Politik

Bagaimana Keamanan Publik Jelang Pemilu 2019?

Selasa, 09 April 2019 - 22:32 | 52.27k
Diskusi bertajuk 'Prediksi Dinamika Pemilu Serentak 2019 Dalam Perspektif Sosial Politik dan Keamanan
Diskusi bertajuk 'Prediksi Dinamika Pemilu Serentak 2019 Dalam Perspektif Sosial Politik dan Keamanan" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019). (Foto: Rahmi Yati Abrar/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTAPemilu 2019 yang tinggal menghitung hari ini kerap disuguhi dengan isu-isu negatif seperti hoaks dan ujaran kebencian. Bagaimana kondisi keamanan publik saat ini?

Menurut Pengamat Politik Senior LIPI Indria Samego, pemilu merupakan pesta demokrasi yang notabene adalah pesta rakyat. Sehingga, pemilu haruslah mencerminkan kebahagiaan dan suka cita seluruh masyarakat.

Advertisement

"Kemarin kita misalnya mendengar calon presiden menggebrak-gebrak meja, itu emosi sesaat, cuma penafsiran publik bisa bermacam-macam. Apalagi dengan adanya media sosial yang memberikan kesempatan kita menilai," ujarnya dalam sebuah diskusi bertajuk 'Prediksi Dinamika Pemilu Serentak 2019 Dalam Perspektif Sosial Politik dan Keamanan" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (9/4/2019).

Selain itu, Indria juga menyinggung pernyataan salah seorang elite politik yang 'mengancam' akan menggerakkan 'people power' jika ada kecurangan dalam pilpres mendatang.

"Saya melihat ini sangat mempengaruhi rasa aman masyarakat. Harapan kita dari pemilu ke pemilu demokrasi naik kelas," tukasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, jelang hari pemilihan hingga saat ini, pemilu 2019 masih menyisakan banyak masalah.

Di mana kata dia, masih banyak pelanggaran yang dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Belum lagi lanjut Karyono, jumlah hoaks yang kian meningkat dan didominasi oleh konten terkait isu politik.

"Apalagi saya melihat gejala hoaks sudah menjadi industri," ungkapnya yang menyinggung kasus Saracen sebelumnya.

Sementara itu, pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengungkap, rendahnya perolehan suara capres-cawapres secara nasional dapat menjadi pintu masuk dan dimanfaatkan untuk membuat kegaduhan oleh pihak-pihak tertentu.

Pun dengan politik identitas. Stanislaus menilai hal itu berpotensi membuat masyarakat terpolarisasi dan berujung rusuh. "Ini kan narasi yang bisa memicu kegaduhan," imbuhnya.

Kendati demikian, dirinya optimistis keamanan publik jelang pemilu 2019 dapat terjaga. Sebab, TNI, Polri, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) siap mengamankan pesta demokrasi lima tahunan itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES