Survei ASTI: Lia Istifhama Pengantar Kemenangan Bakal Calon Wali Kota Surabaya

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Lia Istifhama menjadi 'rebutan' para bakal calon wali kota dalam Pilkada Surabaya 2020. Berdasarkan survei terbaru yang dirilis lembaga Akurat Survei Terukur Indonesia (ASTI), tokoh perempuan ini memuncaki elektabilitas bakal calon wakil wali kota Surabaya.
Lia Istifhama mencatat elektabilitas tinggi dengan prosentase 16,95%. Angka tersebut mengungguli Azrul Ananda (15, 25%), Herlina Harsono Njoto (6,78%) dan Armuji (8, 47%).
Advertisement
Bahkan Lia Istifhama menjadi kandidat bakal calon pendamping unggulan para bakal calon wali kota. Persaingan pasangan calon berdasarkan survei terbilang cukup ketat. Sebut saja Machfud-Azrul Ananda, Machfud-Lia Istifhama, Whisnu-Lia Istifhama, dan Eri Cahyadi-Armuji.
"Ini (survei) yang kami lakukan," terang Direktur Pelaksana ASTI Baihaki Siratj, Kamis (19/3/2020) kemarin.
Kendati demikian, respon tertinggi justru diraih saat simulasi pasangan calon. Lia Istifhama bersaing ketat dengan Azrul Ananda untuk mengantar kemenangan calon wali kota.
"Kalau untuk wakil variatif ketinggiannya. Ada Lia Istifhama dan Azrul sangat tipis sekali untuk pengejaran karena masih ada di angka 17%. Masih unggul Lia sedikit," terang Baihaki.
Tatkala Machfud digandengkan dengan Azrul kemudian Eri Cahyadi digandengkan dengan Lia maka Eri dan Lia kalah. Machfud-Azrul menang. Tetapi setelah digandengkan lagi antara Whisnu dengan Lia kemudian Mahfud dengan Gus Hans maka Whisnu yang unggul.
"Tapi untuk kemudian tinggi nilainya tetapi hampir rata setelah kami gandengkan Machfud-Lia bisa unggul," tandasnya.
Tercatat, bakal paslon Machfud-Lia Istifhama mencapai 18,57%. Sebab secara individu, Machfud masih cukup tinggi.
Belum lagi hingga detik ini PDIP belum mengeluarkan rekom. Sedangkan Machfud Arifin sudah memborong rekom partai. Sehingga ia sudah hampir pasti turun ke masyarakat. Fakta menarik sebab masyarakat Surabaya masih menunggu kabar dari rekom tersebut.
"Ini yang paling menarik jika nanti PDIP kuat tapi masih belum menentukan calon. Masyarakat menunggu. Mungkin PDIP masih menghitung secara matematis untuk mengalahkan Machfud Arifin," ulasnya.
Kendati demikian, semua kandidat bakal paslon sampai saat ini belum bisa dikatakan aman. Karena berdasarkan survei, tingkat ketidak tahuan masyarakat masih tinggi mencapai 57,78% terhadap pasangan calon ini.
"Sehingga kalau memang ada calon wali kota yang serius artinya mau menang maka harus betul-betul turun ke masyarakat untuk mensosialisasikan secara langsung," ucap Baihaki.
Sebagai informasi, survei ASTI untuk mengukur peta elektabilitas dan preferensi pemilih ini dilakukan pada 9-15 Maret 2020 dengan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel 800 dengan margin of error 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei merata di 31 kecamatan di Surabaya.
“Metode pengumpulan data, responden terpilih diwawancarai secara tatap muka menggunakan kuisioner tertutup dan terbuka,” tandas Baihaki.
Sementara, Lia Istifhama saat dijumpai mengungkapkan respon terkait formasi pasangan empat paslon yang mengkatrol namanya.
"Pertama saya harus bersyukur, berarti saya memiliki kesempatan untuk diterima oleh masyarakat. Berarti proses ini Insya Allah tidak sia-sia. Kita juga mendapatkan respon positif," ucap Lia, Jumat (20/3/2020)
Kemudian mengenai kans sebagai bakal calon wakil walikota, ia akan melihat proses. Terlebih saat ini romantika Pilkada Surabaya tengah mereda sejenak akibat wabah Covid-19.
"Karena memang ini apalagi sekarang kita ada wabah Corona berarti masyarakat luas lebih konsen berfikir tentang lingkungan. Jadi ritme Pilwali agak slow. Tapi yang jelas memang harus berjalan karena memang sudah ada tahapan-tahapan Pilwali," tambahnya.
Dalam kondisi tersebut, wanita yang akrab disapa Ning Lia ini mulai fokus melakukan aksi pencegahan penyebaran Covid-19. Seperti membagikan masker dan pupuk bagi tanaman obat-obatan. Kegiatan itu akan terus berkelanjutan menyentuh lapisan luas sebagai langkah Ning Lia dalam berproses dan terjun langsung kepada masyarakat secara door to door.
"Memang kita harus adaptif dengan perkembangan dan tidak bisa melakukan kegiatan berbasis massa," tandasnya.
"Saya lebih suka mengatakan diri sebagai seorang figur. Jadi Pilwali adalah sebuah bonus, yang terpenting adalah bagaimana kita berproses sebagai seorang figur dan diterima oleh banyak orang," jelasnya.
Terkait tiket rekom partai, Lia menjelaskan jika dirinya bersama tim pemenangan terus menjalin hubungan personal seperti awal. Komunikasi yang telah terjalin antara lain dengan Partai NasDem dan PKB.
"Jadi itu yang memang saya tekankan pada tim, cari tokoh-tokoh baik tokoh partai maupun tokoh ulama setempat terus turun. Kita selalu nyuwun sewu pada mereka itu yang kami bangun. Terutama tokoh dari partai. Mengenai rekom Wallahu alam tapi Insya Allah kesiapan itu sudah ada," paparnya.
Lia Istifhama mengaku akan terus berproses sesuai kapasitas dan kapabilitas. Sambung silaturahmi dengan para tokoh dikawal oleh Ketua Tim Pemenangan Lia Istifhama untuk membangun komunikasi personal.
"Saya juga ada beberapa kawan dari Benteng Lia yang diketuai oleh Yusub Hidayat. Alhamdulillah beliau orang yang komunikasinya bagus sehingga bisa membangun komunikasi secara personal. Jadi bukan hanya saya sendiri," ucap Lia Istifhama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Surabaya |