Peristiwa

Desa Kedungsumur di Probolinggo, Desa Tanpa Listrik PLN yang Jadi Desa Berkembang

Jumat, 07 Desember 2018 - 18:33 | 284.77k
Infrastruktur jalan di Kedungsumur (FOTO: Istimewa)
Infrastruktur jalan di Kedungsumur (FOTO: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Dulu, di tahun 2016, Desa Kedungsumur, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo berstatus desa sangat tertinggal  berdasarkan SK Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) nomor 030/2016.

Status ini merupakan yang terbawah dalam tingkat kemajuan dan kemandirian desa berdasarkan indeks desa membangun (IDM), yang ditetapkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI.

Advertisement

jalan-Kedungsumur-2.jpg

Di atas desa sangat tertinggal, ada desa tertinggal, desa maju, dan desa mandiri.

Di antara 325 desa yang tersebar di 24 kecamatan di Kabupaten Probolinggo, posisi Kedungsumur paling buncit. Desa yang mayoritas penduduknya belum tersentuh listrik PLN ini, menjadi satu-satunya desa sangat tertinggal.

Sebagai desa sangat tertinggal, Desa Kedungsumur dinilai mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik sosial.

Akibatnya, desa ini tidak mampu mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi. Desa berpenduduk 1.087 jiwa ini juga mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya.

Tapi itu dulu. Sekarang, status desa yang mayoritas penduduknya menjadi petani atau buruh tani ini, naik dua tingkat menjadi desa berkembang berdasarkan SK Dirjen PPMD nomor 052/2018.

jalan-Kedungsumur-3.jpg

Sebagai desa berkembang, Desa Kedungsumur potensial menjadi desa maju. Memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, meski belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.

Desa yang berjarak 23 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo ini, menyalip Desa Rangkang dan Sidopekso yang berada di ibu kota kabupaten, yaitu Kota Kraksaan. Dua desa yang disebut terakhir, berstatus desa tertinggal.

Padahal dari sisi geografis, jarak Desa Rangkang dengan kantor pemkab hanya 3,1 kilometer dengan waktu tempuh 8 menit. Sementara Sidopekso, lebih dekat lagi. Hanya 2,3 kilometer dengan waktu tempuh 7 menit saja.

Apa upaya Desa Kedungsumur sehingga naik dua kasta?

Kepala Desa Kedungsumur, Hasim mengatakan, dengan memanfaatkan dana desa, pihaknya berusaha maksimal membangun infrastruktur desa berupa jalan dan jembatan. Tujuannya, akses ekonomi tambah lancar dan nyaman.

Jalan-jalan yang sebelumnya masih berupa tanah murni dan dipastikan becek kala hujan, setelah dicor/rabat, kini makin nyaman dilintasi. Jembatan yang semula hanya terbuat dari bambu, kini juga dibeton.

Desa juga melakukan pipanisasi sepanjang 4,260 kilometer untuk pengadaan air bersih bagi 160 kepala keluarga di Dusun Krajan dan 74 kepala keluarga di Dusun Tanian Lanjeng.

“Karena warga selama ini masih kekurangan air bersih. Bahkan, air minum mengambil air sungai,” ujar Hasim.  

Tak Tersentuh Listrik PLN, Pakai Mikrohindro

Hasim mengakui, mayoritas penduduk di desanya yang tersebar di lima dusun belum tersentuh listrik PLN. Yaitu Dusun Krajan, Tanian Lanjeng, Kedungsumur, Koh Tengah dan Dusun Kalianyar.

Kalaupun ada yang menggunakan listrik PLN, aliran listriknya dari desa sebelah yang cukup jauh. "Nyalur sendiri," kata Hasim.

Berdasarkan publikasi Kecamatan Pakuniran Dalam Angka 2018 dari BPS Kabupaten Probolinggo, jumlah pelanggan PLN di desa ini hanya hanya 76 pelanggan. Angka itu sama sedikitnya dengan Desa Kalidandan dan Blimbing, yang masing-masing hanya 55 dan 32 pelanggan.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik, warga memanfaatkan mikrohidro, memanfaatkan aliran sungai.

Di sini, warga memasang 26 unit kincir air (mikrohidro), dengan memanfaatkan aliran sungai yang bermuara di Gunung Argopuro. Daya listrik yang dihasilkan kincir ini beragam.

Ada yang berkapasitas 3000 Watt, ada yang 5000 Watt. Yang 3000 Watt mampu mengaliri listrik sebanyak 10 kepala keluarga (KK), sedangkan yang 5000 Watt mampu mengaliri 15 KK. Kincir air ini merupakan bantuan kincir air dari perusahaan swasta.

Meski demikian, kata Hasim, warga tetap berharap listrik PLN. Dan untuk itu, warga berencana iuran untuk pengadaan dan pemasangan tiang listrik secara swadaya. Kemudian PLN tinggal mengaliri listrik.

"Desa Kedungsumur ingin seperti desa-desa lainnya yang menikmati listrik PLN di Kabupaten Probolinggo. Itu PR kami,” kata pria yang menargetkan desanya naik tingkat lagi menjadi desa maju pada 2019 ini.

Itulah Desa Kedungsumur, yang semula desa sangat tertinggal, kini jadi desa berkembang di Kabupaten Probolinggo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES