Peristiwa

Ogoh Ogoh dan Toleransi Beragama di Desa Sukereno

Sabtu, 17 Maret 2018 - 18:29 | 145.89k
Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan pawai ogoh-ogoh di Desa Sukoreno, Jember, pada Jumat, (16/3/2018) malam menjelang Hari Raya Nyepi. (FOTO: Siti Mukifah/TIMES Indonesia)
Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan pawai ogoh-ogoh di Desa Sukoreno, Jember, pada Jumat, (16/3/2018) malam menjelang Hari Raya Nyepi. (FOTO: Siti Mukifah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Warga terlihat semakin memadati wilayah perempatan yang tak jauh dari Balai Desa Sukoreno dan juga perempatan Pasar Sukereno untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh yang dilepas dari Pura Swasty Dharma, pada Jum'at (16/03/2018). Hampir larut malam kala itu.

Warga rela menunggu berlama-lama hanya untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh yang diperingati secara khusus oleh umat Hindu pada Hari Raya Nyepi. Bahkan  ada yang menunggu sore hari, sekedar untuk meyaksikan agenda tahunan di Desa Sukoreno ini.

Advertisement

Tidak hanya masyarakat umum, para pedagang jangan ditanya. Hampir setiap inci jalan sudah dikapling pedagang di lokasi pawai ogoh-ogoh semalam.

Ogoh-ogoh-2.jpg

Di sini, jajanan yang dijajakan lebih lengkap daripada yang dijumpai di supermarket terkenal manapun. Beraneka jenis makanan dan minuman dapat ditemui di sini. Belum lagi yang menjual mainan dan wajana bermain untuk bocah, seperti odong-odong dan lainnya.

Selain para pedagang yang gampang ditangkap oleh mata, ada petugas keamanan yang berseliweran di lokasi acara. Mereka seperti sibuk sendiri mengatur lalu lintas dan mengatur tempat berdiri warga yang datang menonton pawai.

Para petugas keamanan ini datang dari berbagai satuan dan tingkatan. Mulai dari polsek hingga polres, dan dari koramil hingga kodim. Ada juga petugas berseragam hansip yang ikut membantu anggota polisi dan TNI dalam mengawal pawai.

Budi, salah satu anggota dari Koramil Umbulsari mengatakan bahwa penjagaan yang ketat memang menjadi intruksi dari Kapolres Jember agar supaya setiap sudut jalan yang akan dilewati ogoh-ogoh menjadi steril alias aman plus terkendali.

"Mengaca dari tahun lalu, pengunjung sangat ramai sehingga sulit diatur," ucapnya dengan sorot mata serius saat diwawancarai media ini.

Desa Sukoreno, lokasi pawai ogoh-ogoh itu berlangsung tiap tahunnya menjelang Nyepi memang sudah terkenal dengan toleransi umat beragamanya yang kokoh.

Seperti pawai ogoh-ogoh malam kemarin, meski sejatinya acara itu adalah acara ritual bagi umat Hindu, namun masyarakat setempat yang mayoritas beragama Islam, dan juga beragama lainnya sama sekali tidak menganggap hal tersebut sebagai sebuah gangguan, apalagi ancaman bagi eksistensi kehidupan beragamanya.

Bahkan ada selompok anak muda di desa tersebut yang dengan kompak memakai kaos berwarna hitam beserta udeng sebagai bentuk toleransi terhadap umat Hindu di desanya.

Anas salah satu pengunjung dari desa sebelah yaitu Desa Semboro juga tak kalah antusias memeriahkan acara ini dengan ikut serta memakai atribut ala umat Hindu tersebut. Ia mendatangi lokasi beserta istri dan anak-anaknya.

Ogoh-ogoh-3.jpg

"Indonesia itu ada lima umat beragama, meskipun kita umat Islam ya setidaknya ikut berpartisipasi lah," katanya dengan nada santai.

Bicara mengenai ogoh-ogoh memang tidak ada habisnya. Pada umumnya ogoh-ogoh diresapi oleh umat Hindu sebagai gambaran pertarungan antara yang hak dengan yang bathil. Kebaikan dengan kejahatan. Dan sebagainya.

Hal yang sama juga tampak pada pawai ogoh-ogoh di Desa Sukoreno, Jember. 

Di sini, terdapat ogoh-ogoh yang menyerupai Anoman atau juga sering disebut Hanoman yang berusaha melawan musuh dengan senjatanya. Sehingga bagian dada musuh mengalir darah segar karena goresan senjata sang Dewa berwujud kera putih menjrut keyakinan umat Hindu.

Pengarakan ogoh-ogoh itu juga diiringi dengan alunan nada gendang dan gong besar yang dimainkan beberapa umat Hindu.

Surono, salah satu panitia penyelenggara acara mengatakan bahwa setiap tahun bentuk atau rupa ogoh-ogoh berbeda dan proses pembuatan pun memerlukan waktu yang lumayan lama. 

"Pembuatannya lama, Bahkan sampai satu bulan lebih," tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES