Sisi Lain Fernanda Zulkarnain: Kuliah Komputer, Jadi Pengusaha Kayu, Berkarir di Politik

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Nama Fernanda Zulkarnain begitu identik dengan politik. Terlihat dari jejak digitalnya di mesin pencari google. Namanya lengket dengan berita seputar Pilkada, Pileg, hingga Parpol.
Kini, pria kelahiran 23 Februari 1984 ini menjabat sebagai wakil ketua DPRD Kota Probolinggo. Juga ketua DPD Partai Golkar kota setempat. Partai dengan perolehan suara terbanyak ketiga di Kota Probolinggo dalam Pileg 2019.
Advertisement
Di balik jabatan itu, pria kelahiran 23 Februari 1984 ini sempat berkeinginan menjadi tentara seperti kakaknya yang berkarir di militer. Bukan politik.
Kemudian saat kuliah di Amerika Serikat atau AS, ia menggeluti dua bidang yang tak berkaitan dengan politik: Computer Engineering, dan Electrical Engineering.
Kepada TIMES Indonesia, putra pengusaha Zulkifli Chalik ini banyak bercerita sisi lain hidupnya di luar politik, Kamis (5/11/2020) pagi. Di ruang kerjanya di kantor DPRD Kota Probolinggo.
Diarahkan Orang Tua Menekuni Komputer
Fernanda mengatakan, Zulkifli Chalik mengarahkan karir anak-anaknya sejak kecil. Ada yang diarahkan untuk berkarir di bidang ekonomi, ada yang diarahkan berkarir di militer, berkarir di komputer, dan ada di bidang hukum.
Fernanda? Di arahkan di bidang komputer dan teknologi. "Kata bapak (dulu, Red) 20 sampai 25 tahun ke depan, keahlian komputer dibutuhkan," kata pria yang biasa disapa Nanda ini.
Itulah sebabnya, saat kuliah di AS, Nanda menggeluti komputer. Hingga suatu saat di kampus, ia tergiur dengan kompetisi robot yang disebut micromouse competition.
Ia ingin ikut kompetisi itu dan memenanginya. Tapi itu di luar prodi komputer yang digelutinya. Nanda pun menghubungi Zulkifli Chalik. Minta izin pindah jurusan dari komputer ke electrical. Tapi permintaannya ditolak.
"Pokoknya kamu di komputer!" kata Fernanda, menirukan ucapan bapaknya dulu. Singkat cerita, Nanda kuliah di dua prodi sekaligus: Computer, dan Electrical Engineering.
Hasilnya? Ia bersama timnya dua kali memenangi kompetisi micromouse. Yakni juara tiga, dan juara pertama. "Saya ketua tim. Satu-satunya dari Indonesia," kenang Fernanda.
Lulus kuliah, Fernanda bekerja selama 1,5 tahun dengan bayaran 98 ribu dolar AS dalam setahun. Atau setara Rp 110 juta/bulan dengan asumsi kurs dolar senilai Rp 14 ribu.
Fernanda juga melatih mahasiswa Boston University seputar teknik listrik. Hingga kemudian mendapat beasiswa S2 penuh dari Boston dengan prodi Computer Science.
Tinggalkan Karir di AS, Bantu Ayah di Politik
Pilkada Kota Probolinggo 2008, Zulkifli Chalik maju. Berpasangan dengan Yusuf Zainal Qubro dengan akronim KIBAR. Tapi pasangan ini kalah dari pasangan HM. Buchori dan Bandyk Soetrisno.
Zulkifli legowo. Ia menggelar jumpa pers. Dan di hadapan wartawan, ia menelepon Fernanda Zulkarnain yang sedang di AS. Zulkifli mengabarkan kekalahannya.
Usai kalah, keluarga Zulkifli merasa tak ditakdirkan di dunia politik. Tapi beberapa tahun menjelang Pilkada Kota Probolinggo 2013, Zulkifli didorong maju lagi. Ia menolak, tapi dorongan dari mmasyarakat kian gencar.
Setiap kali ada warga datang memintanya maju, Zulkifli menelepon Fernanda. Lalu warga yang memintanya maju, diminta bicara dengan Fernanda.
"Saya sering sekali menerima telepon seperti itu. Mungkin lebih 20 kali," kata Fernanda yang hobi bola ini. Di setiap percakapan, Nanda kerap berdebat dengan orang yang meminta ayahnya kembali terjun di politik.
Derasnya permintaan membuat Zulkifli maju lagi. Tahun 2009, Fernada pulang dari AS. Berniat membantu sang bapak di Pilkada. Atas sarannya, Zulkifli memimpin Partai Golkar Kota Probolinggo sebagai kendaraan maju.
Menganggur, Lalu Jadi Eksportir Barecore
Keputusan Fernanda pulang dari AS tak disambut suka cita keluarga. Bagi Zulkifli, keputusan anaknya pulang adalah konyol. Apalagi meninggalkan gaji 98 dolar AS dalam setahun. Atau setara Rp 110 juta/bulan dengan asumsi kurs dolar senilai Rp 14 ribu.
"Suruh siapa pulang? Di sana (AS, Red) sudah enak kok malah pulang," kata Fernanda, menirukan ucapan ayahnya.
Sejak itu, Fernanda tak diberi aktifitas. Praktis ia menganggur selama lima bulan. Hingga akhirnya, sisa gaji selama bekerja di AS ia jadikan modal.
Fernanda menyewa tanah di Klakah, Kabupaten Lumajang. Ia mendirikan Usaha Dagang, UD Asia namanya. Mengepul kayu gelondongan, untuk dijual ke pabrik pengolahan kayu.
Tiga bulan pertama, ia merugi hingga Rp 400 juta. "Komitmen orang Indonesia tak sama dengan di AS," keluhnya soal penyebab kerugian yang begitu besar itu.
Tapi setelah itu, ia mulai untung. Hingga akhirnya mendirikan pabrik sendiri di Probolinggo, CV Batu Jajar. Setiap pekan, ia mengekspor 4 hingga 5 kontainer Barecore ke China.
Representasi Politik Keluarga Suroyo
Atas kedekatan keluarga dengan Aburizal Bakrie, Fernanda menjadi Caleg DPR-RI Dapil Pasuruan-Probolinggo dari Golkar. Ia menjadi representasi keluarga karena paling getol membantu ayahnya di Pilkada 2013.
Tahun 2017, ia Zulkifli kembali didorng maju Pilkada 2018 dan ia menolak. Kemudian warga meminta nama kepadanya, siapa nama calon yang cocok. Di sini, muncullah nama Fernanda.
Visi-misi sebagai calon hingga program kerja ia rancang sendiri. Tapi takdir berkata lain. Ia kemudian memutuskan menjadi legislator di Kota Probolinggo.
Suara parpol yang signifikan mengantarkannya duduk di kursi Wakil Ketua DPRD Kota Probolinggo. Dan kini, Fernanda Zulkarnain menjadi ketua DPD Partai Golkar Kota Probolinggo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |