Menakar Peluang Tokoh Sentral di Pusaran Pilkada Surabaya 2020

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Terpilihnya Machfud Arifin sebagai salah satu Calon Wali Kota Surabaya makin membuka celah konstelasi politik. Mantan Kapolda Jatim tersebut memperoleh mandat untuk menentukan wakil terbaik di Pilkada Surabaya 2020.
Machfud Arifin telah menjelaskan dua syarat utama. Pertama, pendamping yang mampu meningkatkan perolehan suara elektoral. Kedua, tidak nyrimpeti atau mengganggu saat Machfud menjalankan tugas.
Advertisement
Sekitar 12 nama disodorkan partai pengusung. Dari PKB, Demokrat, PPP, Gerindra dan PAN. Hingga kini sejumlah nama digodok oleh internal partai.
Tokoh di pusaran Pilkada Surabaya 2020.(Foto: Istimewa)
Jika dilihat, sosok pengiring Machfud Arifin haruslah tokoh yang berpengalaman. Memiliki background santri, pengusaha atau birokrat.
"Kita tentu ingin agar wakilnya, atau pendamping Cak Machfud Arifin ya PKB. Tapi tentunya kita tidak boleh sembarangan menentukan. Saat ini kita masih mengadakan survei nama-nama yang akan menjadi calon pendamping Cak Machfud," kata Sekretaris DPW PKB Jawa Timur Badrut Tamam.
Setidaknya ada beberapa nama tokoh yang masuk dalam pusaran. Bisa sebagai calon wakil Machfud atau menjadi rival di Pilwali. Sementara menunggu turunnya rekom dari PDI Perjuangan untuk meletakkan calon estafet kepemimpinan Risma.
PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu di Kota Surabaya memiliki 15 kursi. Sesuai aturan, partai pengusung Calon Wali Kota Surabaya minimal harus memiliki jumlah 10 kursi, PDI Perjuangan berhak mengusung calon tersendiri.
Itu artinya, hingga saat ini, dari gedung DPRD Kota Surabaya, ada tersisa 4 partai yang belum menentukan sikap. Terdiri dari Partai Golkar (5), Partai Keadilan Sejahtera (5), Partai Solidaritas Indonesia (4), dan Partai Nasional Demokrat (3). Total sebanyak 17 kursi.
Jika kekuatan tidak berubah, ataupun bila terjadi perubahan tidak terlalu signifikan, Pilwali Surabaya 2020 bakal diikuti oleh 3 pasangan. Pasangan dari koalisi pengusung Machfud Arifin, pasangan dari PDI Perjuangan, dan pasangan dari koalisi 4 partai selebihnya.
Nama-nama tokoh mulai bermunculan. Sebut saja Dhimas Anugrah, Sutjipto Joe Angga, Eri Cahyadi, Zahrul Azhar Asad atau Gus Hans, Gamal Albinsaid hingga Azrul Ananda.
Sutjipto Joe Angga adalah pengusaha sukses berbasis birokrat. Boleh dibilang, telah tuntas dengan dirinya sendiri. Dia juga dikenal berani menyuarakan kebenaran dan membela hak kaum tertindas. Pernah mengarungi asam garam dunia perpolitikan.
"Saya siap dan harus mulai bersuara karena memang selama ini saya selalu di belakang," terangnya kepada TIMES Indonesia.
Angga tidak main-main. Politisi PDI Perjuangan ini bahkan berani melakukan kontrak politik menuntaskan polemik surat ijo dengan segala resikonya.
Dia berkomitmen melepaskan hak atas tanah kepada pemegang surat ijo dengan kompensasi ganti rugi seminimal mungkin demi kesejahteraan masyarakat Kota Surabaya. Program yang ia tawarkan yaitu Panca Industri dan Panca Solusi.
Berbicara soal sepakbola, Joe Angga juga merupakan mantan pengurus PSSI. Sehingga dia juga menjanjikan sesuatu untuk kemajuan Persebaya.
Sedangkan Presiden Persebaya Azrul Ananda seperti enggan berbicara politik meskipun namanya santer digadang sebagai pendamping Machfud Arifin.
Kans Azrul setidaknya cukup besar untuk meraih keputusan Machfud. Sebab, Dahlan Iskan merupakan salah satu tokoh sentral yang menyodorkan nama Machfud dalam bursa. Kendati demikian, Machfud menjawab dengan bijak.
"Mohon waktu saya kira dalam beberapa waktu ke depan akan saya umumkan," kata Machfud Arifin saat acara peresmian Machfud Arifin Center beberapa waktu lalu. Acara tersebut juga dihadiri oleh Azrul Ananda.
Ketika disinggung apakah calon pendampingnya kelak dari kalangan milenial, Jenderal Bintang Dua ini tersenyum seraya menunjuk Azrul yang berada di sampingnya.
"Lha kalian nanya milenial sambil lihat situ," jawab Machfud seraya menunjuk Azrul, disambung tawa pecah keduanya. Sementara, Azrul enggan berkomentar. Sebab ia mengaku kedatangannya hanya sebagai bentuk persahabatan dan kekeluargaan.
Sementara itu, nama Eri Cahyadi dinilai memiliki pengalaman mengelola kota Surabaya. Eri Cahyadi seorang birokrat. Dia digadang-gadang sebagai penerus kesuksesan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Jejak kariernya juga sama dengan Risma, yakni Kepala Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko). Saat ini, baliho dukungan terhadap Eri Cahyadi beberapa kali beredar di berbagai wilayah Kota Surabaya. Terakhir dia mendapat dukungan untuk maju berdampingan dengan politisi PDI Perjuangan Armudji.
Perihal peluang Eri Cahyadi mendampingi Machfud Arifin dalam Pilwali Surabaya 2020 terbilang cukup riskan. Sosok Eri Cahyadi terlanjur lekat dengan Risma. Padahal Risma adalah politisi PDI Perjuangan, bahkan Ketua DPP.
Jika Eri mendampingi Machfud Arifin, dukungan dari Risma hampir pasti tidak mungkin diraih. Sebab Risma tentu lebih mendukung calon yang diusung PDI Perjuangan.
Sedangkan Zahrul Azhar As'ad atau akrab dipanggil Gus Hans adalah Wakil Ketua DPD Golkar Provinsi Jatim. Gus Hans dikenal sebagai tokoh agama yang dekat dengan urusan sepakbola sebagai Presiden Football for Peace.
Namanya sudah sering dibicarakan dalam bursa Pilwali Surabaya. Dia juga akrab dengan awak media. Sehingga pandangan-pandangannya tentang Kota Surabaya kerap nongol di media massa.
Bagaimana peluang Gus Hans untuk mendampingi Machfud Arifin? Hampir sama dengan Eri Cahyadi, situasinya cukup riskan. Persoalannya adalah Partai Golkar (5 kursi) memiliki kesempatan besar untuk membangun koalisi tersendiri. Bersama 3 partai lain, atau bahkan cukup bersama dengan PKS (5), jumlah kursi koalisi sudah cukup untuk mengajukan calon.
Dhimas Anugrah juga menjadi tokoh sentral meskipun dia masih enggan buka suara. Politisi muda dari PSI tersebut merupakan sosok cerdas dan visioner. Ia bahkan mempunyai pengalaman melihat langsung pengelolaan klub sepakbola di Old Trafford Stadium, Manchester, dan Anfield Stadium, Liverpool.
Dhimas Anugrah adalah kader PSI yang kerap diperbincangkan dalam bursa Pilwali Surabaya. Sosoknya mengingatkan pada Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak. Sosok yang muda, cerdas, dan lulusan luar negeri. Dhimas Anugrah juga memiliki jaringan bagus di kalangan milenial Surabaya. Oleh sebab status PSI sebagai partai baru dan hanya mendapat 4 kursi di DPRD Kota Surabaya, Dhimas Anugrah lebih banyak dijagokan menempati posisi Calon Wakil Wali Kota dibanding posisi Calon Wali Kota.
Bagaimana dengan peluang Dhimas Anugrah untuk mendampingi Machfud Arifin? Rupanya juga riskan. Penyebabnya, dalam konstalasi politik nasional, PSI cenderung selalu mendukung pilihan politik PDI Perjuangan. Dalam Pilwali Surabaya 2020 pun demikian pula, beberapa pihak memprediksi PSI bakal merapat pada calon yang diusung oleh PDI Perjuangan.
Dhimas Anugrah cukup kalem menyikapi wacana ini. Kendati dia tidak menampik ataupun menyetujui. Dia lebih memilih sikap moderat.
"Saya pikir politik itu dinamis ya, banyak kemungkinan bisa terjadi. Tapi yang saya tahu, kedua partai sama-sama nasionalis dan berkarya demi masyarakat,” tuturnya.
Terkait arus wacana yang menginginkan dia maju berpasangan dengan Gus Hans, Dhimas Anugrah lebih memilih tunduk pada kebijakan DPP PSI. Meskipun tidak memungkiri, Dhimas mengakui bahwa Gus Hans punya kapasitas kepemimpinan sangat baik.
Dhimas mengaku menaruh hormat kepada Partai Golkar. Terlebih, partai berlogo pohon beringin itu telah memiliki pengalaman panjang dalam mengarungi demokrasi di Indonesia. Selama era Reformasi hingga saat sekarang, Golkar tidak pernah terlempar dari tiga besar partai pemenang Pemilu. Pengalaman itu tentunya bermanfaat besar dalam kontestasi politik di Pilwali Surabaya.
"Tentu, menurut saya, Golkar punya peran strategis dalam konteks Pilwali Surabaya," ujarnya.
Dhimas sendiri tidak gegabah menanggapi suara-suara yang menjagokan dia untuk maju dalam Pilwali Surabaya. Tetapi jika DPP PSI menjatuhkan rekomendasi, sebagai kader, dia mengemban amanah. Termasuk siap untuk berbakti membawa Kota Surabaya agar lebih maju.
"Saya selama ini memang belum bicara di media terkait nama saya masuk dalam bursa, tapi saya berterima kasih kepada elemen-elemen masyarakat yang mendukung saya. Suatu kehormatan jika bisa mengabdi pada masyarakat kota kelahiran sendiri. Namun, tentu saya perlu mengukur diri dan tidak gegabah. Karena memimpin adalah amanah," tutur penerima beasiswa S3 di Oxford Inggris itu.
Berdasarkan data dan analisa di atas, 5 tokoh yang saat ini santer dijagokan untuk mendampingi Machfud Arifin ternyata mengantongi beragam peluang dan kendala. Peluang muncul karena kelima sosok telah memiliki modal politik masing-masing yang cukup kuat. Nama-nama mereka juga tidak asing di telinga publik alias tingkat popularitasnya bagus. Namun begitu, masing-masing memiliki kendala yang riskan untuk dilewati.
Tetapi jangan lupa, ini adalah ranah politik. Sebuah ranah yang tidak selalu berkarib-mesra dengan prediksi. Ranah yang akrab dengan kejutan. Politik memiliki pakem logika tersendiri yang kadang berseberangan dengan pakem logika umum. Di luar nama-nama tersebut di atas masih sangat mungkin akan muncul figur-figur baru di pusaran Pilkada Surabaya 2020. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Surabaya |