Atraksi Seni Tradisi Kini Mengisi Kafe di Kota Batu

TIMESINDONESIA, BATU – Sore itu langit cerah. Para penampil bersiap unjuk kebolehan di panggung terbuka beralas rumput hijau.
Seperangkat alat musik tradisional berikut pemainnya siap mengiringi para penampil unjuk seni budaya di hadapan para penonton.
Advertisement
Sebagian penonton adalah pengunjung Pupuk Bawang Cafe and Dining, Kota Batu, Jawa Timur. Di salah satu bagian resto ini, dijadikan panggung bagi sekelompok seniman untuk menampilkan kekayaan seni tradisional Kota Batu.
Bertajuk Batu Art Festival, mereka menyuguhkan tarian tradisional di alam terbuka. Tarian Sugeng Rawuh mengawali acara yang lahir dari obrolan bersama segelas kopi hitam.
"Hanya berawal dari obrolan ditemani segelas kopi hitam, muncul ide bahwa kita harus ikut andil dalam perkembangan wisata di Kota Batu," ucap Proy Pramana, salah satu penggagas acara, Minggu (18/3/2018) sore.
Keinginannya jelas. Para pelaku seni di Kota Batu menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan pariwisata setempat.
Tidak hanya objek wisata yang berkembang, seni budaya pun turut serta di dalamnya. Demikian kata Proy.
Dia bersyukur, para pelaku wisata dan komunitas lainnya di Kota Batu, mendukung gagasan 'menjual' seni budaya jadi sajian wisata.
"Persiapan yang singkat, acara ini bisa terselenggara. Ini berkat dukungan banyak pihak," imbuhnya.
Penampilan seni di Pupuk Bawang Cafe, menjadi momentum promosi wisata melalui seni budaya. Tempat seperti kafe pun layak menjadi panggung seni tradisional.
"Kami siap bersinergi dalam mengeksplorasi wisata di Kota Batu," kata Proy dalam sambutannya.
Melalui narasi singkatnya, terbersit harapan, kesenian menjadi bagian tak terlepas dari kemajuan pariwisata Swiss Kecil ini.
Hujan tak lagi bersabar ingin mengguyur. Air pun jatuh dari langit, membasahi tanaman seledri yang jadi pemandangan yang menemani penampilan para seniman muda ini.
Tarian Jaran Monel dari para gadis belia menghibur pengunjung. Hujan tak meredupkan semangat mereka. Musik pun tetap mengalun, mengiringi goyangan 'kuda' yang ditungganginya.
Hujan makin deras, ragam tarian pun silih berganti ditampilkan tiada henti. Ada Topeng Wolak Walik, Tarian Barong Sembur Geni .
Pengunjung kafe tak ingin kehilangan momen untuk mengabadikannya. Sebuah suguhan yang layak dikembangkan di tempat-tempat serupa lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |