Peristiwa

GP Ansor Mesir Percantik Makam Ulama Syekh Abdullah As-Syarqawi

Minggu, 05 September 2021 - 11:44 | 205.67k
Pengurus Cabang Istimewa Gerakan Pemuda (PCl GP) Ansor di Mesir. (Foto: Dok. GP Ansor Mesir)
Pengurus Cabang Istimewa Gerakan Pemuda (PCl GP) Ansor di Mesir. (Foto: Dok. GP Ansor Mesir)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengurus Cabang Istimewa Gerakan Pemuda Ansor di Mesir (PCl GP Ansor Mesir) telah merealisasikan program renovasi makam ulama di negara tersebut dengan merampungkan renovasi makam Maulana Syekh Abdullah As-Syarqawi.

Dalam keterangan tertulis PC GP Ansor yang diterima di Times Indonesia, Jum'at (3/9/2021) dikatakan bahwa Mesir begitu kaya akan kader ulama dan terdapat wilayah pemakaman yang dikhususkan untuk mendiang para ulama besar yang disebut sebagai Qarafah Mujawirin.

Advertisement

“Namun sangat disayangkan banyak sekali makam ulama yang agaknya kurang terawat, sehingga jika ada seseorang yang hendak berziarah, terkesan kurang nyaman,”  ujar Fachri Fanani Panitia renofasi. 

GP Ansor Mesir b

Oleh karena itu, kata Fachri Fananu,Ansor pun berinisiatif untuk mempercantik makam para ulama di Mesir. Makam pertama yang dipercantik adalah makam Maulana Syekh Abdullah As-Syarqawi, salah satu ketua Dewan Syuro pada masa penjajahan Napoleon Bonaparte dari Prancis.

Menurut Fachry Fanani, ketua program renovasi makam ulama PC GP Ansor Mesir, program renovasi tersebut telah diinisiasi sejak tahun 2020 lalu. Namun sempat terkendala perizinan. Renovasi harus mendapat lampu hijau dari otoritas setempat.

Selain itu, pandemi virus corona juga sempat memperlambat pelaksanaan program tersebut.

Saat izin telah dikantongi, pihaknya pun mulai menjalankan proses renovasi yang mencakup pembersihan area makam, pergantian karpet yang sudah tak layak pakai, serta pemasangan gorden dan tirai untuk pintu, penjelasan mengenai sirah dzatiyah yang dipigura, dan karpet sajadah untuk salat.

Sejumlah alat kebersihan juga turut dibersihkan agar fasilitas yang ada di sekitar makam tetap terjaga.

“Setelah mendapat utusan dari atasan, saya sadar bahwa program ini dapat dijadikan sebagai wajah Islam yang peka terhadap lingkungan dan kehidupan sosial sekitar. Semoga dengan adanya program ini, senantiasa mahasiswa Azhar akan lebih nyaman untuk berziarah dan bermunajat di setiap makam ulama di Mesir,” katanya.

Siapa syech Imam As-Syarqawi itu? Ia adalah Syeikh ‘Abdullah bin Hijaz bin Ibrahim atau yang kerap disapa dengan panggilan Imam As-Syarqawi lahir tahun 1150H/1737M dan wafat pada hari Kamis 2 Syawwal 1227 H. 

Beliau berjasa  membangun Ruwaq Syarqawiyah di masjid al-Azhar. Hidup beliau diabdikan untuk al-Azhar dan rakyat Mesir.

Imam As-Syarqawi banyak menghabiskan pendidikannya dengan belajar di Universitas Al-Azhar Mesir, dan kemudian sampai menjadi salah seorang pengajar (Syeikh dari Universitas Al-Azhar itu). Kehebatan ilmu beliau diakui sehingga beliau dilantik menjadi Syeikhul Azhar pada zamannya.

GP Ansor Mesir c

Ia adalah seorang Ulama’ Besar Syafi’iyah di Mesir pada zaman itu dan banyak mengarang kitab-kitab fiqih Syafi’i dan lain-lain kitab yang sampai sekarang masih dicetak dan disiarkan di seluruh dunia Islam.

Di al-Azhar beliau menimba ilmu kepada para ulama terkemuka sehingga beliau menjadi mufti mazhab Syafi’i. Kemudian beliau menapak jalan sufi dengan berguru kepada Syaikh al-Kurdi. Beliau hidup bersahaja dan sederhana meskipun telah dikelilingi harta dunia.

Dengan bimbingan al-Hifni sendiri, Imam As-Syarqawi mulai menekuni dan menelusuri Thariqah Khalwatiyah. Tidak sia-sia kiranya usaha yang dilakukan oleh as-Syarqawi tersebut, tetapi pada saat as-Syarqawi hampir mencapai keberhasilannya, beliau terkena goncangan jiwa yang menyebabkannya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Dalam beberapa hari as-Syarqawi berhasil disembuhkan. Setelah sembuh, as-Syarqawi sangat bersyukur, lalu mulai tekun membaca dan mengaji kepada Syekh Muhammad al-Kurdi, sampai pada akhirnya ia berhasil menyandang gelar at-Taj dari al-Kurdi.

Setelah berhasil menyandang gelar at-Taj itu, as-Syarqawi mengajarkan ilmu-ilmu yang pernah ia tekuni selama ini kepada kaum muslimin dan para pelajar di beberapa tempat. Ketinggian ilmu dan kearifannya mengantarkan as-Syarqawi sebagai seorang figur terpandang. Bahkan meninggal saja sang guru, “Syekh al-Kurdi”, Imam As-Syarqawi termasuk salah satu dari pengganti beliau dan semua murid al-Kurdi pindah kepada Imam as-Syarqawi.

Memimpin Mesir

Tahun 1218 H/1793 beliau diangkat menjadi Syaikh al-Azhar menggantikan Syaikh Ahmad Musa al-‘Arusi. Pada masa kepemimpinan beliau Mesir dijajah oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Syaikh Abdullah al-Syarqawi adalah salah satu dari sepuluh ulama Dewan Syuro Mesir yang berusaha didekati Napoleon. Beliau menasehati hakim Mesir saat itu untuk bersikap adil kepada rakyat dan tidak membebani mereka dengan pajak yang tinggi. Atas saranan beliau juga, hakim Mesir mengirimkan surat kepada Napoleon untuk memberi penghormatan secara militer kepada para ulama dan memuliakannya.

Napoleon Bonaparte takjub dengan kepribadian para ulama al-Azhar yang dikepalai oleh Syaikh Abdullah As-Syarqawy. Dia juga kagum terhadap Islam dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw, terutama setelah dia pulang dari Syam. Napoleon mengatakan bahwa dirinya mencintai Islam, mengagungkan Nabi Muhammad Saw, menghormati al-Qur’an dan membaca setiap hari. Di Mesir dia bermaksud membangun masjid terbesar di dunia dan ingin pula dia memeluk agama Islam.

Napoleon mengatakan bahwa jika dirinya masuk Islam maka dia akan mampu untuk mengislamkan seluruh tentaranya. Dalam sebuah pertemuan dengan para ulama al-Azhar Napoleon meminta Syaikh al-Syarqawi berfatwa kepada rakyat Mesir untuk taat dan patuh kepada dirinya.

Kemudian Syaikh al-Syarqawi menegaskan kepada Napoleon bahwa jika dia masuk Islam maka seratus ribu tentara Arab akan berada di bawah benderanya dan membantunya menaklukkan dunia Timur. Namun Allah berkehendak lain, Napoleon tidak masuk Islam.

Di antara karya Imam Asy-Syarqawi dalam fiqih Syafi’i adalah yang berjudul “Asy-Syarqawi Al-Attahrir” yaitu kitab fiqih Syafi’i untuk mensyarah kitab Tahrir karangan Imam Zakaria Al-Ansori. Kitab Syarqawi itu terdiri atas dua jilid besar dengan 525 halaman setiap jilidnya, dimulai dengan “Al-Hamdulillah Iladzi Faqqaha” dan disudahi dengan “Walhamdulillah Rabbil ‘Alamiin”.

Kitab Syarqawi selepas dikarang beliau tahun 1192H. Jadi beliau seorang ulama’ Syafi’i pada akhir abad ke XII, tetapi karena wafat beliau pada tahun 1227H maka beliau dimasukkan dalam barisan Ulama Syafi’i pada abad ke XIII. Karya beliau yang lain, di antaranya :

At-Tohfatul Bahiyah fi Tabaqatisy Syafi’iyah, yaitu kitab untuk menerangkan ulama’-ulama’ besar Syafi’iyah dari abad ke IX sampai abad ke XII.
Tohfatun Nazirin, dicetak di Mesir tahun 1281H. Kitab Usuluddin “Syarqawi Syarah Sanusi” (144 halaman). Selesai dikarang beliau 13 Ramadhan 1194 H.

Keistimewaan Syekh Abdullah As-Syarqawi ini adalah mempunyai “Serban Besar”, sehingga pada zaman itu diambil menjadi tamsil, yaitu untuk menyatakan sesuatu yang besar, dikatakan orang: “Sebesar serban Syarqawi”. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES