Menelusuri Satu-satunya Makam bernama "Mbah Ginah" di Area Balai Kota Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Terdapat satu-satunya makam yang berada di belakang Balai Kota Malang atau tepatnya di area gedung baru Mini Block Office Balai Kota Malang. Nisan tersebut bertuliskan "Mbah Gina". Siapa sosok "Mbah Gina"?
Dalam penelusuran TIMES Indonesia, terdapat dua versi yang mengungkap sosok Mbah Gina yang makamnya dikelilingi tiga pohon besar dan lokasinya bersandingan dengan halaman parkir belakang Balai Kota Malang.
Advertisement
Namun, sampai kini belum ada catatan sejarah mengenai siapa sosok Mbah Gina dan mengapa Pemkot Malang terkesan tak berani memindahkan makam tersebut.
Pengamat Sejarah dan Budaya sekaligus Sekretaris TACB Kota Malang 2016-2020, Agung Buana mengatakan, ada tiga versi yang beredar mengenai makam misterius yang dinamai Mbah Gina itu.
Versi pertama, yakni sosok Mbah Gina yang dimakamkan itu adalah petugas kebersihan Gedung Balai Kota Malang di masa penjajahan Kolonial Belanda.
Disaat Mbah Gina meninggal, Belanda memutuskan membangun makamnya tepat di belakang Balai Kota Malang demi menghormati jasanya.
"Meninggalnya di tahun 1940-an, sebagai penghormatan dimakamkan di situ," ujar Agung, Kamis (28/4/2022).
Versi selanjutnya, Mbah Gina ini adalah seorang pemulung yang bekerja di belakang Balai Kota Malang. Karena dulu, lokasi yang kini menjadi Taman Rekreasi Kota (Tarekot) ini merupakan tempat pembuangan sampah.
"Dimana suatu saat pemulung ini terperosok jatuh dan meninggal. Oleh teman-teman yang lain akhirnya di makamkan di sekitar sini," ungkapnya.
Versi ketiga, kata Agung, sosok Mbah Ginah ini dikisahkan masih terkait dengan makam yang berada di tepi Jalan Majapahit, tepatnya di utara jembatan Majapahit.
Dimana saat itu, ada sepasang lelaku dan perempuan yang mempunyai hubungan istimewa. Mereka hidup sebelum masa kemerdekaan.
Konon sang lelaki diduga adalah seorang pejuang ini sering menggali informasi dari Mbah Gina yang sehari-hari tinggal di Balai Kota Malang yanh dikuasai oleh Kolonial Belanda.
Akan tetapi, tak berselang lama sang laki-laki tertangkap oleh Belanda dan akhirnya dihukum mati. Begitupun juga Mbah Ginah.
"Yang laki-laki gak tahu siapa, tapi karena Mbah Ginah orang yang berada di Balai Kota dan berjasa di lingkungan Balai Kota dan sekitarnya. Maka ia dimakamkan disini dan yang laki-laki dianggap orang luar, jadi dimakamkan di luar Balai Kota," jelasnya.
Diakui Agung, dari ketiga versi tersebut belum ada yang bisa membuktikan sejarahnya. Bahkan, penelitian ilmiah pun belum pernah didengar.
Hanya saja ada beberapa paranormal dan pakar supranatural yang mencoba mencari tahu dari sisi metafisika terkait Mbah Ginah yang dimakamkan di kawasan Balai Kota Malang serta asal usulnya.
"Saya belum pernah dengan secara resmi penilitian, tapi ada juga paranormal yang sering datang dan melakukan proses komunikasi, tapi gak mau cerita detail seperti apa, tapi secara metafisika dipastikan perempuan," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |