Pak Halim: Silahkan Harga Rokok Naik, Tapi Tenaga Kerja Harus Terpikirkan

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Menyikapi wacana naiknya harga rokok hingga lebih dari dua kali lipat atau harga tinggi, Ketua DPRD Jawa Timur, Halim Iskandar meminta agar masyarakat tidak khawatir dengan wacana tersebut.
Pria yang digadang-gadang akan maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 itu berharap masyarakat bisa kembali lagi seperti dulu yakni kembali ke alam.
Advertisement
"Harga rokok mahal, kita serahkan saja kepada pemerintah. Tapi dari sejarah orang tua dulu, mereka tidak bingung dengan mahalnya harga rokok, mereka bisa meracik dan membuat rokok sendiri dengan membeli tembakau, cengkeh dan melinting rokok sendiri, toh rasanya lebih nikmat," ujarnya kepada TIMESIndonesia, Minggu (21/8/2016).
Lebih jauh, Pria yang akrab di sapa Pak Halim ini mengaku sejak muda pengebar rokok linting yang di racik sendiri.
"Rokok linting itukan bahan dasarnya alami, kita membuat atau meracik sendiri tidak ada bahan kimianya, kita tau takaran cengkeh dan tembakaunya, tentu rokok itu jadinya sehat. Contohnya, orang-orang tua dulu perokok linting atau perokok alam, buktinya mereka sehat dan umurnya bisa mencapai 100 hingga 120 tahun," imbuhnya.
Pria yang memiliki mars Pak Halim "Holopis Kuntul Baris" ini meminta agar pemerintah memikirkan ulang mengenai wacana mahalnya harga rokok tersebut, apakah berdampak pada masyarakat, perekonomian atau tidak.
"Harga rokok tinggi, pasti pengusaha rokok akan menjerit, sebab peminat rokok akan berkurang, karena tak mampu membeli dengan harga yang diwacanakan mencapai Rp 50.000 perbungkus itu," katanya.
Jika daya beli menurun katanya, jelas pabrik rokok akan merugi, pasti akan berimbas ke pengurangan pegawai dan pastinya akan semakin banyak pengangguran," jelasnya.
Jadi wacana harga rokok ini, tegas Pak Halim, harus dilihat dari dua sisi, Yakni
sisi pengemar rokok dan sisi industri rokok itu sendiri.
Pengemar rokok atau pecinta rokok pasti tidak akan bingung seberapa mahal harga rokok pasti mereka beli. "Silahkan harga rokok dinaikan oleh pemerintah, tetapi masalah tenaga kerja harus tercover," harapnya.
Jangan banyak buruh di PHK massal di Industri rokok. Karena hal itu malah berdampak kemiskinan di Indonesia. "Jadi saya rasa harus dipikirkan kembali oleh pemerintah terkait wacana tersebut," katanya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rochmat Shobirin |