Peristiwa

Gandeng FEB UB Menggelar Seminar Nasional Ekonomi Pancasila

Kamis, 03 Mei 2018 - 18:55 | 33.72k
Saat Wadek III FEB UB, M Khusaini, saat memberikan cendera mata kepada Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional RI, Dr Ir Arif Budimanta, M.Si, saat acara Seminar Nasional Ekonomi Pancasila, Kamis (3/5/2018). (Istimewa/TIMES Indonesia)
Saat Wadek III FEB UB, M Khusaini, saat memberikan cendera mata kepada Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional RI, Dr Ir Arif Budimanta, M.Si, saat acara Seminar Nasional Ekonomi Pancasila, Kamis (3/5/2018). (Istimewa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), menggelar Seminar Nasional Ekonomi Pancasila dan Industri Nasional RI. Seminar tersebut bekerjasama dengan Komite Ekonomi dan Industri Nasional.

Acara yang bertempat di Aula Pascasarjana FEB UB itu, Kamis (3/5/2018), hadir sebagai pembicara Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional RI, Dr Ir Arif Budimanta, M.Si.

Advertisement

Menurut Ketua Panitia Seminar, Prof Khusnul Ashar, SE., MA, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan sosialisasi dari nilai-nilai Pancasila yang dijadikan dasar berkehidupan berbangsa di tengah arus kemajuan yang semakin modern.

Ekonomi-Pancasila-2.jpg

“Karena, kapitalisme semakin mengancam segi-segi kehidupan, sehingga sudah waktunya kita lihat kembali ekonomi Pancasila dengan perspektif yang lebih terkini,” jelasnya.

Sementara, dalam paparannya, Arif Budimanta menyampaikan perlunya mendiskursuskan ekonomi Pancasila sebagai sistem ekonomi.

Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi jelas dia, adalah adil dan makmur. Namun pasca 70 tahun kemerdekaan, saat Indonesia lebih maju dalam infrastruktur dan SDM, masih tertinggal beberapa problem.

“Misalnya, terkait keadilan ekonomi, ketimpangan dan lain sebagainya. Ini adalah satu tantangan besar,” tegasnya.

Paradigma dan konsepsi Pancasila katanya, sangat penting menjadi arah dalam membangun Indonesia. Karena para pendiri bangsa membangun Indonesia dengan prinsip keadilan.

“Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem pengaturan hubungan antar negara dan warga negara yang ditujukan untuk memajukan kemanusiaan dan peradaban, memperkuat persatuan nasional melalui proses kerjasama/gotong royong dengan melakukan distribusi akses ekonomi yang adil bagi seluruh warga negara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelas Arif Budimanta.

Arif Budimanta juga menyampaikan tiga corak ekonomi Pancasila. Ekonomi Pancasila bebernya, adalah ruh dari ekonomi konstitusi, tidak anti pasar, dan negara perlu hadir untuk mendukung dan menopang pelaku pasar yang lemah dan terlemahkan.

Sedangkan lima pilar mewujudkan ekonomi Pancasila katanya, adalah pembangunan ekonomi yang berorientasi keadilan, kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara, pemerataan pembangunan, persatuan bangsa, pemenuhan hak sosial rakyat.

Sementara itu, Prof Munawar Ismail, SE., DEA., Guru Besar FEB UB, yang juga hadir dalam Seminar itu, pihaknya lebih banyak menyoroti ekonomi Pancasila sebagai sebuah sistem ekonomi.

“Sistem ekonomi adalah cara yang sifatnya konsepsional dan normatif berlandaskan nilai-nilai. Sedangan teori ekonomi adalah penjelasan atas fenomena ekonomi. Maka, sistem ekonomi lebih mendasar daripada teori ekonomi karena sistem ekonomi mengakar pada nilai-nilai kehidupan yang dianut,” katanya.

Adapun sistem ekonomi kapitalis katanya, bertumpu pada ideologi individualisme dan liberalisme, dimana individu memiliki kedudukan tertinggi dalam masyarakat dan harus diberi kebebasan dalam memilih yang terbaik baginya.

“Konsekuensinya, tercipta sistem ekonomi persaingan. Nilai ketuhanan merupakan pembeda antara sistem ekonomi Pancasila dengan sistem ekonomi lain yang ada saat ini, seperti sosialisme, komunisme, dan kapitalisme,” tegasnya.

Karena kata dia, Pancasila berdasarkan nilai ketuhanan dan kebersamaan, maka terlahir  sistem ekonomi kekeluargaan, sistem politik musyawarah, dan sistem sosial gotong-royong. “Hal itu sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa ini,” tutup Prof Munawar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES