Peristiwa

Mengenal Masjid Jami Al Baitul Amien di Serambi Jember, seperti Apa?

Kamis, 17 Mei 2018 - 21:27 | 291.06k
Masjid Jami Al Baitul Amien Jember tampak depan. Pembangunan masjid yang terletak di tengah kota Jember tersebut sarat dengan nilai historis. (FOTO: Desi Wahyuningsih/TIMES Indonesia)
Masjid Jami Al Baitul Amien Jember tampak depan. Pembangunan masjid yang terletak di tengah kota Jember tersebut sarat dengan nilai historis. (FOTO: Desi Wahyuningsih/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBERKabupaten Jember memiliki banyak bangunan masjid yang menarik dikulik baik dari sisi arsitektur maupun historisnya. Kali ini, TIMES Indonesia sedikit mengulas salah satu bangunan masjid yang paling terkenal di kabupaten yang ada di Jawa Timur ini dalam edisi spesial Ramadhan, Serambi Jember.

Berkunjung ke Jember, tak lengkap rasanya tanpa mengulas salah satu masjid tertua yang berada di Jember. Berlokasi di jantung kota, tepat di seberang Komplek Gedung Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Jember dan Alun-Alun Jember, berdiri sebuah masjid megah. Namanya Masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember.

Advertisement

Nama Al Baitul Amien sendiri seperti yang diungkapkan Drs H Muhammad Husein M.Pd selaku ketua umum yayasan yang ditemui TIMES INDONESIA di kantornya pada Kamis, (17/5/2018) memiliki arti Rumah Allah yang Aman. “Bisa juga diartikan rumah yang dapat dipercaya,” ujarnya.

Husein menjelaskan, Masjid Jami' Al Baitul Amien Jember terdiri dari dua bangunan masjid yang dipisahkan oleh jalan protokol Jember – Surabaya. Bangunan masjid lama dibangun sejak zaman kolonial Belanda dahulu, di sebelah selatan jalan raya. Belum jelas siapa yang membangun masjid ini dan kapan mulai dibangun.

Namun, diketahui bahwa masjid ini pernah mengalami renovasi pada 1939 silam. Bangunan masjid yang baru dibangun dan diresmikan pada tanggal 3 Mei 1976 oleh Menteri Agama RI, Prof. KH. Mukti Ali.

"Bangunan yang baru ini terletak di atas tanah wakaf seluas 9.600 meter persegi, meliputi 7 buah kopel atau kubah dalam bentuk bundar," terangnya.

Gagasan awal pembangunan (atau lebih pas disebut perluasan) Masjid Jami' Al Baitul Amien Jember yang baru ini dilontarkan oleh Letkol H Abdul Hadi pada sekitar tahun 1970-an, karena perkembangan kota Jember saat itu yang semakin ramai. Namun pada awal gagasan tersebut mendapat banyak pertentangan untuk mendirikan masjid baru, karena dikhawatirkan akan menghilangkan jariyah para pendahulu yang telah membangun masjid jami’ lama.

Namun demikian, KH Ahmad Shidiq, salah seorang ulama terpandang kala itu, tampil memberikan rasionalisasi dan memberikan persetujuan untuk membangun masjid baru di seberang jalan, dengan catatan tidak membongkar masjid lama dan dibuatkan jembatan sebagai penghubung antara bangunan masjid baru dengan bangunan masjid lama.

Yang menarik perhatian lainnya adalah, bahwa dalam sejarah pembangunan masjid ini pun sangat melibatkan peran serta masyarakat. Hal itu terbukti dari salah satu sumber dana pembangunan masjid yang berasal dari pengumpulan sumbangan padi atau gabah sebagai bagian dari zakat hasil bumi sebanyak 2 kuintal gabah untuk tiap hektare.

Selain itu dalam desain bangunan masjid itu sendiri merupakan hasil polling yang dilakukan masyarakat daei 13 desain yang diajukan. Akhirnya pilihan desain jatuh pada karya Yaying K. Keser A.I.A, seorang arsitek tamatan California, Amerika Serikat (AS).

Dipilihnya bentuk bulat (segmen bola) yang menggambarkan meluasnya kebutuhan seluruh umat manusia tanpa dibatasi dengn sudut-sudut tertentu yang yang akhirnya diaplikasikan pada bentuk kubah masjid.

Kemudian jumlah kubah, yakni sebanyak tujuh kubah ternyata menyimpan filosofinya sendiri. Angka tujuh merupakan simbol dari kemantapan.

"Demikian pula angka 17 yang diwujudkan dalam jumlah tiang penyangga lantai dua di kubah utama rupanya sebagai pengingat untuk umat Islam pada tanggal kemerdekaan Indonesia, serta jumlah rakaat solat wajib yakni 17," tutur Husein.

Keunikan lainnya terlihat dari mihrab dan mimbarnya. Bangunan mihrab akan terkait dengan mimbar, terdiri dari tiga buah lengkungan yang melukiskan trilogi risalah Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan.

Selain itu dalam lengkungan mihrab, Al Mukarom KH Achmad Shiddiq menfatwakan agar dituliskan ayat Al Quran Surat Thaha ayat 14, sedangkan pada mihrab kanan dan kirinya terpampang lafadz Allah dan Muhammad, serta sekeliling kubah dituliskan surat An Nur dimaksudkan agar sebagai petunjuk bagi jamaah masjid itu.

Sementara itu pada bagian lantai sembahyang utama ditutup dengan marmer Carara yang didatangkan khusus dari Italia. Selain itu pada trap lingkar di halaman digunakan batu bata berongga dari keramik sehingga tampak kokoh. 

Setiap hari Masjid Jami' Al Baitul Amien Jember tidak pernah sepi dari masyarakat yang menuaikan sholat wajib maupun sunnah atau amalan lainnya. Terlebih lagi saat bulan Ramadhan saat ini.Serambi Jemberakan mengulas sisi menarik masjid lainnya yang ada diKabupaten Jemberdalam edisi selanjutnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES