Politik Pilkada Serentak 2020

Sekilas Pilbup Banyuwangi, Kisah Tentang Pencalonan Ipuk Fiestiandani

Selasa, 06 Oktober 2020 - 17:06 | 434.34k
Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. (FOTO: Ipuk for TIMES Indonesia)
Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. (FOTO: Ipuk for TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada Serentak 2020

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bernama lengkap Ipuk Fiestiandani. Ia adalah ibu satu anak dan istri dari Bupati Banyuwangi saat ini, Abdullah Azwar Anas. Calon Bupati di Pilbup Banyuwangi 2020 ini merupakan figur wanita yang kalem namun tetap mengikuti tren berbusana gaya kekinian.

Sepatu sneakers menjadi favoritnya. Selain gesturnya fleksibel, juga enak untuk diajak berjalan cepat bagi wanita yang kini tinggal bersama sang suami di Jl Tunggul Ametung No.6, Kelurahan Kebalenan, Kecamatan Banyuwangi Kota ini.

Ipuk-Fiestiandani-2.jpg

Alumnus Universitas Negeri Jakarta ini sebenarnya tak asing dengan dunia politik. Mendampingi Bupati Anas, yang sejak muda bahkan sudah dipercaya menjadi anggota MPR RI, membuat Ipuk semakin akrab berdiskusi soal dunia politik dan pemerintahan.

"Hanya saja saya memang tidak langsung terlibat politik. Saya lebih banyak aktif di kegiatan sosial-kemasyarakatan," ujar Ipuk, yang paling doyan makan sate di Warung Bang Syafii di Kecamatan Genteng, Selasa (6/10/2020).

Sekilas tentang Ipuk. Sosok penyayang yang memiliki kebiasan membacakan dongeng kepada putra semata wayangnya, Ahmad Danial Azka. Memasuki fase remaja, kini Azka mondok di Pesantren Bumi Shalawat asuhan KH Agoes Ali Masyhuri, Sidoarjo.

"Sekarang kontak sama Mas Azka hanya bisa sekali dalam seminggu, karena di pondok tidak boleh bawa HP. HP hanya boleh dipakai hari Minggu. Itu pun HP jadul, tidak smartphone. Jadi hanya bisa teleponan pas akhir pekan," ujar Ipuk yang sebulan dua kali mengirim jajanan khas Banyuwangi seperti sale pisang dan bagiak ke Azka untuk camilan sang anak.

Terkait pencalonannya sebagai bupati, Ipuk menyebut, tidak pernah sekalipun mendapatkan dorongan dari Bupati Anas.

Singkat cerita, Pilbup Banyuwangi semakin dekat. Banyak baliho bakal calon bertebaran di tepian jalan. Dengan kemajuan Banyuwangi selama 10 tahun terakhir ini, setiap orang berlomba untuk menawarkan diri menjadi calon penerus Bupati Anas.

Memang, perubahan kemajuan Banyuwangi sejauh ini tidak terlepas dari kepemimpinan Bupati Anas. Selama memimpin, sejumlah jurus dan strategi pembangunan diterapkannya. Segudang prestasi adalah bukti kemonceran gaya kepemimpinannya.

Memaksimalkan potensi Banyuwangi dengan pengembangan sumber daya manusianya menjadi terobosan brilian. Bak keajaiban, Banyuwangi disulapnya menjadi negeri sejuta petualangan dengan ragam destinasi wisata dan aneka kulinernya.

Dengan fakta mencengangkan ini, partai politik yang menduduki kursi parlemen pun harus cerdik memilih sosok pengganti. Sejumlah nama-nama top pun disebutkan oleh partai-partai besar di Banyuwangi.

Di media massa pun, dengan jelas disebutkan siapa saja yang menginginkan posisi ini. Lalu nama Ipuk? Belum jua disebut. Hari demi hari berganti, nama Ipuk Fiestiandani mulai muncul di permukaan. Sebagai sosok yang kalem dan rendah hati, pesona Ipuk rupanya mulai menyedot perhatian publik.

Foto-fotonya pun berlalu lalang di media sosial. Sayup-sayup namanya perlahan disebut-sebut sebagai bakal calon bupati. Sejumlah tokoh agama, tokoh pemuda maupun tokoh wanita mulai melirik karisma Ipuk.

Lalu, Partai Nasdem secara mengejutkan melamar Ipuk Fiestiandani untuk pertama kalinya. Tepat pada 22 Maret 2020, Nasdem resmi memberikan mandat kepada Ipuk sebagai calon bupati Banyuwangi pada Pilkada serentak tahun 2020 ini.

Tentu, Ipuk pun berkonsultasi kepada sang suami. Ipuk sempat berbicara kepada Bupati Anas. "Pemimpin adalah ketika masyarakat menginginkanmu dan memilihmu menjadi pemimpin. Bukan kamu sendiri yang memutuskan untuk menjadi pemimpin," kata Ipuk menirukan Anas.

Ipuk mengaku, butuh waktu yang lama untuk mengambil keputusan ini. Seiring waktu, dukungan dan dorongan dari masyarakat semakin santer. Sekali lagi, Ipuk dibuat bimbang dengan keinginan publik yang semakin besar untuk menjadikan dirinya sebagai bupati.

Ipuk kembali menguatkan hatinya. Dia teringat perkataan Anas.

"Nasehat bapak, pemimpin itu haruslah tegar. Karena ini tidaklah mudah. Harus kuat, akan banyak hujatan, mungkin saja fitnah. Dan pemimpin tidak boleh gampang sakit hati. Harus jadi panutan yang tetap kuat meski harus menahan sakit. Pemimpin juga tidak boleh mengumbar kalau dia sedang sakit atau tersakiti," kata Ipuk yang hobi bersepeda ini.

Ipuk menegaskan, untuk berbuat baik itu banyak yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan menjawab keinginan masyarakat terhadap dirinya. Yakni harapan masyarakat yang ingin dirinya menjadi Bupati Banyuwangi selanjutnya.

Ipuk-Fiestiandani-3.jpg

"Namun kata bapak, kalau saya hanya ingin sekedar berbuat baik, bisa melalui kegiatan sosial. Tapi kegiatan sosial manfaatnya mungkin hanya untuk ratusan orang. Tapi kalau kalau sebagai pemimpin, manfaat ini akan dirasakan merata oleh jutaan warga. Cuma sebatas itu saja nasehatnya bapak Anas, selanjutnya keputusan diserahkan kepada saya sepenuhnya," jelas Ipuk.

Lalu apakah pencalonan Ipuk adalah desain yang sudah disiapkan? Ipuk hanya tersenyum manis. Kata Ipuk, jika memang sudah menjadi rancangan sejak awal, maka persiapan sudah pasti dilakukan sejak tahun sebelumnya. Namun di lapangan, potret dirinya tak jua terpasang pada baliho di tepian jalan sampai bulan Juli lalu.

"Butuh waktu panjang untuk benar-benar mengambil keputusan ini. Dalam perkembangannya, dukungan masyarakat semakin besar. Meminta saya untuk maju. Masyarakat berharap agar kemajuan serta berbagai perubahan yang lebih baik bisa diteruskan," ungkap Ipuk.

Menyoal gonjang-ganjing politik dinasti, Ipuk menegaskan hal tersebut sudah menjadi resiko dalam berpolitik. Dia memandang, kata dinasti hanya berlaku bagi pemerintahan dengan sistem kerajaan. Dimana sebuah jabatan bisa diwariskan tanpa melalui tahapan demokrasi pemilihan.

"Sistem pemilihan kita ini kan demokrasi. Saya dan pak Sugirah pastinya harus melalui serangkaian tahapan pemilihan. Soal terpilih atau tidak itu mutlak keputusan masyarakat sebagai pemilih. Di sini saya hanya berupaya memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas. Jadi saya rasa istilah dinasti ini kurang tepat," tegas Ipuk.

"Bahkan, kalau dihitung, jumlah keluarga saya dan Pak Sugirah di Banyuwangi ini mungkin paling banyak 500 orang, itu pun sebagian belum memiliki hak pilih karena ada yang masih SD, SMP, TK. Sedangkan jumlah pemilih mencapai sekitar 1,3 juta jiwa. Jadi ini pemilihan, bukan penunjukan, maka kurang relevan bicara dinasti," paparnya.

Soal seperti apa gambaran Banyuwangi kedepannya, Ipuk telah merumuskan tiga program utama yang ditawarkan kepada rakyat Banyuwangi.

Pertama, adalah pemulihan ekonomi rakyat dengan membuka lapangan kerja, serta memperkuat sektor pertanian, perikanan, UMKM, dan pariwisata. Kedua, adalah meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan.

"Pastikan semuanya baik, merata, bermutu, untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, dan berkarakter," bebernya.

Program ketiga, adalah ikhtiar mencapai keberkahan. Menurut dia, Banyuwangi harus terus maju, terus sejahtera, dan berlimpah berkah Allah SWT.

"Sehingga program seperti penguatan pesantren, insentif para pegiat keagamaan, harus diperkuat. Termasuk kita menjaga kerukunan antarumat beragama sehingga Banyuwangi maju sejahtera dalam harmoni," ujarnya.

Apabila dirinya bersama Sugirah terpilih sebagai bupati dan wakil bupati, pihaknya akan membuat skema pemerintahan terbuka. Termasuk dengan melibatkan local influencer seperti RT, RW, tokoh masyarakat di kampung-kampung, tokoh agama, sebagainya untuk memberikan nasihat dan penilaian berkala atas kinerja pemkab.

"Jadi penasehat kami adalah seluruh warga. Soal Bapak, tentu beliau dengan pengalamannya pasti juga memberi saran. Saya juga pasti sering berdiskusi dengan beliau. Intinya siapapun bisa memberi saran dan nasihat," kata Ipuk.

Lalu, bagaimana cara yang akan dilakukan untuk menyampaikan program itu kepada masyarakat mengingat kampanye akbar dan pertemuan tatap muka sangat dibatasi? Ipuk justru lega dengan pembatasan tersebut. Hal ini membuat kampanye yang dijalani saat ini semakin efektif.

"Karena kami langsung bertemu masyarakat. Bertemu kelompok-kelompok kecil, sehingga program kita lebih mudah tersampaikan. Selain itu, kami mengoptimalkan kampanye daring," kata Ipuk Fiestiandani, sang Calon Bupati di Pilbup Banyuwangi 2020. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES