Politik

Kepuasan Pemerintah Tidak Jadi Penentu, KIB Ketumpahan Pemilih Moderat di 2024

Selasa, 16 Agustus 2022 - 22:43 | 38.95k
Ilustrasi percaturan politik jelang Pemilu 2024. (FOTO: ist)
Ilustrasi percaturan politik jelang Pemilu 2024. (FOTO: ist)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memetakan dukungan masyarakat kepada poros koalisi partai politik dalam Pilpres 2024. Data LSI, ada tiga jenis pemilih, yakni pemilih yang puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemilih moderat, dan pemilih yang kurang puas terhadap kinerja Jokowi.

Disebutkan poros PDI Perjuangan menguasai segmen pemilih puas terhadap pemerintahan Jokowi. Poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menguasai segmen pemilih moderat. Sedangkan Gerindra-PKB menguasai segmen pemilih yang kurang puas.

Menurut Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic International Studies (CSIS) Arya Fernandes, latar kepuasan terhadap pemerintahan saat ini tidak akan banyak berperan dalam Pilpres 2024. Pasalnya, Pilpres 2024 tidak diikuti petahana.

"Saya kira faktor kepuasan dan ketidakpuasan mungkin ada pengaruhnya pada perolehan partai tertentu, tapi menurut saya faktor determinan suara partai bukan soal puas atau tidak pada pemerintahan," ujar Arya, Selasa (16/08/2022).

Ketua-Umum-Tiga-Parpol.jpgKetua Umum Tiga Parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu. (FOTO: dok Golkar)

Ada beberapa faktor penentu dalam perolehan suara partai pada Pemilu 2024. Pertama, kandidat yang diusung dalam Pemilu Legislatif (Pileg 2024). Kekuatan sosok kandidat masih menjadi acuan utama publik untuk menjatuhkan pilihan ke partai tertentu.

"Faktor utama naik-turun suara partai itu adalah, pertama, siapa kandidat yang akan mereka calonkan di DPR RI, DPRD. Tetap faktor kandidat yang diusung," ujarnya.

Kemudian ada faktor narasi program yang ditawarkan oleh partai politik. Terakhir adalah sosok yang didukung dalam Pilpres 2024. Ketiga faktor itu masih berada pada kategori penentu dalam memotret perolehan suara partai politik.

"Faktor determinannya tiga itu. Faktor kepuasan mungkin iya,tapi  ketika incumbent tidak ada, maka faktor kepuasan publik, menurut saya, tidak terlalu besar pengaruhnya," tegasnya.

Disebutkan Arya, pembentukan koalisi di antara partai yang hendak berlaga di Pemilu 2024 memang sudah mengerucut menjadi beberapa poros. Namun hal itu masih menyisakan kerentanan. Peta koalisi masih bisa berubah hingga pasangan capres dan cawapres resmi terdaftar di KPU.

"Kerentanan itu untuk terbelah, bubar, atau gagal. Mengapa ada kerentanan? Karena pendaftaran capres masih September tahun depan. Sehingga kemungkinan-kemungkinan untuk partai mengalihkan dukungan masih terbuka," tambah Arya.

Selain itu, kerentanan koalisi itu juga dipengaruhi oleh tren peluang kandidat calon presiden. Selanjutnya juga dipengaruhi oleh negosiasi para king maker politik.

"Jadi untuk koalisi memang sudah mengerucut. Pilihan-pilihannya terbatas, tapi di internal dan eksternal ada kerentanan. Perubahan itu bisa terjadi kalau deadlock saat menentukan siapa capres, siapa cawapres," pungkasnya.

KIB Dapat Keuntungan Pemilih Moderat
Sementara itu, Peneliti LSI Ardian Sopa mengungkapkan pemilih moderat merasa nyaman di berada di tengah. Dan, pemilih moderat yang merasa nyaman ini besar kemungkinan yang akan mendapatkan keuntungan adalah KIB.

"Ketika ternyata masyarakat di 2024 banyak merasa nyaman, di tengah, kemungkinan yang mendapat keuntungan politik adalah KIB," ucapnya.

Merujuk survei LSI, ada tiga poros yang telah terbentuk yaitu PDIP, KIB dan Gerindra-PKB. Poros PDIP tentu melekat dengan legasi Presiden Jokowi, sementara Gerindra-PKB masih terbawa warisan Pemilu 2019, massanya tidak menyukai Jokowi. Sedangkan pemilih yang moderat, nantinya akan merapat ke KIB. 

“Ternyata yang menarik, yang moderat lebih banyak ke KIB karena Golkar tidak identik kuat dengan Pak Jokowi karena ada PDIP, dan tidak identik kuat sebagai oposisi karena masuk di pemerintahan,“ jelas Ardian.

Pola ini menurut dia, bisa terus berlanjut pada peta pemilih di Pemilu 2024. Tiga poros yang disebutkan tadi telah memenuhi syarat presidential threshold. 

Namun masih ada tiga partai yang belum menentukan koalisinya, yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan Sosial (PKS) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Langkah mereka begitu krusial untuk merubah peta poros pada Pemilu 2024. 

Dalam survei LSI disebutkan, jika KIB berhasil menggaet satu parpol lagi, maka sudah pasti hanya tiga pasang calon yang berlaga di Pemilu 2024. Ardian menyebut hari-hari ke depan sebagai perburuan sehingga selayaknya parpol tidak sampai ketinggalan kereta.

Pada survei yang sama, disebutkan bahwa sejumlah elit partai seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Puan Maharani  disebut masih perlu untuk mengejar elektabilitas mereka. Saat ini LSI hanya meletakkan figur Airlangga dan Puan pada posisi calon wakil presiden. 

"Jika mereka masih mampu menggerakkan ranting, akan bisa mengoptimalkan potensi mereka. Mungkin sekarang masih disebut menjadi Cawapres karena angka (elektabilitas) masih kecil, namun ketika, katakan pada Juni 2023 mereka sudah menjadi calon yang kuat, tidak menutup kemungkinan mereka jadi Capres yang potensial," tegas Ardian. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES