
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Seminar bertajuk Grow an Entrepreneurship Soul, di Kampus Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Sabtu (19/5/2018) memacu kaum muda untuk berwirausaha.
Narasumber yang dihadirkan diharapkan, mampu menginspirasi sekaligus mampu mendorong mereka yang muda untuk berwirausaha tanpa menunggu kuliah apalagi lulus sarjana terlebih dulu.
Advertisement
Seminar dengan target menumbuhkan wirausaha atas panggilan jiwa ini mendapat tempat pada peserta dari lintas kampus serta SMA.
Ada dari mahasiswa Uwika sendiri, Universitas Dharma Cendekia, UK Petra, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas WR. Soepratman, STIE Perbanas. Selain itu siswa SMAN 21, SMKN 7, SMK Santo Stanislaus dan lainnya.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar, Edric Chandra (Community and Event Departement Manager PT Wismilak Inti Makmur Tbk), Arief Budiman (CEO PT Agrindo & Dekan Fakultas Ekonomi UWIKA), serta Ricky Ramadhan (Komunitas Bukalapak Surabaya).
Rektor Uwika Murpin Josua Sembiring mengatakan kaum muda sekarang tidak lagi menyodorkan stopmap untuk melamar kerja.
Sebaliknya, membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja. Ini bisa dilakukan tanpa terlebih lulus sekolah atau kuliah terlebih dulu.
“Data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2016 menyebut ada 183 ribu entrepreneur, tahun 2017 naik menjadi 225 ribu. Meski demikian dari total penduduk Surabaya sekitar 2,7 juta jiwa, 65 persen di antaranya memilih menjadi pegawai atau karyawan,” papar Murpin mengawali seminar entrepreneur.
Menurutnya, dalam berwirausaha kini tidak bisa lagi sekadar menjual kembali (resaller).
Namun harus bisa memproduksi barang yang memiliki nilai tambah. Tren penjualan secara online membuat membuka toko tidak lagi memerlukan tempat.
“Perbanyaklah menjadi socioprenuer. Permasalahan sosial dan ekonomi Indonesia adalah kemiskinan dan banyaknya pengangguran. Sociopreneurship, sebagai penggerak ekonomi, memberikan peluang usaha, pandangan usaha dan aspek praktikal dalam menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi tersebut,” pesan Murpin.
Murpin mencontohkan dosen dari Chittagong University, Doktor Muh Yunus dari Bangladesh yang mendirikan Grameen Bank.
Bank untuk pengusaha bambu yang miskin tidak pernah tersentuh oleh perbankan, terlilit rentenir dengan bunga 10 persen perminggu.
Muh Yunus tampil dengan bangun terus kepada rakyat miskin dan menyalurkan kredit mikro yang rendah tanpa berbelit-belit seperti perbankan. Rakyat kecil bangkit ekonominya dan Muh Yunus diganjar hadiah Nobel untuk itu.
Edric Chandra (Community and Event Departement Manager PT Wismilak Inti Makmur Tbk) memaparkan fakta adanya 7,4 juta penduduk di Indoneia tidak memiliki pekerjaan, sebagaimana data Kompas. Dari jumlah tersebut, 13,9 persen diantaranya lulusan D3 dan s1.
“Karena itu jangan sombong lulus dengan nilai cumlaude,” kata Edric yang juga mepaparkan beberapa sosok muda dari manca negara yang sukses. Edric juga memaparkan program bantuan hibah perusahaannya melalui program Diplomat Succes Challenge. Mereka yang berusia kurang dari 45 tahun, memiliki ide wirausaha bisa mendapatkan hibah untuk permodalan Rencana bisnis yang ada akan dikaji, didampingi penerapannya sesuai rencana.
Ricky Ramadhan (Komunitas Bukalapak Surabaya) menuturkan pihaknya sebagai koordinator Komunitas Bukalapak Surabaya mengapresiasi pertumbuhan anggota komunitasnya yang mencapai 93 ribu.
“Tiga tahun terakhir ini ada peningkatan jumlah anggota komunitas. Untuk kunjungan bukalapak mencapai Rp 5 juta perhari. Ini kebanggaan karena situs ini diciptakan anak muda Indonesia,” kata Ricky.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |