KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin, Sosok Ulama Panutan Umat

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Sosok Hadratus Syekh KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin, guru Thariqah dengan ribuan murid dan jemaah akan terus dirindukan oleh para murid dan umat. Perjuangan menjadi teladan bagi umat dan muridnya.
Sabtu (3/3/2018) malam, digelar Haul Maha Guru Almarhum Hadratus Syekh KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin, di Halaman Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Panji Kidul, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Advertisement
Haul tersebut akan menjadi momentum melepas kerinduan masyarakat atau para murid-muridnya kepada sosok KH Ahmad Sufyan Miftahul Arifin.
Diperkirakan ribuan jemaah dan para muridnya yang akan hadir pada acara Haul tersebut. Ribuan jemaah tersebut tidak hanya datang dari Situbondo, tapi dari berbagai daerah seperti dari Kabupaten Bondowoso, Jember, Banyuwangi , Probolinggo, Malang, Madura, dan berbagai daerah di luar Jawa.
Sosok Kiai Ahmad Sufyan selalu dirindukan para muridnya. Mengapa? Selain guru Thariqah, Kiai Sufyan juga teladan umat. Hidupnya sangat sederhana dan apa adanya. Tidak menjauh dari dinamika kehidupan masyarakat walaupun Kiai Sufyan adalah tokoh sufi dan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah.
Kehidupannya tidak menyendiri bahkan ia sering terlibat dalam perubahan sosial di banyak daerah, teruma di Kabupaten Situbindo, yang kini disebut Kota Shalawat Nariyah.
Masyarakat yang datang 'sowan' ke kediamannya, tidak hanya para bangsawan, penguasa atau pejabat serta para elit politik, melainkan orang awam atau masyarakat biasa dari pelosok desa.
Dalam melayani para tamu, Kiai Sufyan tidak pernah membedakan para tamu yang datang. Tak pernah memperlakukan khusus para tamunya. Semua tamu yang datang duduk lesehan dalam ruangan yang sama.
Semasa hidupnya, sosok Kiai Sufyan sering menjadi pemecah masalah-masalah serta kebuntuhan umat entah itu persoalan pribadi ataupun persoalan sosial, yang dihadapi umat.
Perjuangannya di Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Sufyan tidak diragukan lagi, sejak muda, ia aktif berorganisasi dan sering memberikan edukasi kedisiplinan dan sangat disiplin mengahargai waktu. Kepantingan NU lebih diutamakan ketimbang kepentingan pribadi.
Di zaman milenial saat ini, sosok seperti Kiai Sufyan sudah mulai langkah, karena jiwa dan raganya seakan telah dihibahkan untuk kepentingan umat. Tidak hanya tugas mentranformasi ilmu kepada santrinya, melainkan tak pernah berhenti melayani dan mendampingi umat.
Kiai Sufyan sosok ulama yang konsisten memegang komitmen dan istiqamah dalam pengabdiannya. Hal itu menjadi teladan sangat berharga bagi murid dan umat.
Saat menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Kabupaten Situbondo, Kiai Sufyan terlibat langsung dalam mendinamisasi kegiatan intelektual NU seperti acara Bahtsul Masail yang rutin diselenggarakan setiap sebulan sekali.
Bahtsul Masa’il adalah ruang intelektual tempat para kiai NU memecahkan masalah-masalah sosial dari perspektif fikih Islam. Kiai Sufyan memberi pengaruh cukup besar terhadap produk-produk pemikiran keislaman NU Situbondo.
Diketahui, Kiai Sufyan menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis, 4 April 2012. Saat itu, Kiai Sufyan sedang menjalankan ibadah umrah. Sebenarnya sudah cukup sepuh untuk terbang beribu-ribu mil dari kediamannya di Situbondo menuju Mekah-Madinah.
Karena, umur Kiai Sufyan saat itu sudah mencapai 97 tahun (1915-2012). Namun, tubuhnya yang sudah uzur itu tak mematahkan semangat Kiai Sufyan untuk melaksanakan ritual tahunannya, umrah.
Kiai Sufyan seperti tak pernah lelah untuk menimba air kearifan (nur faidh) dari tanah suci mekkah-madinah. Kiai Sufyan selalu ingin berada dekat dengan Nabi Muhammad SAW, bukan hanya secara ruhaniah tapi juga jasmaniah.
Dari banyak kisah orang dekatnya, Kiai Sufyan memang berkeinginan wafat di Mekkah. Keinginannya itu terkabul. Kiai Sufyan wafat dan dimakamkan di Ma'la, tak jauh dari Masjidil Haram (Kakbah). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Sukmana |