Peristiwa

Belajar Cara Memanfaatkan Sampah di Kampoeng Recycle Jember

Minggu, 15 April 2018 - 17:21 | 192.10k
Warga Kampoeng Recyle bersama mahasiswa dan Komunitas GenBI kerja bakti untuk mempercantik lingkungan. (FOTO: Desi Wahyuningsih/TIMES Indonesia)
Warga Kampoeng Recyle bersama mahasiswa dan Komunitas GenBI kerja bakti untuk mempercantik lingkungan. (FOTO: Desi Wahyuningsih/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Di Jember, Jawa Timur ada sebuah pemukiman penduduk yang dinamakan dengan Kampoeng Recycle. Lokasinya ada Perumahan Taman Gading RT 06 RW 40, tidak begitu jauh dari pusat Kota Jember.

Dinamakan Kampoeng Recycle karena hampir semua penduduk di perumahan ini sudah sadar mengenai cara menangani sampah dengan tepat. Khususnya sampah rumah tangga.

Advertisement

Kampoeng Recyle tersebut mulai eksis sejak diresmikan pada akhir 2017 lalu oleh warga setempat. Sebelumnya, di pemukiman ini juga sudah terdapat Bank Sampah Sahabat Ibu dan juga Rumah Literasi Jember yang difungsikan menjadi tempat edukasi untuk memberikan wawasan tentang lingkungan kepada masyarakat.

 

Lalu apa yang membedakan Kampoeng Recycle dengan kawasan pemukian penduduk yang lainnya? Ada tiga ciri utama yang menjadi pembeda dalam Kampoeng Recycle yakni ecostructure, ecoliterasi, serta ecopreneur. 

“Dari segi ecostructure keadaan fisik lingkungan harus berusaha di-upgrade. Harus dilayakkan sebagai Kampoeng Recycle seperti adanya tong sampah, ada tempat untuk belajar serta tersedianya taman yang mewakili tentang recycle," ungkap Nurul Hidayat, Ketua RT 06 RW 40 Perumahan Taman Gading yang ditemui TIMES INDONESIA di sela-sela aktivitasnya membenahi beberapa spot areas yang menjadi ikon di Kampoeng Recycle tersebut, pada Minggu, (15/4/2018).

Selain itu dia penjelasannya, produksi sampah rumah tangga yang setiap hari dihasilkan tanpa pengelolaan yang tepat dapat menghasilkan dampak buruk bagi lingkungan. Berlandaskan dasar itu juga, munculah gagasan untuk membentuk ecoliterasi, yakni pengadaan rumah baca dan buku tentang wawasan lingkungan.

Dayat juga mengatakan bahwa warga sekitar juga memiliki program aksi yabg dinamakan Kampoeng Recycle Go to Public. Kegiatan tersebut merupakan cara masyarakat di Kampoeng Recyle untuk mensosialisasikan cara pengelolaan sampah kepada masyarakat luas. Biasanya, aksi tersebut digelar di acara Car Free Day (CFD) setiap hari Minggu. 

“Kam pasang booth display. Yah kampanye betul, misalnya Anda punya botol minum bekas olahraga, Anda buang di sini lalu Anda dapat stiker. Harus aktif dalam menjemput bola," papar Dayat kepada wartawan media ini.

“Orang kalau sehat, lingkungannya mendukung, dia tidak pernah berhenti belajar, peduli dengan lingkungan maka otomatis imajinasinya akan luas, kreativitasnya akan muncul. Dia akan berjejaring dan terkoneksi dengan masyarakat maka di situlah akan lahir suatu produk,” ungkap Dayat ketika menjelaskan tentang sisi ecopreneur yang menjadi ciri pembeda ketiga yang dimiliki Kampoeng Recyle.

Dia melanjutkan bahwa ecopreneur sendiri menurut penjelasannya merupakan semangat sociopreneur dalam bentuk yang lebih spesifik.

Dalam kegaiatan yang diselenggarakan pada hari ini, Minggu (15/4/2018) masyarakat Kampoeng Recyle di Perumahan Taman Gading ini juga sedang mengadakan kegiatan khusus yang bersama Komunitas GenBI (Generasi Baru Indonesia) dari Bank Indonesia (BI). Tidak hanya itu, kegiatan tersebut juga melibatkan beberapa mahasiswa serta para peneliti.

Kampoeng-Recycle-3.jpg

Kegiatan ini untuk meneliti jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan di kawasan Perumahan Taman Gading ini yang potensial dijadikan kompos organik dan anorganik. Kemudian dengan adanya Bank Sampah ini sendiri dapat mereduksi berapa persen dari sampah anorganik tersebut," jelas salah satu peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember yang telah memulai penelitian sejak awal April 2018 kemarin.

Selain dijadikan wahana penelitian bagi akademisi, Kampoeng Recycle ini juga menghasilkan produk decoupage atau kerajinan buah karya ibu-ibu anggota Bank Sampah Sahabat Ibu. Hasil karya yang dihasilkan sangatlah beragam dengan desain menarik dan harga terjangkau.

“Ruh utama dari kegiatan ini semua adalah sebagai sarana pembelajaran. Namun kami tetap tidak menutup kemugkinan tentang adanya apresiasi dari berbagai pihak terhadap produk kami dengan cara membeli atau memesannya,” ujar Dayat lagi.

“Jumlah peserta keseluruhan kegiatan hari ini sekitar 60 orang dengan formasi dari masyarakat sekitar, teman-teman GenBI, dan mahasiwa” jelas Pradini Anjar Agustin, ketua pelaksana kegiatan pada hari ini.

Aktivis GenBI yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Jember tersebut juga berharap agar Kampoeng Recycle dapat menjadi tempat wisata edukasi yang memiliki nilai dan manfaat bagi semua kalangan. Serta menjadi salah satu tempat kebanggaan di Kabupaten Jember. “Bagi komunitas, individu atau instansi yang ingin bergabung dengan segala kegiatan yang diselenggarakan oleh Kampoeng Recycle atau penasaran dengan segala aktivitasnya, dapat menghubungi kami dengan media sosial Instagram dengan akun @kampeongrecycle_jember,” tambahnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES