Ini Catatan Pengamat Politik Unair Soal Kombinasi PKB-PDIP di Pilgub Jatim

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Majunya Bakal Calon Gubernur, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) bersama sang Wakil Gubernur, Puti Guntur Soekarno, dalam Pilgub Jatim Juni 2018, penuh dengan kejutan.
Pengamat Politik Unair, Haryadi mencatat, pasangan yang diusung koalisi PKB dan PDIP itu, telah menjalani proses panjang sebelum akhirnya mendaftar ke KPU, Rabu (10/1/2018) malam.
Advertisement
Ada sembilan catatan yang dituangkan Haryadi dalam rilis yang diterima TIMES Indonesia. Menurutnya, hentakan-hentakan politik dalam dinamika Pilgub Jatim, tak pernah dibayangkan sebelumnya. Pula, tak pernah ada rujukan bandingan dengan pilgub di tempat lain atau pun pada waktu lain di Indonesia.
Awalnya, Gus Ipul yang menjabat sebagai Wagub dua periode mendampingi Pakde Karwo, terkesan kuat akan mendapat tongkat estafet berupa dukungan maju dalam kontestasi Gubernur 2018 oleh Pakde Karwo. Setidaknya, hal ini konon pernah diutarakan Pakde secara langsung pada Gus Ipul maupun para Kiai khos di Jatim.
Beberapa kali konon Pakde berupaya menarik Gus Ipul agar masuk ke dalam Partai Demokrat yang diketuainya. Tapi selalu di tolak oleh Gus Ipul, karena merasa tetap nyaman sebagai representasi NU. Bahkan sejak awal bergandengan, posisi Gus Ipul adalah representasi NU.
Seiring waktu, Gus Ipul bersama Ketua Umum PBNU, Kiai Said Aqil Siraj, menjadi inisiator yang berperan paling utama meyakinkan pemerintahan Jokowi-JK untuk menetapkan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila. Serangkaian kegiatan seminar dan sekumpulan karya tulis dirancang Gus Ipul, hingga sampai pada kesimpulan, hari lahir Pancasila mengacu saat pertama kali istilah Pancasila dicetuskan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945. Proses inilah yang menyambung batinkan kembali Gus Ipul-Bu Mega (Ketua Umum PDI Perjuangan).
Tak banyak yang tahu bahwa Gus Ipul adalah anak angkat Bu Mega yang dititipkan secara khusus oleh Gus Dur. Lebih tak banyak lagi yang tahu bahwa Bu Mega lah yang membiayai pernikahan Gus Ipul dengan mbak Fatma. Jadi, hubungan Gus Ipul dengan Bu Mega sudah terangkai secara batin sejak 22 tahun lalu.
Benar dahulu Gus Ipul pernah mendapat pengasuhan politik di PDI Perjuangan. Benar juga Gus Ipul pernah keluar dari PDI Perjuangan untuk menemani Gus Dur kala itu. Tapi saat Gus Ipul keluar dari PDI Perjuangan dahulu dilakukan secara gentle, yaitu lewat forum rapat internal partai. Ibarat pepatah, datang tampak muka dan pergi tampak punggung. Sikap Gus Ipul ini ternyata menjadi best-practice, dan selalu di kenang positip oleh PDI Perjuangan.
Berhal demikian, bukan hal yang aneh dan rumit ketika akhirnya Gus Ipul mendapat semacam garansi bakal direkom oleh PDI Perjuangan menjadi Calon Gubernur Jatim. Bagi mereka yang tak paham hubungan sejarah Gus Ipul dengan Bu Mega, pasti awalnya tak percaya Gus Ipul akan mampu dapat rekom dari PDI-Perjuangan. Bahkan pakde Karwo pun (atas dasar pengalaman pribadinya yang dahulu berusaha mendekat tapi tak mendapat rekom dari PDI Perjuangan) tak pernah percaya itu.
Secara simultan, komunikasi dan hubungan dengan partai-partai di luar PDI Perjuangan pun dijalankan oleh Gus Ipul. Begitu juga dengan ormas-ormas keagamaan yang beragam, Gus Ipul juga menjalin komunikasi. Tak pelak pula, yang paling utama kepada para kiai Khos, kiai struktural, dan kiai kultural, Gus Ipul amat rajin menyapa dan merengkuhnya.
Pada level akar rumput, nyaris semua segmen publik dihampiri oleh Gus Ipul. Tak terkecuali arek-arek jaman now juga bertahap difalisitasi pengembangan pengorganisasiannya mengacu variasi hobi mereka.
Adalah momen Pilgub DKI 2017 yang menginspirasi dukungan PKB pada Gus Ipul sbg Calon Gubernur Jatim. Yakni saat memfasilitasi pertemuan antara PKB dengan PDI Perjuangan. Rupanya pembicaran tak semata perihal Pilgub DKI 2017, tapi juga Pilkada (khususnya Pilgub Jatim 2018) dan Pemilu Serentak Nasional 2019. Komitmen politik tak tertulis antara PKB dan PDI Perjuangan untuk mengusung Gus Ipul di Pilgub Jatim pun disepakati sejak itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |