi, Son Kuswadi, Kuliah umum yang diberikan M Nuh menggaris bawahi pentingnya peran serta pemuda dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih maju.

“Generasi muda harus kreatif dan inovatif. Berfikir out of the box, memiliki gagasan yang berbeda dan luar biasa,” ungkapnya.

M Nuh mencontohkan, keberhasilan Sultan Muhammad Al-Fatih dan tentara Islam menakhlukkan Kekaisaran Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad di Konstantinopel karena menerapkan strategi perang diluar kelaziman.

“Romawi telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali harus melintasi rantai yang sangat kuat itu,” ujarnya.

Namun, lanjutnya, Sultan Muhammad Al-Fatih punya gagasan out of the box. Ia membuat strategi perang yang sama sekali tidak diduga oleh kekaisaran Romawi. 

Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam.

Peperangan-pun terjadi. Konstantinopel yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin.

“ Yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan budaya prestasi. Jadilah seperti processor, meski size jauh lebih kecil tapi (sangat) berpengaruh besar” tandasnya.

Selanjutnya generasi muda Indonesia juga harus menjadikan kecerdasan dan kemuliaan dalam pembiasaan. “Jadilah seperti prinsip Pareto, untuk sukses tidak harus 100 persen, hanya butuh 20 persen sebagai kelompok penentu,” jelasnya.

Diakhir kuliah umumnya, Ketua Badan Wakaf Indonesia itu memberikan tips sukses, yakni berbakti kepada orang tua, gemar bersedekah, pekerja keras, adaptasi terhadap perubahan zaman, dan salat malam dan perbanyak shalawat (khusus yang beragama Islam). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES